Tren job market 2025 HRPods

5 Tren Job Market 2025

Mendekati tahun baru, banyak pihak membahas tentang tren job market 2025. Tren ini masih dipengaruhi oleh dampak pandemi COVID-19, perubahan teknologi, gejolak ekonomi, hingga kebijakan pemerintah. Kondisi tersebut terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. 

Sejak 2015, Indonesia memasuki bonus demografi, di mana usia produktif (15-64 tahun) mencapai 69,58%, dan diperkirakan berada di posisi puncak pada 2020-2035. Artinya, demografi tersebut dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi negara ini, khususnya dalam dunia kerja. Mereka dapat berperan sebagai sumber tenaga kerja dan pelaku ekonomi guna mempercepat pencapaian tujuan pembangunan, terutama mendukung Indonesia Emas 2045.

5 Tren Job Market Tahun Depan

Menurut ekonom dari Moody’s Analytics Dante DeAntonio, pasar tenaga kerja jelas melambat dan kondisi tersebut berada pada ambang mengkhawatirkan. Di Amerika Serikat (AS), pertumbuhan lapangan kerja secara keseluruhan masih solid, yaitu rata-rata 170.000 per bulan sejak April, tetapi jumlahnya turun dari 227.000 pada empat bulan pertama tahun ini dan 251.000 pada 2023.

Terlepas dari hal tersebut, tren job market 2025 akan berkaitan dengan teknologi dan green jobs, yakni: 

#1 Penggunaan teknologi baru meningkat

Menurut laporan World Economic Forum (WEF), lebih dari 75% perusahaan berencana mengadopsi teknologi baru, seperti big data, cloud computing, dan artificial intelligence selama beberapa tahun ke depan. Laporan memperkirakan analisis data, teknologi perubahan iklim, dan keamanan siber merupakan pendorong perusahaan untuk menggunakan teknologi baru. Bureau of Labor Statistics mencatat teknisi layanan turbin angin, pemasang fotovoltaik surya, dan computer engineering menjadi pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat di AS selama 2023–2033.

2) Dominasi AI

AI masih mendominasi job market di berbagai industri. WEF memperkirakan AI akan “mengganggu” pasar tenaga kerja, karena sebagian besar perusahaan mempertimbangkan beralih menggunakan AI pada beberapa peran. Namun, AI juga menciptakan peluang baru di job market tahun depan, yakni perusahaan banyak membutuhkan analis data, robotics engineer, dan AI and machine-learning specialist. Jika pekerjaan Anda tidak termasuk dalam kategori tersebut, kemungkinan besar pekerjaan harian Anda akan menggunakan generative AI. 

Baca juga: Manfaat Bonus Demografi Bagi Perusahaan Dan Negara

3) Peningkatan green jobs 

Green job (ramah lingkungan) sedang meningkat, karena industri clean energy menghadapi dampak perubahan iklim. Menurut Bappenas, ini ialah pekerjaan yang berkontribusi untuk melestarikan atau memulihkan lingkungan dan mempromosikan pekerjaan yang layak melalui suatu mekanisme. Contoh pekerjaan hijau adalah pekerjaan yang berhubungan dengan energi terbarukan (tenaga surya, angin, dan air) dan pekerjaan di bidang pengelolaan limbah, pertanian organik, transportasi berkelanjutan, dan pembangunan ramah lingkungan.

Pada 2030, jumlah green jobs diproyeksikan akan meningkat menjadi 24 juta atau 14% dari total tenaga kerja AS. Hal ini tidak hanya akan menguntungkan bidang sains dan teknik, tetapi juga keuangan–di mana keterampilan dalam penghitungan karbon dan perdagangan emisi sedang meningkat–serta teknologi, seperti perusahaan rintisan yang memproduksi kendaraan listrik atau carbon capture. Jadi, tren ini–termasuk investasi yang memfasilitasi transisi bisnis ke arah hijau–akan menjadi salah satu faktor penciptaan lapangan kerja terbesar selama beberapa tahun ke depan.

4) Remote jobs tidak akan hilang

Sejak 2022, tak sedikit perusahaan yang meminta karyawan untuk kembali bekerja dari kantor. Kondisi ini membuat beberapa karyawan kesulitan mendapatkan pengasuh untuk menjaga anak mereka. Meski demikian remote jobs dan/atau model kerja hybrid tidak akan hilang, karena banyak angkatan kerja terkini memprioritaskan fleksibilitas kerja dan beberapa perusahaan menilai bahwa konsep tersebut menjadi praktik keberagaman serta efisiensi operasi. Informasi ini berguna bagi perusahaan untuk menawarkan opsi fleksibilitas kerja, tetapi harus disesuaikan dengan peran kerja dan industrinya. 

Artikel berikutnya: 6 Langkah Menilai Strategi Remote Jobs

5) Inflasi memengaruhi rekrutmen

Inflasi tetap menjadi perhatian yang berpengaruh terhadap tren job market 2025. Saat bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi, ini akan membuat bisnis bergerak melambat, sehingga perusahaan tidak dapat berekspansi. Pasalnya, ini membutuhkan tambahan tenaga kerja, tetapi karena biaya pinjaman meningkat akibat inflasi, perusahaan tidak bisa menjalankan proses rekrutmen.

Kondisi tersebut akan memengaruhi industri yang bergantung pada investasi modal, seperti konstruksi dan manufaktur. Untuk industri yang membutuhkan lebih sedikit infrastruktur fisik seperti teknologi dan pendidikan dapat terus berkembang. Dampak hal tersebut adalah kenaikan upah minimum, karena inflasi dapat mendorong gaji lebih tinggi, tetapi biaya hidup pun ikut meningkat.

Bagi tim HR dan perekrut yang ingin memahami kondisi job market 2025 sekaligus membutuhkan tenaga kerja ahli, tak ada salahnya untuk memanfaatkan recruitment agency. Mereka tak sekadar mempertemukan kandidat berpotensi kepada Anda, juga memberikan wawasan tentang situasi ketenagakerjaan saat ini.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *