Dress code 02 HRPods

4 Poin Membuat Kebijakan Dress Code dan Contohnya

Sering kali dress code di setiap perusahaan dapat berbeda, tergantung pada bisnis, peran, serta budaya organisasi. Ada perusahaan yang menulis kebijakan ini agar karyawan memahami dan menerapkannya, tetapi ada pula yang tidak menuliskannya. Jika manajemen memiliki tujuan bisnis tertentu dan tujuan ini perlu tercermin dari sumber daya manusia, sebaiknya Anda dan tim menuliskan kebijakan dress code

Cara Membuat Kebijakan Dress Code 

Dress code adalah seperangkat panduan bagi karyawan tentang berpakaian yang harus mereka kenakan ketika bekerja. Perusahaan yang memiliki kebijakan dress code bertujuan ingin memperkuat citra bisnis yang positif dan profesional. Terutama saat karyawan berinteraksi dengan klien, calon klien, atau mitra bisnis. 

Untuk membuat kebijakan ini, biasanya pemimpin perusahaan menyerahkan pekerjaan ini kepada tim HR dan/atau manajemen. Adapun pembuatannya dimulai dengan menetapkan tujuan sampai meninjaunya dari waktu ke waktu. 

1. Tetapkan tujuan peraturan

Saat menyusun kebijakan atau peraturan berpakaian, tetapkan tujuan terlebih dahulu yang berpedoman terhadap tujuan, misi, dan misi perusahaan. Misalnya, tujuan perusahaan menetapkan dress code untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja, menampilkan citra profesional kepada klien, atau mencegah penggunaan pakaian yang dapat mengganggu produktivitas di tempat kerja.

2. Melibatkan karyawan

Kebijakan tata cara berpakaian juga harus melibatkan semua karyawan, termasuk menyesuaikan dengan kondisi mereka sehingga hal ini bersifat inklusif. Persyaratan apa pun yang dapat mendiskriminasi karyawan berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, atau tradisi budaya. Hal itu dapat menimbulkan masalah di masa depan. 

Chief People Officer Checkr Robert Kaskel menjelaskan bahwa peraturan harus dibuat oleh sekelompok orang dari latar belakang budaya yang beragam. Langkah itu untuk memastikan kebijakan berpakaian secara inklusif dan menghindari potensi munculnya bias.

3. Tulis dengan jelas

Untuk menegakkan tujuan perusahaan, Anda dan tim perlu menulis kebijakan dengan jelas. Artinya deskripsikan aturan berbusana secara lengkap, jika perlu dilengkapi dengan contoh gambar. Langkah ini mengantisipasi bila ada karyawan yang datang bekerja mengenakan baju yang mungkin tidak terduga. Misalnya, dress code perusahaan adalah business casual, sehingga Anda dapat menulis busana yang bisa dipakai oleh karyawan. Contoh busana business casual antara lain:

  • Kemeja lengan panjang atau pendek, flanel, blus, atau sweater
  • Gaun dengan panjang minimal selutut
  • Celana panjang, celana chino, atau rok selutut
  • Pantofel, pump shoes, flat shoes, dan sneaker

4. Perbarui kebijakan 

Sebaiknya, Anda jangan berpikir bahwa peraturan telah ditulis secara matang, inklusif, dan selaras tujuan bisnis. Pasalnya, kondisi di luar sana dapat memengaruhi perubahan kebijakan. Oleh karena itu, cek dan perbarui kebijakan secara berkala. Misalnya, kebijakan aturan berpakaian perusahaan terlihat sederhana, tetapi pada akhirnya manajemen merasa perlu memberikan kejelasan tambahan tentang isu-isu spesifik yang muncul seiring waktu.

Patrice Arend, pengacara hukum ketenagakerjaan Taft, mengatakan bahwa perusahaan perlu menjaga fleksibilitas dan memahami. Jadi, meskipun mereka telah mengadopsi kebijakan tertentu hari ini, bukan berarti kebijakan tersebut tidak akan berubah di masa mendatang. Pembuatan kebijakan ini bukan akhir segalanya, maka perusahaan perlu menyesuaikan diri. 

Artikel berikutnya: Kandidat Enggan Melamar Pekerjaan Jika Loker Tak Tulis Gaji

Contoh: 5 Poin Dalam Pembuatan Kebijakan Dress Code

At [company name], we believe that a professional appearance contributes to a productive and respectful work environment. This policy outlines our expectations for business casual attire, ensuring all employees present themselves appropriately while reflecting our company’s values.

General guidelines

All employees are expected to maintain good personal hygiene and wear clean, neat, and professional clothing at all times. Your attire should be suitable for a business setting and should not distract or cause discomfort to others. Unless otherwise specified by your manager for specific tasks or events, business casual is the standard.

Baca juga: Mengenal Penggunaan Dress Code di Kantor

Appropriate business casual attire

To help guide your choices, here are examples of acceptable clothing:

  • Tops: collared shirts (button-down, polo shirts), blouses, sweaters, and professional tops
  • Bottoms: dress pants, chinos, khakis, and capri pants. Skirts and dresses should be of a length appropriate for a professional workplace (generally knee-length or longer)
  • Footwear: dress shoes, loafers, dressy flats, and professional sandals (with a back strap)
  • Accessories: jewelry and fragrances should be worn in moderation, complementing your professional appearance

Inappropriate attire

Certain types of clothing are not suitable for our business casual environment. Please avoid wearing:

  • Casual wear:

Athletic wear: shorts, sweatpants, and yoga pants

T-shirts: unless part of a company-approved uniform or event

Casual denim with rips or excessive fading, and sneakers

  • Revealing or offensive clothing: halter tops, tank tops, crop tops, excessively tight or revealing clothing, and skirts or dresses that are inappropriately short
  • Distracting imagery: clothing with offensive language, inappropriate imagery, or overtly political or religious messages that could be distracting or uncomfortable for colleagues or clients
  • Casual footwear: flip-flops, casual sandals without a back strap, and slippers
  • Excessive accessories: overly large or noisy jewelry, and strong or excessive fragrances that might bother others
  • Damaged clothing: any clothing with holes, tears, or visible stains

Policy enforcement

Employees who do not adhere to this dress code may be asked to adjust their attire or, if necessary, may not be permitted to work until they meet the policy standards. Repeated violations of this dress code may result in disciplinary action, up to and including termination of employment.

Selanjutnya: 3 Batasan Sehat Untuk Pertemanan Di Tempat Kerja

Special considerations

We understand and respect the importance of religious and ethnic practices. This policy is not intended to prohibit any attire worn as part of religious observance or cultural tradition. If you have any questions or require clarification regarding this policy, please do not hesitate to contact the HR department at hr@company.com.

Bagaimana dengan kebijakan dress code di perusahaan Anda?


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *