Melamar pekerjaan HRPods

Kandidat Enggan Melamar Pekerjaan Jika Loker Tak Tulis Gaji

Sebesar 58% gen z tidak akan melamar pekerjaan, jika lowongan kerja (loker) tidak mencantumkan perkiraan gaji. Hal ini dilaporkan oleh EduBirdie, layanan penulisan esai, yang dimuat dalam nypost.com

“Penelitian terus mengomunikasikan kepada kita bahwa gen z lebih mengaitkan kebahagiaan personal dan profesional mereka dengan uang yang mereka hasilkan daripada generasi sebelumnya,” ujar Alex Beene, instruktur literasi keuangan di University of Tennessee at Martin, Tennessee, Amerika Serikat, kepada Newsweek.

Bagi gen z, lanjut Beene, pekerjaan bukanlah tentang kepuasan. Pekerjaan adalah cara untuk mendapatkan penghasilan, di mana perusahaan menyediakan produk dan pengalaman yang memuaskan mereka. Namun, tak hanya gen z yang menginginkan transparansi, karyawan lintas generasi pun mengharapkan hal sama. Mereka ingin gambaran yang lebih baik tentang gaji yang ditawarkan oleh perusahaan, karena tekanan inflasi saat ini. 

Kenapa Perusahaan Tidak Menuliskan Gaji di Loker?

Kebijakan pemerintah

Di Indonesia, peraturan pemerintah tidak mengharuskan perusahaan mencantumkan kisaran gaji dalam loker. Di sisi lain, perusahaan wajib melaporkan loker ke pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57 Tahun 2023 tentang Wajib Lapor Lowongan Pekerjaan

Dalam laporan loker ke pemerintah, perusahaan akan memberitahukan:

  • Nama jabatan dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
  • Masa berlaku loker
  • Informasi jabatan yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, keterampilan atau kompetensi, pengalaman kerja, upah atau gaji, domisili wilayah kerja, dan informasi lain terkait jabatan yang diperlukan

Poin yang tak kalah penting adalah informasi loker harus bersifat terbuka, sehingga pencari kerja, pemberi kerja, dan pemerintah dapat mengaksesnya. 

Di negara bagian New York City, AS, pemerintah setempat menerapkan undang-undang transparansi gaji pada 2022. Mereka mengharuskan pengusaha untuk mencantumkan kisaran gaji yang sesuai dengan itikad baik untuk semua lowongan pekerjaan.

Artikel terkait: 6 Tipe Recruitment Fraud & Ciri-cirinya

Kekhawatiran perusahaan

Menurut survei yang melibatkan 2.000 orang berusia 18 hingga 27 tahun, 71% tenaga kerja muda percaya terhadap transparansi gaji dan membahas soal gaji harus dilakukan di kantor. Ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja saat generasi z memprioritaskan transparansi sehingga mereka memastikan bahwa perusahaan telah membayar pekerja secara adil. 

Bagi Maddy Carty, narasumber news.com.au, diskusi tentang gaji antara teman atau kolega dapat menjadi alat tawar-menawar yang baik. Mereka pun dapat menegosiasikan apa yang adil dengan bukti. Masalahnya adalah jika perusahaan melarang karyawan membahas gaji dengan rekan kerjanya, itu merupakan tanda bahaya. 

Beene menjelaskan keengganan perusahaan menuliskan gaji pada loker karena kekhawatiran internal. Manajemen atau atasan khawatir jika antara karyawan melihat dan membandingkan gaji mereka atau gaji dari perusahaan lain. Namun, sekarang sudah saatnya bagi para pengusaha untuk mempertimbangkan kembali pilihan mereka. 

Baca juga: 4 Contoh Candidate Experience Ini Ubah Reputasi Perusahaan

Perusahaan Perlu Strategi Rekrutmen Baru

Kondisi dunia dan tenaga kerja telah berubah dalam beberapa tahun ini. Tak hanya gen z yang memasuki lingkungan kerja, juga tekanan pandemi COVID-19 hingga perubahan kondisi ekonomi, sosial, dan politik.

“Gen z telah menyaksikan generasi sebelumnya dipermainkan dengan janji-janji yang tidak jelas dan diminta untuk bersyukur telah memiliki pekerjaan. Ketika ekspektasi pekerjaan jauh melebihi gaji, para kandidat ingin dan berhak untuk mengetahuinya terlebih dahulu,” konsultan sumber daya manusia Bryan Driscoll mengatakan kepada Newsweek.

Oleh sebab itu, Driscoll menyarankan agar perusahaan beradaptasi dan berstrategi dalam proses rekrutmen. Ini bertujuan untuk memperoleh generasi berbakat atau mendorong mereka bersedia melamar pekerjaan, salah satunya dengan mengumumkan gaji dalam loker. Jika tidak, perusahaan akan sedikit memperoleh kandidat terbaik pada posisi yang dibutuhkan. 

Ironisnya, perusahaan mengklaim bahwa mereka menginginkan kandidat terbaik, tetapi mereka tidak mengetahui apakah gaji yang diberikan kepada karyawan baru layak, sesuai dengan standar industri, dan berdasarkan persyaratan pekerjaan. 

Laporan EduBirdie menunjukkan bahwa 58% pekerja gen z mengatakan bahwa pendapatan tahunan sebesar USD50 ribu hingga USD100 ribu sudah cukup. Namun, satu dari empat dari mereka mengatakan USD100 ribu hingga USD200 ribu adalah kisaran gaji yang ideal.

“Perlu diperjelas, ini bukan masalah Gen Z, ini hanya strategi bisnis yang buruk,” imbuh Driscoll.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *