Tantangan HR tak hanya datang dari internal, juga berasal dari luar dan hal tersebut tidak bisa kita hindari. Sebut saja, pandemi COVID-19 yang mengubah cara kita menjalani kehidupan sekaligus gaya bekerja dengan efektif. Awalnya, banyak orang yang kesulitan mengoperasikan teknologi karena work from home, sekarang tak sedikit perusahaan menerapkan work from anywhere atau bekerja remote, meski ada pula perusahaan yang mengajak karyawan untuk bekerja dari kantor.
Itu adalah satu dari sekian contoh tantangan HR di bidang kesehatan yang berdampak terhadap dunia bisnis. Tentu, masih ada masalah, halangan, atau rintangan yang siap menjumpai oleh tim HR, sehingga mau tidak mau, kita harus bersedia menghadapinya.
Tantangan HR Menghadapi Gelombang PHK
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), terdapat 77,965 orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Angka ini menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 64,855 orang. Sayangnya, gelombang PHK belum usai pada tahun ini, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat sejak Januari hingga Maret 2025 sebanyak 73,992 karyawan terkena PHK.
Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani menjelaskan perusahaan yang melakukan PHK beralasan bahwa iklim usaha yang tidak kondusif lagi. Sebut saja, permintaan turun, kenaikan biaya produksi tinggi, perubahan regulasi ketenagakerjaan berupa upah minimum, tekanan produk impor, dan faktor teknologi atau otomasi.
Di sisi lain, investasi pihak asing ke Indonesia telah menghasilkan tiga hingga empat juta lapangan pekerjaan baru, tetapi hal itu belum dapat menampung kebutuhan tenaga kerja dalam negeri, termasuk mereka yang terkena PHK. Kondisi ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pengangguran.
Catatan BPS pada Februari 2025, angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang atau setara dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,76%. Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 83 ribu orang atau 1,11% dibandingkan Februari 2024.
Baca juga: PHK Di Sektor Manufaktur Dan Langkah Antisipasi HRD
5 Tantangan HR di Tengah Ketidakpastian
Tantangan HR bukan hanya menghadapi dan/atau menyampaikan PHK kepada karyawan. PHK hanyalah salah satu imbas dari tantangan lainnya.
1) Masalah sosial
Masalah sosial menjadi tantangan bagi HR. Mengapa? Karena ada banyak masalah sosial yang muncul di tempat kerja. Sebut saja ketidaksetaraan gender, ketimpangan upah, pelecehan seksual, hingga stres kerja, yang memengaruhi karyawan secara personal maupun profesional.
Ketidaksetaraan gender, misalnya, ialah salah satu tantangan paling signifikan yang dihadapi oleh karyawan. Mereka yang berada di Australia menghadapi kesenjangan gaji sebesar 20,8% selama setahun terakhir. Meski sekitar tiga perempat bisnis menerapkan strategi atau kebijakan kesetaraan gender, tetapi kurang dari sepertiga bisnis yang mencermati kebijakan tersebut. Manajer HR dapat menutup kesenjangan upah berdasarkan gender dengan kesadaran yang lebih mendalam tentang isu-isu keberagaman dan strategi manajemen sumber daya manusia (SDM) yang mengedepankan kesetaraan.
2) Peraturan pemerintah
Praktik manajemen SDM di seluruh dunia diatur oleh UU Ketenagakerjaan dimiliki oleh negara. UU ini mengatur semua aspek ketenagakerjaan, meliputi masa sebelum, selama, dan setelah bekerja, termasuk hubungan kerja, jam kerja, gaji dan tunjangan, perlindungan karyawan, PHK, dan penyelesaian perselisihan. Meski demikian, kita masih menjumpai praktik SDM yang melanggar UU Ketenagakerjaan.
Contohnya, penahanan ijazah karyawan selama mereka bekerja dan proses ini melibatkan HR, sehingga mantan karyawan menuntut perusahaan agar memberikan ijazah mereka. Untuk menghindari masalah hukum, tim HR perlu benar-benar memahami dan mengimplementasikan regulasi pemerintah, yakni:
- UU Ketenagakerjaan
- UU Keselamatan Kerja
- UU Serikat Pekerja
- Permenaker
- PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja
- PP No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan
Cek artikel: MK Kabulkan Gugatan UU Cipta Kerja, Apa Yang Berubah?
3) Pertumbuhan ekonomi
Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 berjalan lambat, yaitu sebesar 4,87% dibandingkan kuartal yang tahun sebelumnya dengan 5,11%. Perlambatan ini berdampak pada kegiatan perusahaan. Mulai dari daya beli atau konsumsi rumah tangga melemah, laba perusahaan menurun, dan investasi dan ekspor pun melambat.
Sementara itu, tim HR menjadi salah satu bidang yang memiliki pengungkit untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Caranya, dengan memiliki strategi dalam proses rekrutmen, performance management, serta learning and development untuk meningkatkan produktivitas sekaligus meretensi karyawan terbaik.
4) Keterlibatan karyawan
Keterlibatan karyawan mendorong keberhasilan bisnis secara menyeluruh, tetapi hal ini kerap direduksi menjadi upaya yang bersifat sukarela. Oleh karena itu, tantangan HR ialah menjalankan proses rekrutmen dan pelatihan di tempat kerja dengan lebih baik. Misalnya, mempekerjakan manajer dengan keterampilan kepemimpinan yang mendorong komunikasi antarpribadi atau memberikan pelatihan kepemimpinan kepada karyawan yang berpotensi menjadi pemimpin di masa mendatang.
5) Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi HR, seperti HRIS dan ATS, telah mengubah pengelolaan SDM di berbagai organisasi. Namun, tim HR dituntut untuk lebih mengetahui celah dalam kemajuan ini. Mulai dari keamanan data dalam penggunaan platform digital dan artificial intelligence dalam proses rekrutmen.
Kita tak memungkiri bahwa tantangan di atas membuat orang-orang di sekitar pesimis. Untuk menavigasi kelesuan ekonomi, tim HR dapat berfokus pada strategi SDM seperti mobilitas internal, reskilling, upskilling, serta membangun komunikasi transparan kepada karyawan.
Leave a Reply