pasar kerja

Pertumbuhan Pasar Kerja 2022 Dan 2023

Banyak pemimpin yang kesulitan mengetahui lebih dalam tentang pasar kerja 2022 dan 2023.

Dalam kurun waktu dua tahun ini, ada banyak pemimpin yang mengeluhkan ketidaktahuan mereka kepada tim HR perusahaan. Tak jarang mereka menggunakan jasa konsultan.

Namun, menjadi tugas HR untuk membagi informasi yang jelas dan rinci mengenai pertumbuhan pasar kerja kepada pimpinan dan manajemen. 

Sebagai salah satu upaya mengatasi tantangan bisnis, HR memiliki peran penting dalam mengedukasi dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para pimpinan.

Sehingga manajemen dapat mengambil keputusan dengan bijak dan beradaptasi dengan perubahan pasar kerja dengan cepat.

Bagaimana Pasar Kerja 2022 dan 2023?

Menurut penelitian terbaru oleh SEEK, perusahaan induk Jobstreet dan JobsDB, pasar tenaga kerja di Indonesia sangat kompetitif.

Dalam survei yang melibatkan 97.324 responden di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, ditemukan bahwa 76% responden di Indonesia sering kali mendapatkan tawaran pekerjaan dari berbagai bidang dalam setahun.

Selain itu, 43% responden di Indonesia mengungkapkan bahwa work-life balance menjadi prioritas utama dalam memilih pekerjaan.

Dalam penelitian yang berjudul ‘Apa yang Diharapkan Pekerja Diketahui Oleh Perusahaan: Membuka Pintu Masa Depan Rekrutmen’ terungkap bahwa 42% responden di Indonesia menganggap kesempatan jenjang karier sangat penting dalam memilih pekerjaan.

Sebanyak 34% responden secara aktif mencari pekerjaan baru, dengan motivasi utama mencakup mencari posisi yang lebih menarik atau jenjang karier yang lebih tinggi (49%), kurangnya kesempatan perkembangan karier di tempat kerja (30%), dan ketidakpuasan terhadap gaji dan tunjangan (27%).

Sementara menurut prediksi Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), meskipun dihadapi dengan ancaman resesi global pada 2023, perekonomian domestik Indonesia tetap kuat.

Faisal juga menyatakan bahwa situasi pasar tenaga kerja di Indonesia tahun depan diprediksi tetap aman.

Dalam wawancara dengan Tempo pada 16 Oktober 2022, Faisal mengatakan, ia optimis adanya pasar tenaga kerja dapat membuat tenaga kerja lebih dinamis dan fleksibel.

Ia menambahkan, menurutnya, baik perusahaan maupun pencari kerja tidak hanya akan mencari pekerjaan penuh waktu (full-time), tetapi juga pekerjaan paruh waktu.

Terlebih lagi, setelah pandemi COVID-19, perusahaan dan pekerja telah terbiasa dengan budaya kerja yang serba digital.

Hal inilah yang membuat pasar tenaga kerja menjadi lebih dinamis, terutama bagi generasi muda yang baru memasuki pasar kerja.

Pertumbuhan Pasar Kerja 2022 Dan 2023

Selama periode tahun 2020-2022, dunia menghadapi berbagai krisis yang memengaruhi pasar kerja.

Hingga 2021, Indonesia masih mengalami peningkatan kasus COVID-19 dan tingginya tingkat kematian terutama pada Agustus 2021. Hal ini berdampak signifikan pada kondisi pasar kerja Indonesia yang saat itu sedang membaik.

Pada triwulan pertama hingga triwulan tiga tahun 2022, perekonomian Indonesia juga dinilai cukup baik.

Mass Layoff di 2022

Namun, situasi pasar kerja yang sudah mulai membaik tampaknya terganggu kembali. Pada November 2022, banyak berita tentang PHK massal di perusahaan rintisan.

Hal ini disebabkan salah satunya oleh isu resesi global yang diperkirakan terjadi pada 2023, sehingga banyak perusahaan yang melakukan efisiensi.

Tanda-tanda ini sudah mulai terlihat dari peningkatan inflasi bulanan hingga November 2022. BPS mencatat inflasi tahun ke tahun sebesar 5,95% pada bulan September 2022 dan sekitar 5,42% pada November 2022.

Data Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) hingga Agustus 2022 menunjukkan optimisme dalam pasar kerja. Menurut mereka jumlah angkatan kerja mencapai 143,72 juta orang, naik 3,57 juta orang dibandingkan Agustus 2021. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,83%

BPS mencatat bahwa jumlah tenaga kerja dengan status sebagai buruh karyawan atau pegawai mencapai 50,95 juta orang, sementara pekerja formal mencapai 55,06 juta orang.

Selain itu, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,72% secara tahunan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga mengalami penurunan dari 7,07% pada Agustus 2020 menjadi 5,86% pada Agustus 2022.

Pemulihan pasar kerja hingga Agustus 2022 juga didukung oleh informasi big data dengan meningkatnya angka iklan lowongan pekerjaan dan kestabilan jumlah perusahaan yang menyediakan lowongan.

Pengembangan SIPK

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menekankan pentingnya pengembangan Sistem Informasi Pasar Kerja (SIPK) dalam mengakomodasi pertumbuhan angkatan kerja dan mengikuti perkembangan dunia ketenagakerjaan.

Ida Fauziyah meminta jajarannya untuk terus mengembangkan SIPK yang sudah ada.

Menurutnya pengembangan SIPK merupakan kebutuhan yang mutlak agar dapat melakukan perencanaan tenaga kerja dengan baik, dan memenuhi kebutuhan informasi pasar kerja bagi pihak-pihak yang terkait, seperti pemerintah, pencari kerja, pemberi kerja, lembaga pelatihan kerja, dunia usaha, dan masyarakat umum.

Sebagai tambahan, menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi, terdapat lima strategi nasional dalam pengembangan sistem informasi pasar kerja dan layanan informasi pasar kerja, yaitu :

  • Meningkatkan peran Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dalam menyelenggarakan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi.
  • Membangun sistem informasi pasar kerja mutakhir dan komprehensif dalam menggambarkan struktur tenaga kerja, karakteristik tenaga kerja, persediaan dan kebutuhan tenaga kerja secara komprehensif.
  • Terwujudnya sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi vokasi yang sesuai dengan standar nasional pendidikan tinggi vokasi berbasis spesialisasi dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
  • Terwujudnya pelatihan vokasi yang berbasis kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja.
  • Monitoring dan evaluasi efektivitas pelaksanaan revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi

Tantangan Dan Peluang Pasar Kerja Di Masa Depan

pasar kerja

Menurut laporan ‘The Future of Jobs Report 2023’, bigdata merupakan jenis teknologi digital yang dianggap memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja.

Ada sebanyak 65% dari 803 perusahaan yang disurvei berharap terjadi pertumbuhan pekerjaan yang terkait dengan bigdata.

Pekerjaan seperti analis dan ilmuwan data, spesialis bigdata, spesialis pembelajaran mesin kecerdasan buatan, dan profesional cyber security diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 30% pada tahun 2027.

Selain itu, perdagangan elektronik atau e-commerce diyakini akan menghasilkan keuntungan besar, sehingga diperkirakan akan ada kebutuhan akan 2 juta peran baru. Di antara peran-peran tersebut termasuk spesialis e-commerce, spesialis transformasi digital, serta spesialis pemasaran dan strategi digital.

Menurut Saadia Zahidi, Direktur Pelaksana Forum Ekonomi Dunia, dalam tiga tahun terakhir, individu di seluruh dunia telah menghadapi keguncangan dan ketidakpastian dalam kehidupan dan pencarian pekerjaan mereka akibat pandemi COVID-19, perubahan geopolitik dan ekonomi, serta kemajuan pesat dalam teknologi kecerdasan dan teknologi lainnya.

Zahidi menekankan bahwa terdapat jalan yang jelas ke depan untuk memastikan keberlanjutan ketenagakerjaan.

Pemerintah dan bisnis harus menginvestasikan sumber daya dalam mendukung peralihan ke pekerjaan masa depan melalui struktur pendidikan yang adaptif, pelatihan ulang keterampilan, dan jaringan dukungan sosial yang mampu menempatkan individu sebagai pusat dari pekerjaan masa depan.

Berbeda lagi menurut Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar, Indonesia perlu memiliki data yang akurat mengenai kondisi suplai dan kebutuhan keterampilan tenaga kerja.

Data ini sebenarnya dapat diperoleh jika pemerintah menerapkan ketentuan wajib lapor ketenagakerjaan, termasuk pelaporan pekerja alih daya dan pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dengan begitu, Pemerintah Indonesia tidak hanya mengandalkan data proyeksi internasional. Kondisi yang dialami oleh Indonesia mungkin berbeda.

Timboel juga setuju bahwa perubahan dalam lapangan pekerjaan membutuhkan dukungan serius dalam pendanaan pelatihan dan pembelajaran keterampilan dari pemerintah.

Revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi

Saat ini, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Penting untuk mengawasi implementasi perpres ini agar dapat dilaksanakan dengan baik.

Selain memantau pelatihan keterampilan yang bersifat massal bagi pekerja, pemerintah juga perlu memastikan bahwa sistem jaminan sosial mencakup semua jenis pekerja. Begitu menurut analis dari Indonesia Labor Institute, Rekson Silaban.

Negara tidak boleh mengurangi perannya sebagai pengawas dalam hal ketenagakerjaan.

Selain itu, pemerintah perlu membuat regulasi baru untuk pasar tenaga kerja dan dampak teknologi kecerdasan buatan.

Hal ini dikarenakan regulasi yang ada saat ini belum sepenuhnya mengakomodasi perkembangan tersebut.

Penutup

Dengan pengetahuan dan informasi yang baik tentang tren dan perkembangan pasar kerja 2022 dan 2023, pemimpin dapat mengantisipasi perubahan dan beradaptasi secara efektif.

Perusahaan bisa menjaga keberlanjutan dan kesuksesan yang telah diraih selama ini.

Informasi di atas bisa membantu HR dalam menjelaskan kepada pimpinan dan manajemen terkait pasar kerja yang terjadi selama dua tahun terakhir serta prediksi untuk masa depan.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *