Kerja Remote HRPods

Kerja Remote Sulit Ambil Cuti, Benarkah?

Kerja remote semakin populer di banyak perusahaan. Salah satunya akibat pandemi COVID-19. 

Pendekatan ini memungkinkan pekerja untuk bekerja dari mana saja dan menawarkan fleksibilitas sehingga meningkatkan partisipasi tenaga kerja. Alhasil, karyawan dapat mengelola kehidupan mereka dengan harmoni antara kehidupan profesional dan personal.

Namun, kondisi pascapandemi menimbulkan perubahan budaya kerja. Perusahaan sudah banyak yang menerapkan bekerja dari kantor dan sekolah telah membuka pintunya agar murid belajar di kelas.

Pekerja tetap bekerja jarak jauh, tetapi mereka akan kesulitan mengambil cuti.

Fenomena Kerja Remote Dan Pandemi COVID-19

Sejak 2019, pandemi COVID-19 telah menjadi tantangan global yang mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Pandemi telah mendorong perubahan signifikan dalam cara kerja. 

Kerja remote seketika menjadi norma baru dalam waktu singkat. Hal ini menjaga produktivitas dan meningkatkan kepuasan kerja. 

Prodoscore melaporkan peningkatan produktivitas karyawan jarak jauh sebesar 47% selama lockdown pada 2020. Buffer menemukan bahwa 91% responden menikmati bekerja jarak jauh, terutama karena fleksibilitasnya. 

Namun, kerja remote tidak cocok untuk semua jenis pekerjaan dan industri, sehingga perusahaan perlu menerapkan kebijakan yang jelas.

Flip Terapkan Kerja Remote

Flip adalah perusahaan teknologi keuangan di Indonesia. Perusahaan ini berhasil mengadopsi budaya kerja jarak jauh hingga saat ini.

Karyawan dapat memilih bekerja dari mana saja. Menurut Rendhy Ardya, Head of People Flip, salah satu karyawan berada di Prancis karena mengikuti tugas suaminya, Kamis (07/09/2023), di ICE BSD, Tangerang.

Manfaat mengadopsi kerja remote yang diterapkan Flip antara lain mempromosikan work-life balance, fleksibilitas kerja, hingga menghemat waktu perjalanan ke kantor.

Untuk meminimalisir atau menghindari friksi, perusahaan perlu menaruh kepercayaan kepada karyawan. Langkah tersebut harus ditemani oleh dengan komunikasi terbuka, empati, dan melakukan pertemuan virtual secara rutin.

Pekerja Remote Sulit Mengambil Cuti

Survei Eagle Hill Consulting menunjukkan bahwa banyak pekerja remote mengalami stres dan kelelahan

Sebanyak 50% dari 1.000 responden merasa kurang terhubung dengan rekan kerja, 45% merasa kurang produktif, dan 36% merasa kurang positif terhadap karier mereka. 

Sebagian besar penyebab stres dipicu oleh pandemi, termasuk bekerja berlebihan, adaptasi terhadap cara kerja baru, dan tanggung jawab merawat keluarga di rumah. 

Meskipun banyak pekerja berusaha meluangkan waktu untuk diri sendiri selama hari kerja, seperti beristirahat atau berjalan-jalan, lebih dari separuhnya tidak berencana mengambil cuti atau liburan lebih lama. 

Alasannya, ada kekhawatiran tidak dianggap produktif atau kebijakan perusahaan yang tidak mendukung penggunaan cuti.

Mereka juga merasa bersalah karena sulit dihubungi dan takut pekerjaan tidak lancar jika dikerjakan oleh orang lain. Padahal pengambilan cuti dapat menjaga kesejahteraan mental dan fisik mereka.

Pekerja jarak jauh di seluruh dunia memiliki hak yang sama untuk mengambil personal time off (PTO) seperti rekan kerja di kantor. 

Jumlah PTO tergantung pada regulasi, masa kerja, jabatan, dan kebijakan perusahaan. Beberapa perusahaan memiliki kebijakan cuti yang berbeda untuk pekerja jarak jauh. 

Pekerja Remote = Tahanan Kota?

Anna, profesional HR berusia 23 tahun, telah menikmati kehidupan sebagai pekerja jarak jauh selama beberapa bulan terakhir, bekerja penuh waktu dari Bali dan Thailand. 

Namun, perbedaan waktu yang besar dan ketidakpastian mengenai promosi membuatnya gelisah. Meskipun tidak sepenuhnya puas bekerja dari rumah, ia sadar bahwa pekerjaan fleksibel ini memberinya kebebasan yang tak ingin ia lewatkan. 

Hal ini menciptakan fenomena “borgol emas”, di mana pekerja dengan gaji tinggi terikat pada pekerjaan, karena mereka sulit menemukan tempat lain dengan gaji sama. Situasi ini memberikan fleksibilitas, tetapi tidak selalu berdampak positif pada kepuasan seseorang. 

Di tengah perubahan preferensi pekerjaan dan kebijakan perusahaan, pekerja jarak jauh seperti Anna sering merasa terjebak. Mereka kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan preferensi pribadi. 

Namun, ada harapan dengan menunjukkan kemampuan dan prestasi, mereka yang tidak bahagia dengan pekerjaan sekarang dapat menemukannya di tempat lain.

Penutup

Kerja remote selalu dikaitkan dengan fleksibilitas kerja, seperti work from anywhere. Di satu sisi, hal ini memberikan kenyamanan karena karyawan dapat bekerja dari mana saja.

Di sisi lain, bekerja jarak jauh tak selamanya nyaman. Seseorang akan membutuhkan suasana berbeda, selain bekerja. Mereka membutuhkan waktu untuk beristirahat atau berlibur agar kesehatan fisik dan mental tetap stabil.


Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *