Karyawan Bahagia 01 HRPods

8 Faktor Yang Memengaruhi Karyawan Bahagia

Karyawan bahagia akan peduli dengan apa yang terjadi pada perusahaan.

Mereka lebih memperhatikan kebutuhan pelanggan, memahami setiap perubahan dalam bisnis, hingga menjadi contoh bagi karyawan lain.

Dengan demikian karyawan bahagia meningkatkan produktivitas personal maupun perusahaan. Perusahaan layak mempertahankannya.

Karyawan Bahagia = Produktivitas Meningkat

Karyawan bahagia menjadi harapan bagi perusahaan.

Hal itu terlihat dari harga saham perusahaan yang masuk dalam 100 Best Companies to Work for versi Fortune naik 14% per tahun, terhitung dari 1998 hingga 2005.

Sedangkan perusahaan yang tak masuk dalam daftar tersebut melaporkan kenaikan 6%.

Perkembangan perusahaan berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan produktivitas terkait dengan kebahagiaan.

Studi dari Social Media Foundation menemukan bahwa karyawan bahagia akan lebih produktif 20% dibanding yang tidak bahagia. Pada karyawan penjualan, kebahagiaan berdampak lebih besar yaitu meningkatkan penjualan sebesar 37%.

Dua temuan di atas memperlihatkan bahwa karyawan bahagia adalah modal perusahaan. Mereka yang bahagia akan lebih memperhatikan pekerjaannya, terdorong untuk mencapai tujuan, serta peduli pada apa yang terjadi di perusahaan.

Kepedulian mereka terhadap perusahaan tak sebatas target. Namun juga memperhatikan kebutuhan pelanggan hingga berhati-hati terhadap proses kerja dan sistem yang berlaku. Alhasil ketika hal tersebut berjalan lancar, profitabilitas perusahaan pun meningkat.

8 Faktor Yang Memengaruhi Karyawan Bahagia

Banyak studi yang menunjukkan karyawan bahagia membuat produktivitas meningkat. Apa yang membuat mereka bahagia? Apakah hal itu tumbuh dari diri sendiri atau lingkungan kerja?

Kepribadian dapat berpengaruh dalam kebahagiaan seseorang. Namun, berkaitan dalam lingkungan kerja, ada faktor lain yang memengaruhi kebahagiaan mereka, yaitu:

1) Gaji

Berdasarkan penelitian RevoU pada Juni 2021, gaji merupakan faktor pertama yang memengaruhi kebahagiaan karyawan.

Banyak karyawan memberikan reviu positif saat gaji mereka sesuai ekspektasi atau di atas rata-rata angka pasar. Terlebih kala pandemi, perusahaan yang memberikan kepastian gaji membuat karyawan merasa lebih tenang.

RevoU juga menemukan bahwa karyawan tak bahagia karena mereka tidak memperoleh kompensasi sesuai peraturan berlaku ketika pandemi.

2) Tunjangan dan fasilitas

Selain gaji, tunjangan dan fasilitas menjadi faktor yang membuat karyawan bahagia.

Masing-masing perusahaan memiliki tunjangan dan fasilitas berbeda. Pada umumnya, tunjangan karyawan mencakup asuransi kesehatan, uang makan, uang transportasi, atau saham.

Contoh, dua perusahaan (A dan B), keduanya memberikan gaji pokok Rp8 juta per bulan. Bedanya, perusahaan A memberikan tunjangan BPJS, makan siang, dan fasilitas olahraga serta wellness program, sedangkan perusahaan B memiliki tunjangan BPJS dan asuransi jiwa (karyawan dan keluarga), dan uang transportasi.

Hasil penelitian RevoU memperlihatkan perusahaan teknologi seperti Tokopedia, Tiket.com, dan HappyFresh memberikan fasilitas menarik bagi karyawan.

Tokopedia, misalnya, memberikan fasilitas dokter daring gratis 24/7, yoga secara daring, mengusulkan pelatihan eksternal yang dibayar oleh perusahaan, dan lainnya.

3) Apresiasi

“Presentasi kamu tadi bagus,” kata manajer kepada salah satu anggota tim setelah rapat dengan level eksekutif.

Kalimat itu terdengar sederhana, tetapi karyawan yang memperoleh apresiasi atau umpan balik atas pekerjaannya dapat membuatnya bahagia.

Jadi, tak ada salahnya untuk memberikan apresiasi secara konsisten dan mengingatkan kontribusi yang telah mereka lakukan. Ini memengaruhi produktivitas kerja.

4) Lingkungan kerja

Harus diakui oleh HR maupun pemimpin bahwa lingkungan kerja terkadang membuat karyawan merasa bosan. Lingkungan ini terkait manajemen perusahaan, gaya kepemimpinan, dan dukungan rekan kerja.

RevoU mendapati bahwa dukungan rekan kerja membuat seseorang senang karena ia belajar dan berkembang. Namun, SOP dan strategi bisnis yang tak jelas ditambah dengan gaya leadership tradisional bisa membuat karyawan tidak bahagia.

5) Otonomi

Pemimpin yang micromanaging, seperti terlalu terlibat dalam pekerjaan karyawan, tidak melibatkan mereka saat pengambilan keputusan, hingga kerap meminta laporan terlalu rinci bisa membuat mereka tidak bahagia.

Jadi, pemimpin harus memberikan otonomi kepada anggota timnya. Percayakan mereka untuk menjalankan pekerjaan sesuai cara mereka, selama tujuannya jelas serta tak melanggar SOP.

6) Komunikasi dan transparansi

Gaji membuat karyawan bahagia, tetapi jika tak ada komunikasi dan transparansi akan menyebabkan mereka murung karena mereka merasa tak dihargai.

Karyawan yang bekerja di lingkungan yang transparan, biasanya mereka menikmati hubungan yang lebih baik dengan manajemen dan rekan kerja. Pemimpin dan manajemen yang aktif membangun komunikasi membuat karyawan merasa dihargai dan terlibat dalam pencapaian tujuan perusahaan.

7) Personal growth

Mendukung personal growth karyawan dapat berupa memberikan program pelatihan atau short course secara berkala dan memberikan biaya kuliah. Dengan modal tersebut, mereka mempertajam keterampilan tingkat lanjut sekaligus mengembangkan kariernya.

8) Work-life balance

Terkadang, perusahaan memaksa karyawan untuk bekerja lembur karena ada tugas yang harus diselesaikan tepat waktu.

Jika overtime karena beban kerja bertambah, itu akan membuat mereka kelelahan, produktivitas menurun, dan tidak bahagia.

Bagi tim HR, tak mudah mengidentifikasi karyawan burnout jika mereka tak mengatakannya langsung. Jadi, Anda dapat mempromosikan work-life balance.

Misalnya, jadwal kerja fleksibel, membuat peraturan jam, atau mendorong pemimpin mengenali tanda-tanda karyawan burnout.


by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *