Workplace stress HRPods

Ketahui Workplace Stress dan Cara Ciptakan Karyawan Bahagia

Workplace stress berdampak negatif terhadap kinerja, retensi, inovasi, dan profitabilitas perusahaan. Ironisnya, masalah ini terus berkembang di berbagai dunia sehingga berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Penyebabnya bukan hanya beban kerja bertambah, tetapi juga konflik dengan rekan kerja, perubahan internal yang terjadi terus-menerus, hingga ketidakpastian ekonomi yang mengancam keberlangsungan bisnis. Bagaimana solusinya?

Apa Itu Workplace Stress?

Workplace stress (stres di tempat kerja) atau stres yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan pengalaman negatif yang muncul ketika tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya

Ini adalah masalah umum bagi karyawan yang berasal dari berbagai faktor. Sebut saja, beban kerja berat, tenggat waktu ketat, kurang kendali terhadap pekerjaan, komunikasi buruk dengan atasan, konflik dengan rekan kerja, lingkungan kerja tidak kondusif, praktik manajemen buruk, manajemen kerap mengubah sistem organisasi, atau kombinasi masalah tersebut. Konsekuensi dari stres yang berkepanjangan bisa sangat parah, karena memengaruhi kesehatan fisik dan mental serta menurunkan kinerja individu hingga ke produktivitas perusahaan. 

Menurut National Health and Safety Commission Australia, stres kerja merupakan penyebab ketidakhadiran karyawan ke kantor paling lama. Yang perlu diingat adalah, apa yang dianggap stres oleh seseorang, mungkin akan dianggap menantang oleh orang lain, karena stres yang dialami oleh seseorang bergantung pada pekerjaan, kondisi psikologis orang tersebut, dan faktor lain, seperti kehidupan pribadi dan kesehatan umum.

Bila karyawan mengalami stres terus-menerus, bukan tak mungkin ia akan merasa kelelahan, kerap izin sakit, kurang kreatif dan inisiatif, bersikap agresif, suasana hati cepat berubah, toleransi rendah, tidak peduli terhadap pekerjaan, hingga menarik diri. 

Artikel terkait: 7 Cara Mengatasi Masalah Kinerja Karyawan

Workplace Stress Musuh Produktivitas 

Pendiri WorkL Mark Price dan tim telah mengumpulkan wawasan dari lebih dari satu juta karyawan dari 100.000 perusahaan di seluruh dunia. Data menunjukkan bahwa hampir 40% karyawan melaporkan risiko kesejahteraan. 

Apa faktor penyebabnya?

Ketidakjelasan pekerjaan, beban kerja yang berlebihan, komunikasi yang buruk, dan kurang dukungan dari pimpinan dapat membuat stres kronis pada karyawan. Ketika karyawan stres, kurang dihargai, atau tidak terlibat, produktivitas mereka menurun, dan risiko pindah kerja meningkat. 

Buntut dari penyebab tersebut ialah tingkat turnover karyawan meningkat. Padahal di lingkungan dengan biaya rekrutmen dan onboarding tinggi, mencegah pergantian karyawan telah menjadi prioritas bagi setiap pemimpin yang berpikiran maju. 

Masih menurut data WorkL, karyawan bahagia juga cenderung bertahan di tempat kerja. Mereka tak segan untuk mencurahkan energi dan perhatian terhadap pekerjaan sehingga mendorong inovasi dan layanan pelanggan yang luar biasa. 

Price menambahkan bahwa kebahagiaan karyawan di tempat kerja merupakan pendorong utama bagi perusahaan. Mereka yang bahagia akan lebih berinovasi, berkolaborasi lebih efektif, menunjukkan ketahanan yang lebih besar di masa sulit, hingga membuat pelanggan lebih loyal.

Baca juga: Begini Cara Hitung Tingkat Turnover Karyawan

Bagaimana Menciptakan Karyawan yang Bahagia?

Perusahaan perlu mengetahui bahwa karyawan cenderung tertarik pada budaya kerja yang menghargai kesejahteraan. 

Apa yang harus dilakukan oleh perusahaan? Anda dapat memulai dengan pengukuran, seperti mengadakan engagement survey secara berkala yang dirancang anonim dan dapat ditindaklanjuti. Dari hasil survei, pemimpin harus berkomitmen untuk mengubah hal-hal yang membuat karyawan bahagia. 

Berdasarkan pengalaman Price, ia menciptakan strategi enam langkah yang membantu perusahaan dan karyawan berfokus pada kebahagiaan di tempat kerja, yaitu:

1. Penghargaan dan pengakuan

Setiap orang di perusahaan harus mendapatkan manfaat dari kesuksesannya. Gaji yang adil sangatlah penting, karena pujian sebanyak apa pun tidak dapat menutupi kekurangan gaji. Perusahaan perlu membuat struktur dan skala upah (SSU) guna memenuhi harapan dan memotivasi karyawan untuk bekerja secara maksimal. 

2. Berbagi informasi

Transparansi sangatlah penting agar karyawan berkinerja optimal. Untuk hal itu, karyawan di semua tingkatan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang visi dan misi, budaya, strategi, kinerja, pelanggan, dan pesaing perusahaan. Menyembunyikan informasi hanya membuat mereka merasa diremehkan dan terasing dari perusahaan. 

3. Pemberdayaan

Memberdayakan karyawan berarti melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, menghargai ide mereka, dan mengintegrasikan umpan balik mereka ke dalam strategi perusahaan. Dengan mempertimbangkan semua perspektif, sebuah tim dapat mencapai hasil terbaik, meskipun tidak semua individu sempurna.

Namun, ketika berjalan bersama, tim menjadi sempurna yang berkontribusi terhadap perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu berinvestasi dalam pengembangan kepemimpinan, seperti melatih manajer untuk mengelola proses kerja dan anggota tim dengan mengedepankan empati, komunikasi, dan emotional intelligence.

4. Kesejahteraan

Menangani kesejahteraan karyawan yang mencakup kesehatan fisik, emosional, dan finansial akan meningkatkan keterlibatan mereka dan produktivitas perusahaan. Budaya tempat kerja yang positif pun dapat mengurangi tingkat ketidakhadiran, karena karyawan yang terlibat cenderung lebih sehat dan berkomitmen.

5. Menanamkan kebanggaan

Membangun rasa bangga lebih dari sekadar ceramah motivasi atau tinjauan kinerja. Ini tentang bagaimana pemimpin dan manajemen menumbuhkan lingkungan kerja, di mana karyawan benar-benar menikmati dan bangga dengan peran mereka. Karyawan yang bangga dengan pekerjaan dan tempat kerjanya secara alami akan menjadi brand ambassador bagi perusahaan. Alhasil, mereka bersedia membagikan pengalaman positif dengan rekan kerja, calon karyawan, pelanggan, dan masyarakat. Kebanggaan itu akan terlihat jelas ketika mereka berbicara. 

6. Kepuasan kerja

Berbagai faktor memengaruhi kepuasan kerja, tetapi dua di antaranya menonjol, yakni peluang untuk pertumbuhan personal dan kualitas hubungan karyawan dan manajer. Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan hormat dan kepercayaan antara karyawan dan pemimpin adalah pendorong utama kepuasan kerja. Hubungan yang buruk dengan manajer sering kali menjadi alasan utama karyawan meninggalkan perusahaan, terlepas dari kekuatan jenama perusahaan. 

Di dunia kerja saat ini, kebahagiaan bukanlah sebuah kemewahan, melainkan keunggulan kompetitif. Upaya perusahaan untuk meminimalkan stress dapat menciptakan lingkungan kerja berkelanjutan dan karyawan pun merasa aman, didukung, dan melakukan pekerjaan terbaik mereka.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *