Karyawan Burnout HRPods

9 Strategi HR Mengatasi Karyawan Burnout

Karyawan burnout dapat terjadi di perusahaan atau industri mana pun. Burnout bisa dialami oleh siapa pun, baik pemimpin hingga karyawan berbagai level.

Bila menjumpai karyawan dengan gejala burnout, saatnya HR memiliki strategi untuk mengatasinya. Strategi di bawah juga bisa menjadi langkah preventif karyawan burnout.

1) Mengidentifikasi masalah

Jika rekan kerja maupun karyawan merasa kelelahan dalam beberapa bulan ini, Anda dapat mengajak mereka mengobrol.

Tanyakan tentang bagaimana pekerjaannya, apakah ia sedang burnout, hal-hal apa saja yang menyebabkan burnout, kapan berlangsungnya, bagaimana prosesnya, dan lainnya. Dengan demikian, Anda dapat mengidentifikasi masalah dan membantunya mengatasi kelelahan tersebut.

2) Mengevaluasi beban kerja

Setelah itu, Anda dapat mengevaluasi beban kerja bersama manajer. Pastikan pekerjaan mereka tidak melebihi kemampuan dan jam kerja.

Jika selama ini beban kerja karyawan tinggi, komunikasikan dengan manajer untuk menguranginya dan pantau jadwal kerja karyawan, sehingga ia memiliki waktu istirahat dan mengembangkan kemampuan lain.

3) Jam kerja fleksibel

Tak ada salahnya untuk menawarkan jam kerja fleksibel kepada karyawan yang tengah burnout.

Karyawan yang memiliki kontrol terhadap jam kerja dapat meningkat kinerja dan mengurangi kemungkinan kelelahan fisik dan mental. Meskipun langkah ini tidak bisa diterapkan pada semua perusahaan.

4) Kesadaran terhadap kesehatan mental

Tumbuhkan kesadaran terhadap kesehatan mental pada diri karyawan. Beberapa cara ini bisa Anda terapkan:

  • Buat strategi kesehatan mental dan promosikan kepada karyawan
  • Dorong karyawan untuk mengambil cuti ketika kondisi mereka tak stabil
  • Bekerjasama dengan biro psikologi untuk memberikan ruang kepada karyawan yang ingin mengekspresikan perasaan, pikiran, atau keluh kesahnya
  • Dorong manajer untuk lebih jeli dan berhati-hati ketika anggota timnya terlihat kewalahan dengan pekerjaannya.
  • Berikan ruang karyawan untuk berbicara tentang hak dan kewajibannya
  • Pertimbangkan masukan karyawan tentang strategi kesehatan mental

5) Mempromosikan work-life balance

Promosikan work-life balance di lingkungan kerja untuk menyeimbangkan kehidupan personal dan profesional karyawan, caranya:

  • Rutin mengadakan program olahraga
  • Memberlakukan jam kerja setengah hari sebelum libur hari raya
  • Mengadakan lokakarya mengelola keuangan dan rencana investasi
  • Virtual sharing pada akhir pekan
  • Webinar membicarakan masalah kesehatan

6) Komunikasi terbuka

Menerapkan komunikasi terbuka adalah bagian dari strategi mencegah karyawan burnout.

Anda dapat mengajak manajer dan anggota tim untuk berkomunikasi mengenai pekerjaan dan hambatan kerja secara rutin, memberikan umpan balik agar karyawan memiliki performa lebih baik, karyawan berkesempatan untuk menilai kinerjanya dan tim, serta memberikan apresiasi atas pencapaian mereka.

7) Memberikan contoh

HR dan manajer dapat memberikan contoh dalam menerapkan work-life balance dan bagaimana mengatasi burnout pada anggota timnya.

Misalnya, memanfaatkan waktu kerja sebaiknya, menerapkan jam kerja fleksibel dan sesuai tenggat waktu, berbicara langsung ke rekan kerja jika ada masalah, dan mengikuti program wellbeing.

8) Memberikan pelatihan

Memberikan pelatihan merata kepada karyawan dapat mengurangi stres kerja dan antar karyawan pun dapat berbagi mengerjakan tugas.

Misalnya, Si A di divisi HR yang mampu menangani training and development tengah burnout. Dalam kondisi itu, ia tetap bekerja, tetapi berpengaruh pada kinerjanya. Jika ia cuti, tak ada rekan kerja yang mampu mengerjakan tugas Si A.

Dengan pelatihan merata kepada anggota divisi HR, mereka dapat menangani dan menggantukan tugas rekan kerja sementara.

9) Meminta pertolongan

Jika Anda yang mengalami burnout, jangan ragu untuk meminta pertolongan. Misalnya, meminta tolong untuk berbagi tugas atau izin ke atasan untuk konseling ke psikolog atau life coach.

Meminta bantuan bukan berarti lemah atau tidak mampu bekerja. Hal ini menunjukkan integritas serta memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Ini manusiawi.

HR perlu mendorong pengambil kebijakan agar perusahaan memiliki upaya pencegahan burnout pada karyawan, sehingga mereka bertumbuh dengan baik dan lebih bahagia saat bekerja.

Sedangkan, karyawan yang terbebani banyak tugas dan waktu kerja tak menentu terus-menerus dapat merusak performa perusahaan. Anda pilih yang mana?


by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *