Budaya organisasi dapat menentukan kesuksesan perusahaan. Ini karena budaya organisasi membangun komunikasi, keterlibatan karyawan, serta pemberian program learning and development.
Penelitian Quantum Workplace menunjukkan bahwa 66% karyawan mengatakan budaya organisasi berdampak positif pada pekerjaan dan perilaku mereka sehari-hari.
Budaya organisasi yang positif memperkuat keterlibatan karyawan. Saat karyawan menyatakan setuju terhadap budaya tersebut, mereka lebih banyak terlibat dan perusahaan pun memiliki nilai kompetitif.
4 Tipe Budaya Organisasi: Kekurangan Dan Kelebihan
Budaya organisasi merupakan cara yang tepat untuk berperilaku dalam kelompok kerja untuk mencapai tujuan bersama.
Budaya ini terdiri dari keyakinan dan nilai bersama yang ditetapkan oleh para pemimpin. Selanjutnya, budaya dikomunikasikan dan diperkuat melalui berbagai metode yang membentuk persepsi, perilaku, dan pemahaman karyawan.
Kondisi tersebut tidak lepas dari tipe budaya organisasi. Namun, masing-masing tipe memiliki kelebihan dan kelemahannya.
1) Adhocracy culture
Adhocracy culture adalah tipe budaya yang bersifat fleksibel dan tak terhalang prosedur serta birokrasi.
Adhocracy culture menekankan pada inovasi, pergerakan tahap yang cepat, peningkatan konstan, serta menghargai nilai individu. Ini memberikan kebebasan berinovasi dan sangat kompetitif. Perusahaan yang mengadaptasi budaya ini, antara lain Google, Apple, dan Facebook.
Plus
Memiliki andil pada kepopuleran perusahaan. Budaya ini mendorong karyawan untuk menggunakan kreativitas dan ide serta kemampuan memecahkan masalah. Hal itu mendukung pengembangan karier mereka.
Minus
Budaya ini menjadi kurang layak ketika perusahaan rintisan menjadi perusahaan besar. Ada beberapa fungsi atau unit bisnis yang bergerak lebih lambat, seperti etika bisnis dan kepatuhan.
Cara mengelola
Perusahaan perlu mengajak karyawan untuk brainstorming dan mengeksekusi tugas secara kreatif, sehingga mendorong kinerja mereka. Budaya ini dapat diturunkan ke unit tertentu guna memastikan perusahaan tetap inovatif dan kompetitif di pasar.
2) Clan culture
Clan culture kerap digunakan oleh bisnis kecil atau perusahaan keluarga yang tidak hierarkis serta mengutamakan karyawan semua level.
Tujuannya agar karyawan bekerja secara kolaboratif dalam tim dan memastikan mereka merasa setara. Contohnya, karyawan terbuka memberikan umpan balik.
Plus
Kelebihan budaya ini adalah memuji keterlibatan karyawan yang tinggi dan bisnis mudah beradaptasi. Salah satu tolok ukurnya ketika karyawan bahagia, pelanggan juga bahagia, dan bisnis pun akan maju.
Minus
Ada kalanya, perusahaan kesulitan mempertahankan pertumbuhan bisnis karena operasional bisnis harian berantakan.
Cara mengelola
Langkah awal mengelola karyawan dalam clan culture adalah fokus kepada mereka. Komunikasi intensif dan memberikan umpan balik secara terbuka bagi tim.
Langkah kedua, pertimbangkan ide karyawan, memahami pendapat mereka tentang upaya mendukung perusahaan, dan cara mengeksekusi hal tersebut.
#3 Hierarchy culture
Hierarchy culture ditentukan oleh struktur, prosedur, serta tingkat otoritas. Perusahaan keuangan, asuransi kesehatan, hingga minyak dan gas banyak mengadaptasi budaya ini.
Dengan hierarchy culture, manajemen dapat mengelola risiko lebih baik, stabil, dan efisien. Karyawan akan mengetahui tugas dan tanggung jawab serta regulasi kerja.
Plus
Budaya hierarki memiliki proses yang terdefinisi dengan baik dan memenuhi tujuan utama perusahaan.
Minus
Budaya ini cenderung kaku dan tidak mendukung umpan balik karyawan, sehingga menghalangi mereka untuk berinovasi dan bergerak cepat terhadap perubahan yang mendadak.
Cara mengelola
Pastikan setiap tim memiliki tujuan jangka pendek dan panjang yang jelas. Fokus pada operasional harian serta jangan mengubah sesuatu dalam waktu dekat.
#4 Market culture
Market culture memprioritaskan terhadap keuntungan atau berfokus pada kesuksesan eksternal dibanding kepuasan internal.
Perusahaan dengan budaya ini akan mengevaluasi semua hal dan menekankan pencapaian. Perusahaan yang mengadaptasi market culture di antaranya Tesla, Amazon, dan General Electric.
Plus
Fokus mencapai keuntungan dan kesuksesan, sehingga perusahaan dapat berumur panjang.
Minus
Karyawan memiliki keterbatasan dalam pengambilan keputusan dan posisi yang berhubungan langsung terhadap tugas mereka. Risiko karyawan burnout, karena perusahaan bergerak sangat cepat.
Cara mengelola
Budaya ini akan menuntut karyawan lebih kreatif dan membawa hal baru sebelum pesaing mereka memilikinya. Untuk menghindari burnout, perusahaan perlu memberi penghargaan kepada karyawan terbaik untuk menginspirasi rekan kerjanya.
Langkah Mengimplementasikan Budaya Organisasi
Implementasikan budaya organisasi memerlukan peran pemimpin, manajemen, dan tim HR. Mereka adalah pengelola budaya untuk tetap fokus terhadap efektivitas perusahaan.
Di bidang HR, Anda dapat implementasikannya mulai dari:
1) Proses rekrutmen
Proses rekrutmen merupakan gerbang awal mengenalkan budaya organisasi kepada kandidat.
Proses ini tak sekadar mencari kandidat dengan keterampilan dan kompetensi mumpuni saja, juga mempertimbangkan kepribadian individu dengan budaya organisasi. Jika kedua hal itu sesuai, ia akan cenderung memiliki kinerja tinggi.
2) Onboarding karyawan
Dalam onboarding, tim HR dan manajer akan memperkenalkan karyawan baru dengan visi dan misi perusahaan hingga budaya organisasi.
Anda dapat membantu karyawan baru dengan buddy. Tugas buddy adalah mendampingi anggota baru menjadi bagian tim, sehingga ia memiliki pengalaman bekerja yang menyenangkan.
3) Employee recognition
Ini adalah praktik perusahaan untuk memberikan pengakuan sekaligus memotivasi kinerja karyawan, karena ia telah bertindak sesuai dengan nilai dan budaya organisasi. Misalnya, memberikan pengakuan atas keberhasilan tim sales mencapai target.
4) Manajemen kinerja
Dalam program manajemen kinerja, tim HR dapat menguraikan harapan karyawan dan perusahaan. Anda perlu menyediakan alat umpan balik yang tepat agar karyawan memiliki kinerja lebih baik.
Contoh budaya organisasi di Google
Upaya implementasi budaya organisasi yang dilakukan oleh Google adalah merancang ruangan kerja yang tidak bersekat, sehingga meminimalisir jarak dalam berkomunikasi antar karyawan. Mengadakan forum diskusi secara intensif untuk lebih menguatkan kebiasaan berbagi pengetahuan.
Peran HR Dalam Menjalankan Budaya Organisasi
Berdasarkan Gallup, tim HR mengajarkan dan memperlengkapi pemimpin berbagai level untuk menerapkan nilai-nilai budaya organisasi.
Bekal dari HR dijalankan oleh mereka ke dalam pekerjaan. Salah satunya, mencontohkan perilaku berdasarkan budaya organisasi kepada anggota tim.
Ya, tim HR yang harus menentukan bagaimana mengubah budaya di tempat kerja dan mengarahkan prosesnya. Dengan demikian, karyawan dapat menavigasi bisnis terhadap kondisi sekarang dan masa depan dengan lebih baik.
Masih menurut Gallup, perusahaan berkinerja tinggi memiliki departemen HR yang aktif terlibat untuk menjaga budaya organisasi dengan peran:
1) Champion
Menentukan apa yang perlu diubah dan meningkatkan kesadaran terhadap inisiatif dan aktivitas yang akan membentuk ulang budaya.
2) Coach
Menempatkan solusi yang menginspirasi untuk mendukung tujuan perusahaan.
3) Consultant
Menginterpretasikan data untuk memberi saran kepada pimpinan tentang hasil perubahan budaya.
Saat tim HR menjalankan peran di atas, Anda akan mencari cara untuk memperbarui dan mereformasi cara perusahaan beroperasi. Alhasil Anda juga perlu mempertimbangkan apa yang mungkin dihadapi oleh tim HR.
Namun, tim HR juga perlu melibatkan pemimpin sosok yang merepresentasikan pengubah budaya organisasi.
Terkadang, perusahaan hanya memerlukan perubahan kecil pada model bisnis untuk menghasilkan lebih banyak, tetapi membutuhkan peran pemimpin dalam pembentukan budaya yang kuat.
Leave a Reply