Tes MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator merupakan tes kepribadian yang pernah menjadi tren di Korea Selatan.
Di Negeri Ginseng tersebut, mereka yang berumur 20 hingga 30 tahunan banyak menggunakan tes ini untuk mengejar karier dan prestasi. Mereka mengesampingkan hal-hal yang dianggap tidak cocok padah hasil MBTI.
Hasil Tes MBTI bisa digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak perusahaan memberikan tes MBTI kepada kandidat dalam proses rekrutmen.
Asal-usul Tes MBTI
Tes MBTI adalah sebuah penilaian kepribadian seseorang berdasarkan pertanyaan tentang preferensi.
MBTI atau pertanyaan yang diajukan akan mengandung tiga hal yaitu:
- Fokus ke ekstrover atau introver dengan memperhatikan informasi sensorik atau menambahkan interpretasi
- Membuat keputusan atas segala hal berdasarkan logika atau situasi
- Membuat penilaian atau tetap terbuka terhadap informasi
Tes MBTI telah dikembangkan pada 1940 oleh pasangan ibu dan anak bernama Katharine Cook Briggs dan putrinya, Isabel Briggs Myers. Tes kepribadian ini dibuat berdasarkan teori psikolog asal Swiss bernama Carl Jung.
Selama Perang Dunia II, mereka mulai meneliti dan mengembangkan indikator yang dapat digunakan untuk memahami perbedaan individu.
Ibu dan anak ini percaya dapat membantu masyarakat untuk mengukur kapasitas diri dan memilih pekerjaan yang paling sesuai dengan tipe kepribadian dan menjalani hidup yang lebih sehat serta bahagia.
Mereka menciptakan inventaris versi pena dan pensil pertama selama 1940-an. Mereka juga menguji coba pada teman dan keluarga dan terus mengembangkan instrumen selama dua dekade berikutnya.
Cara kerja tes kepribadian MBTI, testee menjawaban yang diberikan, lalu jawaban akan diwakili oleh sebuah huruf, yaitu extraversion (E) atau introversion (I); sensing (S) atau intuitive (N); thinking (T) atau feeling (F); dan judging (J) atau perceiving (P).
Selanjutnya, hasil huruf tes akan digabungkan dan membentuk empat huruf yang mendeskripsikan kepribadian. Total ada 16 deskripsi kepribadian.
16 Tipe Kepribadian MBTI
Tujuan tes MBTI adalah memungkinkan testee mengeksplorasi dan memahami kepribadian diri sendiri, termasuk kesukaan, ketidaksukaan, kekuatan, kelemahan, preferensi karier, serta kompatibilitas dengan orang lain.
Kategori 16 tipe kepribadian berdasarkan kecenderungan seseorang untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu. Katharine dan Isabel menggunakan empat dimensi untuk mengategorikan testee, yakni:
- Introversion vs. Extraversion
- Sensing vs. Intuition
- Thinking vs. Feeling
- Judging vs. Perceiving

4 Kontroversi Tes MBTI
Tidak ada satu tipe kepribadian MBTI yang paling baik atau terbaik dari yang lain. Tes ini dirancang bukan untuk mengetahui disfungsi atau kelainan orang lain.
Meskipun banyak orang menggunakan MBTI, tetapi banyak yang menyinggung bahwa tes ini tidak ilmiah. Sebaliknya, tes ini bertujuan agar testee dapat belajar lebih banyak tentang diri sendiri. Adapun kontroversi di balik tes ini adalah:
1) Kurang akurat
Beberapa analisis menyebutkan bahwa tes MBTI kurang akurat dan tidak terlalu efektif untuk memprediksi kesuksesan seseorang pada pekerjaan.
Jika tes tidak menunjukkan hasil akurat, mengapa masih banyak yang meneggunakannya?
Ini disebut sebagai efek Forer, yakni teknik lama yang digunakan pada penyedia astrologi dan peramalan untuk meyakinkan klien bahwa ia memiliki informasi yang akurat tentang semua orang.
2) Hasil tidak konsisten
Hasil tes MBTI terkenal tidak konsisten. Penelitian menunjukkan terdapat 50% orang mendapatkan hasil yang berbeda pada tes kedua yang mereka jalani.
Hal ini terjadi karena yang diukur bukan ciri-ciri yang konsisten. Sebagian besar dari kita akan memiliki sifat yang bervariasi dari waktu ke waktu.
Variasi perasaan ini berbeda-beda sesuai dari suasana hati seseorang. Misalnya, Anda baru saja mengikuti sebuah ujian dan sedang bersimpati dengan orang lain, maka jawaban tes MBTI Anda akan berbeda dibandingkan sebelumnya.
Tes kepribadian ini hanya memberi tahu apakah Anda sedang ‘berpikir’ atau ‘merasa’ berdasarkan bagaimana Anda menjawab beberapa pertanyaan biner.
3) Dimensi kepribadian tidak akurat
Dalam studi kepada sekelompok remaja dewasa yang mengisi kuesioner tentang kepribadian, dilakukan pada 1960-an dan dijalankan 50 tahun kemudian, peneliti melihat beberapa perubahan sifat kepribadian secara signifikan.
Keseimpulannya adalah dimensi kepribadian akan terus berubah seiring dengan berjalannya waktu.
4) Bias informasi
Menurut Carl Jung, tidak ada yang namanya ekstrover atau introver murni.
Namun, tes MBTI melabeli orang-orang dengan hal itu. Bahkan ekstrover dan introver menjadi identitas seseorang. Akibatnya, label memberikan keyakinan diri bahwa hal itu benar, padahal tidak demikian.
Di konteks lain, hasil tes bertentangan dengan sikap dan perilaku Anda. Karena label, Anda akan melihat kepribadian seseorang dan diri sendiri berdasarkan hasil MBTI.
Tes MBTI: Mengapa Masyarakat Menyukainya?
Di luar kontroversi, tak sedikit orang yang tetap menyukai tes ini. Alasannya, mereka ingin lebih memahami diri sendiri dengan baik.
1) Self reflection
Tes MBTI dapat membantu seseorang mengetahui kepribadian dirinya secara mendalam. Khususnya, bagi mereka yang kesulitan mengenali diri sendiri.
Tes ini memberikan hasil kekurangan serta kelebihan hingga minat dan bakat yang membantu pengembangan diri seseorang.
2) Bantu pahami diri sendiri
Identitas dan kepribadian manusia sangatlah kompleks. Tes MBTI merespons hal itu dengan memberikan seseorang pemahaman lugas dan mudah dimengerti.
16 tipe kepribadian dari tes MBTI cenderung menyaring sifat manusia ke inti dan menawarkan strategi yang konkret untuk meningkatkan kehidupan dan hubungan sosial dengan orang lain.
3) Mencari validasi
Peneliti mempelajari empat skala preferensi bahwa MBTI bisa menghasilkan nilai akurat dan konsisten untuk beberapa administrasi.
Jadi, hasil tes seseorang bisa sama ketika mengambil penilaian lebih dari sekali. Baik berbulan-bulan maupun bertahun-tahun.
Bacaan lainnya: Tujuan Tes Big Five Dalam Proses Rekrutmen
Apa Bisa Menggunakan Tes MBTI Dalam Proses Rekrutmen?
Menurut Society for Industrial and Organizational Psychology, sebesar 13% pengusaha Amerika Serikat memasukkan tes kepribadian dalam sesi wawancara.
Sekitar 68% pengusaha menggunakan tes keterampilan khusus saat proses rekrutmen. Namun, perusahaan perlu berhati-hati ketika menggunakan tes MBTI karena bias informasi dalam hasilnya.
Adapun alasan perusahaan menggunakan tes MBTI adalah:
1) Kecocokan peran
Tes kepribadian menjadi salah satu strategi dalam proses rekrutmen. Tim HR memanfaatkan hasil tes kepribadian berdasarkan kecocokan peran pekerjaan yang bisa dihubungkan ke sifat bertanggung jawab kandidat.
2) Cultural fit
Tes kepribadian dapat melihat apakah mereka cocok dengan cara kerja organisasi atau tidak.
Menurut Leah Lambart, pelatih karier di Relaunch Me, perusahaan yang menghargai kolaborasi dan kemampuan beradaptasi bukanlah lingkungan kerja yang tepat bagi karyawan yang tertutup dan tidak mau diatur.
3) Prediksi waktu
Tipe kepribadian tertentu dikenal sebagai tipe yang setia dan konservatif dalam perubahan. Sementara tipe lain akan membutuhkan banyak variasi dalam pekerjaan mereka.
Dengan hal ini, perusahaan memprediksi berapa waktu seseorang menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi tak menentu. Karyawan yang ditempatkan di posisi tidak sesuai akan mengalami penurunan kerja.
Akhirnya, dia akan menghasilkan produktivitas 20% lebih rendah daripada rekan kerjanya.
Artikel berikutnya: 7 Rambu-rambu Skill Test Dalam Proses Rekrutmen
Tes MBTI dapat memberi gambaran kepada perusahaan mengenai kandidat yang sesuai kemampuan. Namun, perekrut harus hati-hati terhadap bias informasi. Perekrut juga harus melihat budaya perusahaan dan jenis pekerjaan. Sebagai tambahan, tes ini juga bisa dilakukan secara gratis di website-nya.
Leave a Reply