Penting sikap empati bagi praktisi HR yang harus diterapkan di tempat kerja, karena ini adalah kondisi di mana seseorang sadar terhadap perasaan dan emosi orang lain. Idelanya, semua karyawan memiliki sikap ini karena mereka dapat mendukung kinerja anggota tim atau rekan kerja agar lebih baik.
Tak terkecuali bagi tim HR, di mana mereka memiliki peran ganda untuk menunjukkan empati kepada direksi serta karyawan. Kepada direksi, HR perlu mendorong mereka untuk mencontohkan perilaku empati ke anggota tim. Di saat bersamaan, HR akan menumbuhkan sikap ini kepada karyawan dan memastikan mereka bekerja sesuai fungsinya.
Penting: Sikap Empati Bagi Praktisi HR
Laporan OC Tanner bertajuk Global Culture Report 2024 menunjukkan bahwa 41% karyawan merasa ekspresi empati dari atasan mereka tidak bermakna dan 47% menyatakan ekspresi tersebut tidak memiliki tindak lanjut.
Dengan kata lain, sikap empati yang efektif memerlukan tindakan dan dukungan yang lebih lanjut. Pasalnya, karyawan akan lebih mungkin merasa terlibat dan puas jika pemimpin dan manajemen perusahaan benar-benar mengambil tindakan nyata. Bahkan mereka dapat bekerja 2,5 tahun lebih lama ketika atasan mereka berempati.
Di sisi lain, pemimpin yang mampu bersikap empati adalah mereka yang pernah bekerja sebagai karyawan sebelumnya atau yang akrab bekerja dengan anggota timnya. Meski demikian, langkah nyata empati untuk mendorong keterlibatan karyawan adalah mendengarkan, memahami, meminta umpan balik, dan membangun hubungan yang bermakna.
ARTIKEL SELANJUTNYA: 8 Best Practice Sikap Empati di Organisasi
OC Tanner menyarankan kepada praktisi HR untuk menerapkan sikap dasar empati praktis di lingkungan kerja, yaitu:
- Berfokus pada prioritas kebutuhan karyawan
- Pahami masukan dan umpan balik tentang pengalaman karyawan
- Dengarkan pembicaraan karyawan secara saksama
- Terima perspektif berbagai kelompok dan individu
- Berikan dukungan atas nama karyawan
- Sediakan sumber daya pendukung agar pemimpin mengetahui batasan kapan dan bagaimana harus menindaklanjuti masalah karyawan sehingga ia tidak burnout
Dengan menumbuhkan sikap empati, tim HR akan mengetahui karyawan yang membutuhkan bantuan dan cara terbaik untuk memberikan dukungan. HR yang berempati mampu:
- Membangun hubungan emosional
- Memiliki tantangan
- Mengidentifikasi peluang perubahan
- Bertindak dengan memahami situasi
BACA JUGA: Manfaat Sikap Empati Di Tempat Kerja
Empati Bukan Berarti Abaikan K3
Sikap empati adalah elemen kunci dari emotional intelligence, yang menghubungkan bagaimana kita sebagai individu memahami apa yang dialami oleh orang lain. Namun, bersikap empati bukan berarti mengabaikan peraturan perusahaan.
Peraturan tak hanya mengacu pada petunjuk dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan saja. Namun, perusahaan juga wajib mematuhi peraturan industri dan pemerintah. Salah satunya adalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
ARTIKEL TERKAIT: Sistem Manajemen K3 Dan Cara Penerapannya Di Perusahaan
Apakah semua perusahaan harus menerapkan K3?
Juni lalu, terdapat peristiwa viral yang melibatkan seorang HR dari PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menghampiri dan meneriakkan kata ‘sampah’ kepada calon karyawan karena merokok di ruangan. Tak lama, ia menyita kartu identitas kandidat tersebut. Kejadian tersebut viral di media sosial dan memicu warganet untuk mengkritik HR karena berkata dan berperilaku kasar.
Setelah diusut oleh manajemen, ternyata kandidat merokok di ruangan yang tidak diperbolehkan untuk merokok. Si HR tersulut emosi saat melihat seseorang merokok di lingkungan kerja.
Diketahui bahwa PT IMIP adalah pengelola kawasan industri berbasis nikel dengan rantai industri terpanjang di dunia yang memiliki produk utama berupa nikel, stainless steel, dan carbon steel.
Berdasarkan PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), pasal 5 ayat (1) dan (2):
- Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
- Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
- mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau
- mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
Kalimat ‘tingkat potensi bahaya tinggi’ merujuk kepada perusahaan yang memiliki potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa manusia serta mengganggu proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja. Bila melihat kembali kejadian di PT IMIP, merokok di industri pertambangan nikel dapat dikategorikan berbahaya dalam proses produksi, meskipun dilakukan di dalam ruangan HR.
Memang, kita tidak boleh memaki atau mengumpat kepada rekan kerja dan kandidat meski mereka melakukan kesalahan. Namun, jangan sampai kita mengabaikan prosedur K3, terlebih jika mempertaruhkan nyawa orang-orang di lingkungan kerja dan sekitarnya. Jadi, sampaikan peraturan dengan jelas berdasarkan peraturan dan konsekuensi jika seseorang melanggarnya.
Leave a Reply