Onboarding HRPods

5 Tren Onboarding Ini Dapat Anda Jadikan Referensi

Ranah human resources (HR) akan terus berkembang dan berdampak signifikan terhadap organisasi, salah satunya adalah onboarding. Sebelum pandemi COVID-19, onboarding harus dilakukan tatap muka di kantor. Ketika pandemi dan pascapandemi, tak sedikit perusahaan yang menyelenggarakan secara virtual. 

Memang, awalnya proses ini sulit untuk dilakukan, tetapi kehadiran artificial intelligence (AI) membuat tim HR dapat mengoptimalkan tugas mereka, termasuk melangsungkan onboarding. Ya, onboarding karyawan baru dengan pemanfaatan AI menjadi tren di tahun ini. 

5 Onboarding Tren 2024

Tren di bidang HR tak melulu tentang teknologi, seperti fitur HRIS dan ATS yang dilengkapi AI. Namun, tren juga dapat muncul karena pengembangan terhadap sesuatu yang baru atau berbeda, baik yang berhubungan dengan teknologi maupun tidak. 

Ani Banerjee, CHRO KnowBe4, menuliskan HR dapat memanfaatkan AI untuk menulis job description, menyaring resume, hingga melakukan onboarding karyawan. 

Studi dari Brandon Hall Group menyatakan bahwa proses onboarding karyawan yang baik membantu perusahaan untuk meningkatkan retensi karyawan sebesar 82%. Jika perusahaan tidak memperbaikinya pada tahun ini, maka ada kemungkinan Anda akan kesulitan mempertahankan karyawan. 

1) Integrasi digital 

Integrasi digital menjadi salah satu tren HR tahun ini, karena tak sedikit perusahaan yang masih menerapkan model kerja hybrid atau jarak jauh. Untuk onboarding, tim HR perlu menggunakan perangkat lunak yang mudah diakses yang menawarkan tur virtual, digital handbooks, dan modul interaktif. 

Onboarding tak sekadar mengatakan ‘Selamat Datang’ kepada karyawan baru. Perusahaan, melalui tim HR, harus mengimplementasikan budaya perusahaan meski dilakukan secara jarak jauh atau hybrid. Contohnya

  • Menciptakan ruang berkomunikasi antar karyawan, sehingga anggota baru mendapatkan insight dari karyawan lama 
  • Memiliki kanal komunikasi, seperti Google Spaces, Slack, Trello, atau Discord
  • Karyawan baru dapat terlibat dalam pembicaraan dengan tim maupun memberikan umpan balik kepada tim HR tentang onboarding

Langkah tersebut akan membuat karyawan baru merasa diterima dan didengarkan, sehingga membangun keamanan psikologis di tempat kerja. Keamanan psikologis berperan penting dalam talent war saat ini.

Artikel terkait: Memahami Pasar Tenaga Kerja Dan Strateginya Dalam Talent War

2) Personalisasi

Personalisasi dalam onboarding terjadi ketika perusahaan menyadari bahwa setiap karyawan baru memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang unik. Oleh karena itu, perusahaan memberikan materi onboarding yang dipersonalisasi. Hal ini memastikan karyawan baru tak hanya menerima informasi dari tim HR atau manajer saja, tetapi proses onboarding sesuai dengan kebutuhannya.

Microsoft terkenal dengan personalisasi onboarding, di mana manajer melakukan pertemuan one-on-one lebih awal dan lebih sering serta memprioritaskan pengalaman karyawan baru.

3) Diversity & inclusivity

Studi telah membuktikan bahwa keberagaman membuat kita lebih pintar, kreatif, dan rajin. Namun, perusahaan terjebak membahas produktivitas kerja dalam sesi onboarding. Padahal produktivitas berkesinambungan memerlukan praktik diversity and inclusivity.

Di beberapa perusahaan, mereka memberikan pelatihan diversity and inclusivity saat onboarding, sehingga menumbuhkan lingkungan kerja yang mendorong budaya saling menghargai keberagaman. Misalnya, menetapkan program mentoring serta memastikan kebijakan dan budaya perusahaan mendukung karyawan yang beragam, mengajak mereka berdiskusi tentang DEI, serta menyuarakan isu-isu sosial ke dalam forum internal. 

Artikel berikutnya: Penerapan DEI Pada Karyawan L’Oréal Indonesia

4) AI & human touch

Siapa yang menggunakan AI dalam pekerjaan saat ini? Di bidang HR, AI sangat membantu dalam onboarding, seperti penggunaan chatbot di mana karyawan baru dapat mengobrol secara interaktif tentang hal-hal praktis di perusahaan. 

Survei Super CIO terhadap 1.500 karyawan, 40% karyawan baru mengatakan bahwa mereka membutuhkan waktu terlalu lama untuk mendapatkan jawaban dari HR. Otomatisasi memberikan jawaban secara real time, sehingga Anda karyawan baru mempunyai pengalaman bermakna.

5) Fokus terhadap wellbeing 

Employee wellbeing tak hanya berlaku pada aspek fisik saja, tetapi juga mental. Studi menunjukkan bahwa karyawan gen z menginginkan jaminan kesehatan mental dan kesejahteraan saat bekerja. Tim HR perlu memikirkan inisiatif kesejahteraan, seperti wellbeing workshop, mental health days, dan webinar tentang finansial.

Proses onboarding perlu memperhatikan aspek empat C, yakni compliance, clarification, culture, dan connection guna mempercepat integrasi karyawan baru ke dalam perannya. Tim HR dan manajer harus menggunakan masa ini untuk meningkatkan motivasi, membangun kepercayaan, serta meningkatkan kepuasan kerja anggota baru.

Dan, jangan lupa untuk menetapkan ekspektasi terhadap peran pekerjaan dan membantu karyawan baru memahami tujuan dan etika organisasi. 


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *