Pemikiran lama di dunia kerja HRPods

3 Pemikiran Lama di Dunia Kerja & Kiat Meresponsnya

Saat bekerja, kita akan menemukan pemikiran lama di dunia kerja yang tidak relevan lagi dengan situasi saat ini. Terkadang, pemikiran tersebut memunculkan respons emosional dan menghambat transformasi organisasi. Jika perusahaan akan menjalankan suatu perubahan atau transformasi, tim HR dan manajemen harus memiliki strategi komunikasi. Ini bertujuan untuk mengajak semua karyawan mendukung langkah perusahaan. 

Perubahan Menimbulkan Ketidaknyamanan

Profesor tamu perilaku organisasi di INSEAD Wojciech Materka mengatakan bahwa perubahan apa pun pasti menimbulkan ketidaknyamanan. Dalam tim, ketidaknyamanan itu terwujud sebagai perilaku “bertindak.” Ini juga sering kali disebut inersia, yang berarti keengganan bergerak menuju model berpikir dan bertindak yang baru. 

Kedua respons tersebut dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan terhadap perubahan. Bahkan tindakan itu dapat menguras produktivitas ketika perusahaan akan melakukan sebuah perubahan. Perlawanan bukan sekadar sebagai hambatan, tetapi sebagai pertahanan sosial terhadap kecemasan akan perubahan. Oleh karena itu, tim HR harus memberikan dukungan guna mengatasi ketidaknyamanan tersebut sekaligus mendorong perusahaan untuk merefleksikan diri secara kritis.

“Resistensi ada untuk melindungi kelompok dari kecemasan berkaitan dengan kehilangan yang dirasakan atau dibayangkan serta ketidakpastian yang terkait dengan perubahan. Jadi, resistensi sebenarnya bersifat fungsional dan perlu dilihat dari sudut pandang lain oleh HR, seperti apa yang dibela oleh resistensi dan apa yang dilindunginya?” ujar Materka. 

Baca juga: 7 Masalah Umum Di Kantor Ini Dapat Mengganggu Produktivitas

3 Pemikiran Lama di Dunia Kerja yang Mengakar

Perusahaan yang memiliki pemikiran lama dan cara kerja yang familiar cenderung lebih panjang menuju transformasi dibandingkan mereka yang menanggapi ketidaknyamanan–akibat perubahan–dengan cara lain. 

Seperti yang kita tahu, dunia kerja berubah dari waktu ke waktu. Pemikiran lama yang telah bermanfaat bagi perusahaan dalam beberapa dekade terakhir mungkin tidak relevan lagi. Terlebih, saat ini kita menghadapi ketidakpastian ekonomi, sosial, hingga geopolitik. Jika pemikiran ini terus-menerus dipertahankan, bukan tak mungkin menjadi penghambat kemajuan bagi perusahaan. Apa saja pemikiran lama tersebut?

#1 Kinerja bersifat individual bukan sistemik

Materka menjelaskan bahwa pemikiran ini mengisolasi kinerja individu daripada melihat perilaku sebagai pesan dari kelompok atau tantangan di seluruh sistem.

Bila dinamika dunia kerja disederhanakan menjadi penilaian individual, maka perusahaan akan memiliki karyawan yang bertindak membela diri. Misalnya, karyawan mencari kambing hitam dalam suatu proyek. Perilaku itu dapat menghambat kolaborasi dan berbagi informasi, mendorong pemikiran kesukuan, serta perilaku kompetitif dalam hal negatif.

Solusi 

Tim HR harus berdiskusi dengan pemimpin semua level–tim hingga departemen–untuk mengevaluasi anggota tim dan kinerja mereka, bagaimana dinamika hubungan mereka, bagaimana keterlibatan mereka dengan tim lain, adakah masalah di luar pekerjaan, apakah ada prioritas yang saling bertentangan, atau adakah proses pengambilan keputusan yang tidak jelas. 

Dari evaluasi itu, tim HR dan pemimpin dapat merunut perilaku dan pemikiran mereka timbul karena sistem perusahaan atau ada hal lain yang memengaruhinya.

#2 Perencanaan sudah cukup untuk perubahan 

Pemikiran lama bahwa perusahaan sudah cukup untuk melakukan perubahan, jika berkaitan dengan mendesain ulang proses, menggunakan perangkat baru, dan merestrukturisasi perusahaan. Biasanya, perubahan ini paling menarik untuk dilakukan dan menawarkan hal nyata. Namun, perubahan nyata sering kali individu di dalamnya. 

Solusi

Sering kali, perubahan membuat karyawan tidak nyaman dan bertanya-tanya tentang alasan sebenarnya, tetapi tak ada pemimpin yang bersedia menjawab dengan penuh keyakinan. Untuk mengatasi kondisi ini, tim HR dapat mendorong pemimpin hadir di tengah karyawan yang mengalami frustrasi, ketakutan, atau kebingungan

Menurut Wojciech, Langkah tersebut bukan untuk menghindari perasaan karyawan, tetapi menciptakan ruang di mana kecemasan dapat dirasakan dan diproses. Misalnya, pemimpin mendengarkan dan merespons anggota timnya di saat mereka penuh tekanan, pemimpin membuat ruang refleksi serta memotivasi tim, atau ketika tim menolak perubahan melalui perilaku mereka, Anda perlu memahami dan menjelaskannya alasan nyata di balik itu semua.

#3 Keberhasilan masa lalu masih melekat

Ketika perusahaan berpegang teguh pada pemikiran lama, mereka cenderung mempraktikkan hal-hal yang berhasil pada masa lalu pada saat ini. Padahal banyak perubahan di dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir, sehingga manajemen perlu melakukan penyesuaian. 

Solusi

Pemimpin dan tim HR dapat membingkai ulang implementasi dan pembelajaran transformatif untuk mengantisipasi kesenjangan antara tujuan yang diinginkan dan hasil yang dicapai. Anda dan tim dapat menjadi role model untuk melakukan eksperimen strategis, menerapkan langkah praktis, berinovasi dengan mengukur kemampuan tim, sekaligus mengembangkan kepemimpinan.

Artikel selanjutnya: 5 Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia dan Solusi Kolaboratif

Ketidaknyamanan Hadapi Perubahan Itu Wajar

Materka menekankan bahwa ketidaknyamanan menghadapi perubahan adalah hal yang wajar. Itu ialah respons yang muncul dari karyawan dan tidak boleh dipandang sebagai tanda kelemahan. 

Contohnya, pabrik manufaktur yang memiliki budaya keselamatan kuat akan memiliki banyak peraturan dan prosedur untuk melindungi pekerja. Awalnya, peraturan lahir dari niat baik. Seiring waktu berjalan, hal itu menciptakan batasan karyawan untuk bersuara atau berinovasi. 

Pemikiran lama yang harus diubah adalah peraturan sama dengan keselamatan. Oleh karena itu, tim HR perlu mengajak manajer pabrik untuk mendefinisikan ulang keselamatan sebagai implementasi yang wajib dan relevan, bukan peraturan yang membatasi karyawan untuk mengungkapkan keresahan dan ide-ide mereka. 

Dalam kerangka baru, perusahaan tidak lagi membuat banyak peraturan. Namun, menciptakan lingkungan kerja agar karyawan merasa lebih aman untuk bersuara, terutama ketika ada sesuatu yang baru atau berbeda.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *