Job hugging HRPods

6 Kiat Mengembangkan Diri di Tengah Job Hugging

Di tengah pasar kerja yang kompetitif, tak sedikit pekerja yang melakukan job hugging. Mereka tidak merasa aman untuk berpindah ke perusahaan baru, sehingga lebih memilih bertahan di pekerjaan saat ini. Tak ada yang salah untuk bertahan dalam peran dan perusahaan lama. 

Bagi Anda yang sedang melakukan job hugging, jangan sampai hal itu menghambat pertumbuhan karier atau menahan perkembangan keterampilan Anda. Bagaimana menanggapi ketidakpastian tenaga kerja dan job hugging

Apa Itu Job Hugging?

Jika sebelumnya, ada fenomena job hopping, yakni berpindah-pindah pekerjaan untuk mencari peluang yang lebih baik, sekarang hadir job hugging. Apa itu job hugging? Apakah itu berarti kita akan memeluk pekerjaan? 

Ini adalah upaya seseorang mempertahankan pekerjaan untuk selamanya. Istilah tersebut menggambarkan kecenderungan karyawan bertahan pada pekerjaannya saat ini, bahkan jika mereka merasa tidak puas atau tidak berkembang.

“Perusahaan berisiko menjadi tempat bertengger yang nyaman, tempat para pekerja dapat melompat ketika waktunya tepat,” ujar Matt Bohn, Senior Client Partner di Korn Ferry.

Fenomena ini bukan sekadar keputusan pribadi, melainkan respons kolektif terhadap kondisi pasar kerja yang penuh ketidakpastian. Mulai dari pandemi COVID-19 hingga kehadiran artificial intelligence (AI), yang membuat karyawan semakin tidak yakin bekerja di perusahaan baru. Mereka cenderung bertahan pada posisi yang ada di tempat kerja yang sudah familier. Terlebih, di luar sana tak sedikit perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan. 

Sebenarnya, sah-sah saja jika karyawan ingin bertahan di tempat kerja mereka. Namun, kondisi tersebut bisa berbahaya, jika mereka tidak ada upaya untuk mengembangkan keterampilan dan karier. Bila kelesuan mereka–dalam bekerja–“menular” kepada rekan lain, hal itu akan membuat karyawan yang memiliki performa baik. 

Di Indonesia pun terlihat fenomena ini. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2025 sebesar 4,76% dengan pengelompokan usia 15-19 tahun 22,34% dan 20-24 tahun tercatat 15,34%. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa terjadi penurunan serapan tenaga kerja baru, peluang kerja terbatas, hingga lulusan baru kesulitan memperoleh pekerjaan di bidang mereka. 

Tak hanya itu, karyawan merasa cemas jika mereka kehilangan stabilitas finansial dan psikologis serta pesimis menghadapi tantangan dunia kerja terkini. Kondisi juga diperkuat oleh budaya kerja yang hierarkis dan paternalistik. Loyalitas kepada atasan maupun perusahaan masih sangat dihargai, sehingga karyawan sering memilih tetap bertahan meski karier stagnan. 

Artikel selanjutnya: Job Hopping Pada Gen Y Dan Gen Z

6 Strategi Mengembangkan Diri di Tengah Job Hugging

Job hugging menjadi kenyataan yang cukup suram, karena ketidakstabilan ekonomi dan politik pada suatu wilayah atau negara yang menyebabkan kegiatan bisnis lesu. Namun, bukan berarti kondisi itu membuat Anda terjebak dalam ketidakpastian selamanya. 

“Berganti pekerjaan itu menakutkan. Orang-orang cenderung lebih menyukai hal-hal yang sudah dikenal dan mereka takut membuat keputusan yang salah. Bahkan jika Anda tidak bahagia di suatu tempat, ada rasa aman dan terlindungi,” kata Kim Meninger, pelatih dan konsultan kepemimpinan. 

Meski Anda tidak bahagia, lanjut Meninger, bukan berarti tidak bisa berinvestasi untuk mengembangkan diri sendiri di masa depan. Berikut empat langkahnya: 

1. Tentukan hal yang disukai 

Meninger menyarankan kepada karyawan untuk menentukan kegiatan atau keterampilan  yang disukai, bisa pula memilih hal-hal yang bisa “menyuntikkan” energi pada diri sendiri. Cobalah untuk melihat apakah ada peluang untuk mengatur kembali peran Anda atau lebih fokus pada area tersebut untuk mendapatkan rasa kepuasan dan pemenuhan yang lebih besar.

2. Bangun hubungan lebih kuat

Ini nasihat umum yang tak hanya diberikan oleh Meninger, juga career coach lain. Seseorang perlu berjejaring dengan rekan sesama atau berbeda profesi serta praktisi yang berpengalaman di bidangnya. Langkah ini dapat menjadi cara ampuh saat seseorang merasa buntu. Misalnya, Anda mulai membangun hubungan dengan mereka sekarang dan menciptakan koneksi tepercaya yang dapat mengarah pada peluang di masa depan atau saat pasar kerja mulai membaik. 

3. Perkuat advokasi diri 

Pengembangan diri ini bukan hal yang mudah, tetapi memperkuat keterampilan advokasi perlu dilakukan oleh setiap individu. Keterampilan ini mendorong seseorang untuk menyampaikan kebutuhan atau mengungkapkan ketidakpuasan kepada manajer. Memang, tidak semua kebutuhan Anda akan dipenuhi oleh perusahaan, tetapi mengungkapkan unek-unek yang selama ini terpendam dapat melegakan. 

Misalnya, jika tidak ada peluang untuk promosi atau kenaikan gaji, Anda berkomunikasi dengan manajer tentang peluang lain untuk langkah selanjutnya atau Anda bisa menyusun ulang tanggung jawab bersama sehingga dapat mengerjakan lebih banyak hal yang ingin dilakukan dan mengurangi hal-hal yang tidak dikerjakan.

4. Tantang diri sendiri 

Menantang diri sendiri ialah cara yang bagus untuk mengembangkan keterampilan baru atau yang sudah ada. Misalnya, meminta kepada manajer untuk mengerjakan proyek baru atau mengambil tanggung jawab lain. Upaya tersebut dapat mengarahkan Anda kepada peluang yang lebih baik di masa mendatang. 

Jika hal itu tidak memungkinkan, Anda dapat mengikuti kelas atau membaca buku tentang keterampilan tertentu, sehingga bisa meningkatkan keterampilan atau pengetahuan Anda di luar pekerjaan rutin. 

5. Jaga kesejahteraan

Menjalani job hugging bisa menjadi beban mental, terutama jika seseorang merasa tidak puas dengan apa yang dilakukannya. Sebagai tim HR, Anda perlu memberitahukan kepada rekan kerja maupun karyawan untuk mengelola stres dan menghindari burnout. Misalnya, menyarankan mereka untuk menekuni kembali hobi yang telah lama mereka tinggalkan, mengambil cuti tahunan untuk berlibur atau bersosialisasi dengan keluarga dan teman, serta memastikan batasan jelas antara kehidupan profesional dan personal. 

Baca juga: Mengenal Penyebab Burnout Pada Karyawan

Langkah pengembangan diri di atas perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan untuk mengembangkan keterampilan dan/atau menumbuhkan karier. Setelah itu, pastikan untuk menambahkan poin yang relevan ke dalam CV Anda. Cepat atau lambat, Anda akan melepaskan pelukan erat terhadap pekerjaan atau melakukan job hugging sekaligus mempunyai berbagai opsi side hustle

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *