Jika Anda melihat The Bold Type musim kedua, serial tersebut menceritakan hiring manager merekrut kandidat yang tidak memiliki gelar sarjana.
Ketika Kat Edison, social media director di Scarlet (majalah gaya hidup), mencari kandidat di media sosial, ia tertarik dengan Angie Flores. Angie adalah pengguna media sosial yang memiliki banyak pengikut dan level keterlibatan media sosialnya sangat tinggi. Ia adalah sosok tepat untuk menduduki posisi tersebut.
Keinginan Kat terbentur kebijakan perusahaan. HR mengatakan bahwa Angie tak dapat bekerja di Scarlet karena ia tak memiliki gelar sarjana. Namun, Kat mendapatkan persetujuan dari Jacqueline Carlyle sebagai editor in chief dan mampu membuktikan keterampilan Angie di depan HR.
Akhirnya, HR menerima Angie sebagai karyawan. Peristiwa tersebut membuat perusahaan mengubah kebijakan penerimaan karyawan.
Dalam kehidupan nyata, mungkinkah perusahaan merekrut karyawan tanpa gelar sarjana?
Merekrut Karyawan Tanpa Gelar Sarjana
Bersama dengan keterampilan dan pengalaman, gelar akademis (diploma, sarjana, maupun magister) membuka jalan seseorang menuju dunia profesional. Namun banyak perusahaan merekrut karyawan yang memiliki gelar sarjana maupun lulusan SMA atau yang sederajat.
Hal itu terlihat di BUMN yang membutuhkan karyawan lulusan SMA dan strata satu (S1) pada Maret 2021. BUMN tersebut adalah PT Dahana (Persero), PT Pegadaian (Persero), dan PT Pelindo III (Persero).
PT Pelindo III (persero) membutuhkan operator forklift yang memiliki sertifikat SIO Forklift yang masih berlaku. Sedangkan PT Dahana (Persero) memerlukan IT Programmer dengan kualifikasi S1 dan menguasai keterampilan pemrograman.
Dalam dunia kerja, merekrut karyawan tanpa gelar sarjana sangat memungkinkan. Karena perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki keterampilan. Keterampilan tersebut bisa dimiliki seseorang melalui pendidikan formal maupun non formal.
Bagaimana dengan perbedaan gaji antara karyawan tanpa gelar sarjana dan pemegang ijazah sarjana?
Gito Sabata, Founder Buff Indonesia, pernah mengalaminya. Sebagai leader, ia dapat merekrut karyawan tanpa gelar sarjana, tetapi gaji karyawan tersebut tidak bisa seperti sarjana.
“HR sesungguhnya sangat terbuka untuk menerima lulusan tanpa gelar sarjana, tetapi mereka menerapkan perbedaan standard salary. Saya mempertahankan dia untuk memiliki salary yang tidak berbeda dengan siapapun yang ada di posisi tersebut, karena skillset dan pengalaman yang dimiliki sudah melampaui banyak sarjana. Saya juga menyebutkan bahwa dia adalah salah satu elemen terpenting di project yang akan dijalankan di divisi kami,” ujar Gito, Rabu (10/06/2021).
Akhirnya HR menyetujui memberikan standar gaji kepada karyawan tersebut, setelah Gito bernegosiasi dengan Grup CEO. Upaya Gito sama seperti Kat Edison, ia harus meyakinkan Board of Director, mengapa Angie layak diterima sebagai karyawan.
Efek perkembangan teknologi
Menurut World Economic Forum, lebih dari satu miliar pekerjaan atau hampir ⅓ dari semua pekerjaan di seluruh dunia, kemungkinan besar akan berubah karena teknologi dalam dekade berikutnya.
Misalnya, perusahaan XYZ memiliki aplikasi berbelanja, sehingga pelanggan dapat membeli bahan baku makanan dari jarak jauh, pembayaran juga dilakukan secara daring, sistem akan mencari kurir dan menyediakan pelacakan pengantaran kepada pelanggan.
Dari situasi ini, perusahaan tak perlu merekrut kasir dan kurir. Dampaknya, biaya operasional perusahaan untuk tenaga kasir dan kurir bisa dialihkan untuk keamanan data atau pemeliharaan sistem.
Jika demikian, apakah banyak pekerjaan yang hilang? Kemungkinan hilang memang ada, tetapi ada peluang profesi baru.
Forum Jobs of Tomorrow melaporkan bahwa akan ada gelombang cepat datang di bidang ekonomi data dan AI serta pekerjaan baru dalam rekayasa, komputasi awan, dan pengembangan produk. Pekerjaan tersebut membutuhkan individu dengan keterampilan relevan dan keterampilan ini dapat dipelajari oleh mereka yang tidak memiliki gelar sarjana.
Laporan juga menemukan profesi baru mencerminkan pentingnya interaksi manusia yang berkelanjutan dalam ekonomi baru, sehingga menimbulkan permintaan yang lebih besar.
Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 juga memengaruhi perekrutan kandidat. Di Amerika Serikat, misalnya, terjadi penurunan pekerjaan dari Februari-Mei yakni dari 6% di antara pekerja dengan gelar sarjana dan 21% di antara pekerja tanpa ijazah sekolah menengah.
Pekerja dengan gelar sarjana atau pendidikan tinggi lain lebih mungkin memiliki pilihan untuk bekerja jarak jauh dibandingkan dengan lulusan sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan seperti EY, Google, dan IBM telah menganut perekrutan dari alternatif talent pool. Beberapa perusahaan lain berinvestasi dalam pembelajaran berkelanjutan untuk karyawannya.
Ketika pandemi, Infosys, perusahaan konsultan IT, mengumpulkan konsorsium mitra pada platform gratis. Tujuannya untuk memberikan pelatihan kerja serta peluang magang bagi pencari kerja. Selain itu, platform menghubungkan kandidat dengan perusahaan yang menawarkan workstreams dan jalur karier baru.
Leave a Reply