Tren talent acquisition 2025 HRPods

5 Tren Talent Acquisition 2025 

Hiruk-pikuk artificial intelligence (AI) masih mewarnai bidang human resources, setidaknya hal itu tercermin dari tren talent acquisition 2025. Kondisi tersebut membuat kenaikan dalam beberapa peran di bidang teknologi, seperti AI specialist, data analyst, dan cybersecurity specialist.

Tren 2025 tak berhenti hanya di AI saja. Dari laporan Korn Ferry, tren dipengaruhi oleh perubahan bisnis yang terjadi terus-menerus. Hal itu membuat perusahaan untuk menggabungkan perencanaan bisnis terhadap risiko dan pengambilan keputusan. Berikut ini isi Talent Acquisition Trends Report 2025:

Tren Talent Acquisition 2025

1) AI’s growing pains: reality kicks in 

Memang, AI berpotensi meningkatkan produktivitas, termasuk proses rekrutmen. Menurut responden yang berasal dari profesional talent acquisition (TA), teknologi AI saat ini belum mampu menangani kebutuhan strategi TA lebih spesifik. Misalnya, mengidentifikasi kesenjangan bakat atau menafsirkan isyarat nonverbal.

Berdasarkan laporan:

  • 67% responden melihat peningkatan penggunaan AI sebagai tren TA, tetapi pada saat yang sama, mereka kini khawatir tentang ketidakakuratannya
  • 40% mengkhawatirkan AI menghilangkan human touch dalam rekrutmen
  • 25% mengkhawatirkan bias algoritmik yang menyebabkan hasil tidak adil

Bila perusahaan salah mengelola, AI dapat merusak proses rekrutmen. Sebaliknya, jika digunakan dengan tepat, AI memberikan pengalaman positif terhadap kandidat, perekrut, dan hiring manager. 

2) Razor-sharp focus on critical skills

Banyak responden tidak yakin mendefinisikan keterampilan kritis, terlebih ketika perusahaan ingin merekrut kandidat dengan keterampilan ini. Dalam kebanyakan kasus, keterampilan kritis akan membantu bisnis bertransformasi, berinovasi, atau berkembang. Keterampilan ini tidak dapat beroperasi dalam satu bidang, sehingga perusahaan memerlukan berbagai keterampilan untuk berkinerja dan berhasil.

Saat merekrut berdasarkan keterampilan, perekrut harus berfokus pada peran yang akan mendorong transformasi bisnis, lalu mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan oleh posisi tersebut. Perekrut pun memerlukan keterampilan kritis agar mampu “membaca” kemampuan kandidat.

Baca juga: 5 Tren Job Market 2025

3) L&D’s wake-up call

Selama ini, learning and development (L&D) hanya sebagai checkbox dalam daftar kinerja. Di 2025, program L&D menjadi elemen utama dalam talent strategy. Korn Ferry menemukan:

  • 67% karyawan akan tetap bekerja, jika mereka memperoleh kesempatan upskilling dan kemajuan karier dari perusahaan, meskipun mereka membenci pekerjaannya (jika tidak ada pertumbuhan karier, maka itu menjadi alasan kedua untuk mengundurkan diri)
  • 32% perusahaan berencana fokus pada upskilling guna mengatasi skill gap
  • 30% responden berupaya menjalani career path dalam pertumbuhan jangka panjang

Tahun depan, perusahaan perlu berinvestasi terhadap metode L&D yang inovatif. Contohnya, virtual reality (VR), gamification, microlearning, dan program pelatihan yang dipersonalisasi guna mengembangkan peran dan kebutuhan karyawan.

4) EVP is finally a VIP

Informasi di media sosial, testimoni dari mulut ke mulut, ulasan daring, hingga berita di media menuliskan bahwa perusahaan gagal memenuhi employee value proposition (EVP). Kondisi ini membuat kandidat waspada terhadap EVP yang hanya banyak bicara tetapi tidak ada aksinya. Kandidat yang berpotensi bersikap pilih-pilih dengan meneliti dan mengajukan lebih banyak pertanyaan selama proses rekrutmen.

Jadi, sebanyak 45% profesional HR akan mengatakan bahwa mengintegrasikan nilai budaya perusahaan, karena ini adalah kunci untuk menarik kandidat pada 2025. Korn Ferry berpendapat bahwa perusahaan yang secara terbuka menggembar-gemborkan budaya mereka, tetapi tidak mempraktikkannya kepada karyawan akan mengalami tingkat turnover lebih tinggi. 

Artikel berikutnya: Implementasi Upskilling Mendorong Career Growth Karyawan

5) Beyond the office: Hybrid 360

Korn Ferry menunjukkan bahwa fleksibilitas merupakan prioritas utama dan alasan besar karyawan bertahan atau keluar, jika mereka tidak memiliki cukup fleksibilitas kerja. Salah satu strategi 2025 adalah Hybrid 360 yang memungkinkan orang bekerja mengeluarkan seluruh potensi dengan cara yang paling sesuai bagi mereka. 

Sebesar 76% responden mengatakan tempat mereka bekerja telah menerapkan sistem kerja hibrida. 

Jika perusahaan masih berpegang teguh pada cara kerja lama, maka mereka akan kesulitan menarik dan mempertahankan karyawan. Semakin banyak fleksibilitas yang Anda tawarkan, semakin besar peluang untuk membangun karyawan yang terlibat, termotivasi, dan loyal. Namun, bukan hanya tempat kerja yang fleksibel, tetapi juga jadwal kerja dan tunjangan yang dipersonalisasi.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *