Employee Relationship 02 HRPods

6 Masalah Employee Relationship Ini Sering Terjadi

Berdasarkan laman Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD), masalah utama bagi pemberi kerja adalah apakah mereka melengkapi manajer dengan keterampilan employee relationship atau tidak.

Seorang manajer, supervisor, atau pemimpin tim kecil perlu membangun iklim positif dengan anggota timnya. Tujuannya agar anggota meningkatkan kontribusinya terhadap kinerja bisnis.

Jika terjadi gesekan antar karyawan, Anda dapat membantu penyelesaian masalah mereka dengan menjalankan prinsip employee relationship.

Memahami Employee Relationship

Dengan keterampilan employee relationship, manajer akan lebih percaya diri dan memiliki kompetensi dalam mengelola tim.

Namun penelitian CIPD bertajuk Managing Conflict in the Modern Workplace menunjukkan bahwa manajer lini mengaku paling sulit untuk mengelola konflik dan mengelola percakapan yang sulit.

Dari penelitian itu terlihat manajer lini membutuhkan employee relationship lebih spesifik untuk meningkatkan hubungan kerja di organisasi.

Karyawan bukan sekadar seseorang yang bekerja untuk memperoleh uang. Memang, dalam kenyataannya, hubungan perusahaan dan karyawan adalah transaksional.

Di pihak perusahaan, mereka melihat bahwa aset-aset tersebut telah mendedikasikan waktu, tenaga, dan energi untuk berkontribusi kepada organisasi. Walaupun tak dipungkiri, ada saja hal-hal yang berkaitan dengan employee relationship yang perlu diperhatikan oleh tim HR dan manajemen.

Masalah Employee Relationship Ini Sering Terjadi

#1 Jam kerja

Jam kerja adalah salah satu masalah yang sering terjadi dalam employee relationship. Sering kali terdapat perdebatan antara karyawan dan atasannya soal hal ini.

Karyawan mengklaim telah bekerja lebih lama dibanding waktu yang telah ditentukan. Sedangkan, pemimpin tim berpendapat sebaliknya, karena daftar presentasi merekam keterlambatan karyawan. HR berada di tengah pertikaian tersebut.

Ya, menyebalkan. Untuk menengahi atau meminimalisir pertikaian semacam itu, tim HR harus mengecek dan mengingatkan kembali tentang peraturan jam kerja. Ingatkan pula tentang sanksi jika karyawan terlambat datang ke kantor atau mekanisme lembur.

Misalnya, tulis kembali aturan jam kerja dalam bentuk salindia, lalu kirim ke semua surel karyawan. Jika perlu, cetak peraturan tersebut dan tempel di ruangan yang bisa dilihat semua karyawan.

Hal tersebut dapat mendorong mereka mengelola jadwal kerja secara efisien. Jika ada selisih pendapat tentang jam kerja muncul lagi, HR dapat menggunakan peraturan perusahaan sebagai referensi dan melihat jenis tugas yang sedang dikerjakan oleh karyawan.

#2 Waktu kehadiran

Selain jam kerja, waktu kehadiran karyawan juga sering memicu konflik.

Mungkin ini adalah masalah yang tak kunjung henti di organisasi Anda, seperti terlambat datang ke kantor tetapi durasi kerja lebih dari sembilan jam, tidak menghadiri rapat, atau tidak mengisi data presensi (fisik atau digital).

Ada juga karyawan yang bekerja dari pukul 10.00-21.00 tetapi datang ke kantor terlambat (jam kerja mulai 09.00) dan tim leader hanya fokus pada waktu kedatangan, sehingga keduanya berselisih paham.

Solusinya, HR bertanya ke karyawan dan tim leader secara terpisah, lalu pertemukan keduanya. Beritahukan kegelisahan tim bantu agar dia bisa meningkatkan produktivitas dan sesuai compliance.

#3 Gaji dan tunjangan

Salah satu alasan orang bekerja adalah untuk mendapatkan uang. Alasan lain, mereka menginginkan kompensasi yang sesuai dengan beban kerja, lamanya bekerja, serta inflasi.

Jika gaji dan tunjangan yang mereka terima tidak sebanding dengan beban kerja, ditambah karyawan baru menerima gaji dan tunjangan lebih dari yang dia terima, bukan tak mungkin hal itu menimbulkan masalah, gosip, hingga produktivitas menurun.

Dalam employee relationship, HR bersama pimpinan dan manajemen membuat struktur dan skala upah (SSU), mekanisme kenaikan gaji, serta tunjangan yang diperoleh masing-masing level karyawan.

#4 Cuti dan izin

Setiap karyawan berhak atas cuti tahunan. Begitu pula dengan pemberian izin jika karyawan sedang sakit.

Berdasarkan UU Cipta Kerja 11/2020 Bab Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa buruh atau karyawan berhak atas cuti tahunan sebanyak 12 hari setelah satu tahun bekerja.

Hal ini sering menimbulkan masalah ketika a) ada cuti karyawan ditolak tim leader, sedangkan rekan kerjanya bisa mengambil cuti tanpa masalah dan b) karyawan yang sudah merasa kepalanya pusing tetap bekerja hanya karena dia tidak menunjukkan surat dokter saat itu. Kedua masalah tersebut bisa berujung konflik di tempat kerja.

Meski hubungan perusahaan dan karyawan bersifat transaksional, tetapi jangan sampai menghilangkan sisi humanisme Anda. Tim HR dapat menggunakan HRIS agar karyawan dapat mengatur jadwal cutinya, karyawan yang sakit bisa mengajukan izin dan mengunggah surat keterangan dokter secara digital, dan tim leader harus mematuhi kebijakan.

#5 Konflik interpersonal

Konflik interpersonal sudah menjadi masalah umum di dunia kerja. Masalah ini terjadi karena persoalan pribadi, perbedaan sudut pandang, atau terkait pekerjaan.

Konflik ini akan memengaruhi komunikasi dan produktivitas kerja. Bahkan ini dapat berakhir dengan perkelahian fisik.

Di sini, mereka memerlukan peran HR dalam membantu keharmonisan hubungan antar karyawan. Jika konflik muncul, Anda bisa mendengarkannya dari kedua sisi, berempati, dan menjadi pendengar yang aktif.

#6 K3

Kecelakaan kerja menjadi mimpi buruk bagi perusahaan. Itulah sebabnya setiap perusahaan harus berupaya lebih keras dalam mempromosikan keselamatan di tempat kerja. Hal ini berlaku untuk semua industri bisnis.

Untuk memastikan keselamatan kerja, HR dapat menyediakan peralatan keselamatan yang sesuai kepada karyawan, seperti masker, kacamata, dan sarung tangan, hingga memastikan langkah-langkah keamanan kerja yang diperlukan tersedia.


by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *