Lebih dari dua tahun terakhir, bidang talent acquisition mengalami gejolak politik, sosial, dan ekonomi.
Hal tersebut memaksa tim talent acquisition mengubah strategi rekrutmen sesuai kondisi pascapandemi COVID-19. Terlebih saat awal pandemi, banyak karyawan menjalankan work from home (WFH).
Ketika pemerintah menerapkan new normal, talent acquisition specialist harus tetap mengetahui perubahan terkini di dunia kerja. Kini, pemerintah telah menghapus kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Tak sedikit perusahaan yang menginginkan karyawannya untuk work from office (WFO). Di sisi kandidat, banyak di antara mereka masih ingin mempertahankan WFH.
Jadi, bagaimana menarik kandidat potensial untuk bergabung di perusahaan Anda?
Antisipasi Talent Acquisition Pada 2023
Pandemi COVID-19 banyak mengubah berbagai aspek di kehidupan ini. Kondisi dunia kerja juga berubah.
Perubahan di bidang profesional, di antaranya sistem kerja, kompensasi dan benefit, quiet quitting, hingga ekspektasi perusahaan dan kandidat yang membuat talent acquisition mengatur ulang strategi rekrutmen.
Berikut ini antisipasi yang perlu dipertimbangkan oleh talent acquisition specialist di tahun ini.
Baca Juga: Hendra Syah: 6 Tantangan Talent Acquisition
#1 Fokus pada pengembangan karyawan
Berdasarkan penelitian Korn Ferry, pasar kerja yang tidak pasti membuat para profesional tidak lagi memikirkan pertumbuhan karier. Sebaliknya, mereka bergerak ke area lain dalam organisasi mereka. Ini menandakan tren mobilitas internal yang berkembang.
Dalam banyak kasus, perusahaan akan menggunakan talent analytics dan manpower planning. Tujuannya, menentukan peran baru yang diperlukan guna mempertahankan bisnis di masa depan dan memilih karyawan yang sesuai dengan peran tersebut.
Pada 2023, perusahaan harus lebih berfokus pada pengembangan karyawan saat ini. Misalnya, memberikan program pelatihan, sertifikasi, atau upskilling karyawan. Selain itu, semakin banyak perusahaan akan menggunakan platform artificial intelligence (AI) dengan analisis prediktif. Hal ini bermanfaat untuk:
- Memilih kandidat internal yang menjanjikan
- Menyediakan konten pengembangan karier
- Mengembangkan jalur karier karyawan yang dipersonalisasi berdasarkan tujuan dan bidang minat
Langkah pengembangan karyawan tersebut perlu dipertimbangkan oleh talent acquisition specialist. Karena para ahli mengatakan, hal itu mempermudah perusahaan untuk menarik kandidat terbaik.
Anda juga dapat mengembangkan saluran rekrutmen yang lebih beragam, mengisi peran terbuka, dan menutup skill gap di tengah perekrutan yang sedang lesu.
#2 Manpower planning menghadapi isu resesi
Sebagian besar ekonom berpendapat, 2023 akan terjadi perlambatan ekonomi, tetapi ada pula yang memprediksi bahwa 2023 menjadi tahun resesi. Ya, kita masih berada di masa ketidakpastian. Bagi talent acquisition, Anda perlu bersiap menghadapinya. Apa yang harus dipersiapkan?
Jika pasar tenaga kerja mengalami penurunan karena ekonomi melambat di 2023, Anda perlu menyiapkan manpower planning berbasis skenario untuk mempersiapkan kondisi ekonomi ketika terlihat menurun dan kembali pulih. Dengan begitu, perusahaan dapat merespons perubahan kegiatan bisnis sekaligus kebutuhan tenaga kerja secara cepat dan dinamis.
#3 Rekrut level eksekutif secara temporer
Saat ini, tak sedikit perusahaan yang mempekerjakan pekerja kontrak dibanding karyawan tetap. Bahkan perusahaan tak ragu untuk merekrut level eksekutif secara temporer. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil yang meningkat.
Mempekerjakan karyawan kontrak dapat bermanfaat untuk menangani pekerjaan berbasis proyek yang tidak membutuhkan waktu lama serta berorientasi pada hasil. Misalnya, merekrut level eksekutif selama proses merger dan akuisisi atau mengontrak tenaga ahli untuk proyek selama enam bulan.
Jadi, talent acquisition specialist akan lebih fokus menjaga hubungan dengan kandidat untuk mengisi posisi secara temporer. Dalam lanskap pekerjaan yang dinamis, para ahli merekomendasikan perusahaan untuk memiliki skema ketenagakerjaan 70:30, masing-masing karyawan tetap dan kontrak.
Artikel Berikutnya: 6 Kemampuan Harus Dikuasai Oleh Talent Acquisition Specialist
#4 WFO vs. WFH
Sejak tahun lalu, perusahaan menerapkan sistem kerja hybrid. Karyawan mendapat giliran WFO dan WFH dalam satu minggu. Sistem itu membuat pencari kerja ingin mempertahankan zona nyamannya. Dengan hybrid, mereka dapat menikmati kebebasan sembari bekerja.
Sering kali, ketika recruiter atau talent acquisition specialist mewawancarai kandidat, mereka akan bertanya apakah perusahaan menerapkan sistem kerja hybrid, WFH, atau tidak. Jika tidak, mereka akan menghentikan proses pencarian kerja.
Jika tahun ini Anda berencana merekrut kandidat terbaik, tak ada salahnya menawarkan sistem hybrid dengan beberapa syarat. Misalnya, harus menghadiri rapat daring tepat waktu meski WFH atau WFO selama dua kali dalam seminggu.
Tentu saja, sistem kerja hybrid tidak cocok untuk semua pekerjaan dan/atau industri. Anda dapat mereviu kembali sistem hybrid dengan kebutuhan bisnis.
#5 Merekrut mantan karyawan
Balikan dengan mantan. Itu adalah kalimat ketika seseorang kembali menjalin kasih dengan mantan pacar. Kondisi itu juga terjadi di dunia kerja. Baik ketika perusahaan merekrut kembali mantan karyawan atau si mantan yang meminta kembali bekerja di perusahaan Anda.
Ini adalah hal positif, karena mantan karyawan telah mengetahui cara kerja dan mengenal budaya perusahaan. Perusahaan juga bisa memanfaatkan ilmu saat ia kerja di perusahaan lain.
Namun pastikan bahwa ketika karyawan resign bukan karena masalah serius. Contohnya, ia menggelapkan uang perusahaan, melakukan pelecehan dan kekerasan ke rekan kerja, atau melanggar kode etik organisasi.
Perusahaan juga perlu mendukung tim talent acquisition dengan teknologi terkini. Upaya ini memungkinkan Anda melacak mantan karyawan yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang tepat untuk mengisi peran yang akan dibutuhkan oleh perusahaan.
#6 Mengutamakan work-life integration
Lazim bagi generasi orang tua dan kakak-kakak kita bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00. Namun, perusahan dengan angkatan kerja berisi milenial dan Gen Z mulai memberikan pendekatan baru berupa fleksibilitas kerja. Mereka menginginkan otonomi dalam bekerja, dari sisi beban, cara, dan jam kerja.
Pada 2023, lebih banyak kandidat bekerja di perusahaan yang mendukung work-life integration. Alasannya, mereka dapat meluangkan waktu untuk mengatur kehidupan pribadi. Sebut saja, mulai bekerja lebih pagi, mengantarkan dan menjemput anak sekolah, serta kembali bekerja setelah urusan domestik selesai.
Dengan work-life integration, manajer tidak perlu menggunakan waktu atau jam kerja sebagai tolok ukur kesuksesan. Mereka akan lebih berfokus pada hasil kerja karyawan. Keadaan tersebut akan memengaruhi perusahaan dalam merekrut kandidat. Jadi, Anda harus memikirkan fasilitas yang ditawarkan oleh perusahaan kepada kandidat serta sering berkomunikasi dengan manajer.
#7 Kolaborasi antar tim
Karyawan yang hebat tidak akan memberi manfaat kepada perusahaan, jika ia tidak bertahan lama.
Korn Ferry menyarankan kepada tim talent acquisition untuk berkolaborasi dengan talent management. Hal ini untuk menjalankan proses rekrutmen dari awal hingga mengembangkan jalur karier karyawan.
Kolaborasi menciptakan employee life cycle lebih positif, karena mendukung karier profesional karyawan lebih baik. Ini juga memperkuat koneksi antar tim, sehingga Anda dan tim dapat berbagi, memanfaatkan data, dan merekrut kandidat potensial.
Leave a Reply