Background Checking HRPods

6 Tipe Background Checking Sebelum Menerima Karyawan Baru

Jika berharap kandidat jujur dengan apa yang ia tulis di curriculum vitae (CV) dan katakan ketika wawancara, Anda perlu menerapkan satu atau lebih dari dua tipe background checking dalam proses rekrutmen.

Mike Simpson, CEO dan cofounder of The Interview Guys, mengatakan lebih dari 77% kandidat merasa tekanan untuk melebih-lebihkan kompetensi mereka agar mendapatkan dukungan dari perusahaan potensial dan hampir 65% melebih-lebihkan kualifikasi mereka pada CV ketika melamar pekerjaan yang sangat diminati. Untuk menghindari kesalahan saat rekrutmen, ada baiknya Anda melakukan background checking.

Apa Itu Background Checking?

Background checking jamak terjadi ketika HR sedang melakukan rekrutmen. Dalam hal ini, HR akan mencocokan data CV dengan realitas di lapangan atau mengecek latar belakang kandidat.

The Balance Careers menyebutkan background checking merupakan langkah perusahaan yang mengonfirmasi data yang diberikan oleh kandidat pada aplikasi atau CV dan mengecek kesesuaian isi wawancara. Ini bertujuan untuk membuat keputusan perekrutan dengan baik serta “menangkap” potensi masalah pada masa mendatang.

“Tujuan melakukan background check adalah mengkonfirmasi bahwa informasi yang diberikan kandidat dan actual fact di perusahaan, apakah sudah selaras. Jika rekruter mengetahui hal ini, maka akan mudah dilakukan analisis SWOT kandidat tersebut. Rekruter mengetahui kelebihan dan kelemahannya kandidat tersebut dan bagaimana cara mengatasinya. Selain itu juga berguna untuk mengetahui angin segar apa yang bisa kandidat bawa ke perusahaan,” ujar Kencana Ayudha, HR Generalist, Kamis (25/11/2021).

Artikel terkait: 7 Manfaat Background Checking Bagi Perusahaan

6 Tipe Background Checking

Tak ada standar baku bagaimana mengecek latar belakang kandidat. Meski demikian ada enam tipe background checking yang bisa Anda pilih. Jika tim HR memiliki waktu, Anda bisa melakukan semuanya. Jika tidak, pilih yang sesuai kebutuhan perusahaan maupun posisi yang dibutuhkan.

1) Verifikasi CV

Biasanya, user akan memilih kandidat yang sesuai setelah membaca CV kandidat, sedangkan HR menghubungi yang bersangkutan untuk melakukan wawancara tahap awal. Setelah itu, HR melakukan background checking dengan memverifikasi CV, formulir, dan hasil wawancara awal, seperti kesesuaian pendidikan, pengalaman kerja, dan keterampilan dan/atau kompetensi kandidat.

“Saya check kesesuaian posisi dan masa kerja yang ditulis di CV. Lalu tanya apakah ada info atau note mengenai performance atau attitude yang bersangkutan. Saya biasanya telepon ke HRD atau atasan kantor lama,” kata Gabriella Moningka, HR Generalist Lead.

2) Cek referensi

Sebagai HR, Anda dapat meminta kandidat untuk mengisi nomor telepon referensi, seperti rekan kerja atau mantan atasan kandidat. Jadi, Anda dapat menelepon seseorang di kolom referensi dan ia akan merekomendasikan atau memberikan testimoni tentang kinerja yang bersangkutan.

3) Cek media sosial

Tak ada salahnya untuk mengecek media sosial milik kandidat. Anda dapat melihat cara kandidat berinteraksi dan berbagi informasi di media sosial. Ya, mengeluh atau curhat di media sosial adalah hal wajar. Namun, jika ia pernah menyindir atasan atau rekan kerja, mengejek warganet, atau menjelek-jelekkan komunitas, Anda harus hati-hati. Jika ia bekerja di industri retail atau FMCG, perilaku tersebut bisa memengaruhi reputasi perusahaan.

4) Cek kesehatan

Tidak semua perusahaan melakukan hal ini. Beberapa perusahaan memerlukan informasi kesehatan kandidat, karena jenis pekerjaannya menuntut karyawan memiliki kondisi bugar dan sehat.

Perusahaan makanan, farmasi, dan konstruksi akan meminta kandidat untuk tes kesehatan. Salah satu perusahaan yang menerapkan tes ini adalah PT Sasa Inti. Pada umumnya, pengecekan kesehatan dilakukan setelah perusahaan menerima kandidat sebagai karyawan (dengan sistem kontrak atau masa percobaan). Jelang masa kontrak atau percobaan selesai, HR dan user akan mengulas kembali kinerja sekaligus kesehatan karyawan.

5) Rekam jejak kriminalitas

Kebanyakan perusahaan tidak meminta surat keterangan catatan kepolisian (SKCK). SKCK adalah surat yang diterbitkan Kepolisian RI berisi keterangan bahwa seseorang tidak memiliki catatan kriminal sepanjang hidupnya.

Beberapa perusahaan BUMN dan posisi CPNS masih membutuhkan SKCK. Hanya saja, penyerahan surat dilakukan setelah peserta dinyatakan lulus menjadi karyawan BUMN atau CPNS. Di perusahaan swasta, Anda tetap bisa mengetahui rekam jejak kriminalitas kandidat. Misalnya, Anda bekerja sebagai HR di perusahaan keuangan bisa menelepon HR atau rekam setim di tempat kerja kandidat sebelumnya, pastikan ia pernah terlibat fraud atau tidak.

Di Amerika, pemberi kerja dapat melakukan pengecekan criminal background dan pemeriksaan kredit (pekerjaan yang mengelola uang). Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) mengatakan pemerintah tidak melarang perusahaan menanyakan informasi sejarah kriminal dan keuangan kandidat. Namun, pemerintah akan melarang perusahaan mendiskriminasi kandidat dengan informasi tersebut.

6) Tes keterampilan

Background checking juga bisa berupa tes keterampilan. Tes ini untuk membuktikan bahwa keterampilan kandidat sesuai dengan apa yang ia tulis di CV. Misalnya, posisi customer service leader diminta menjawab atau membuat email jawaban kepada pelanggan, karena ia memprotes kemasan produk yang rusak.

Baca juga: Bu Yo Bicara Soal Keterampilan Komunikasi & Background Checking

10 Pertanyaan Background Checking

Ketika Anda mengonfirmasi latar belakang kandidat kepada mantan manajer atau rekam setimnya, sebaiknya siapkan pertanyaan yang jelas dan sesuai tujuan. HRPods akan pilihkan sepuluh pertanyaan background checking kepada orang-orang yang direferensikan oleh kandidat, yaitu:

  1. Apa hubungan Anda dengan kandidat? Berapa lama Anda bekerja dengannya?
  2. Apa kekuatan utama dan contoh pekerjaan terbaik kandidat?
  3. Apakah kandidat pernah mendapat peringatan dari perusahaan?
  4. Apakah kandidat pernah menerima komplain dari pelanggan?
  5. Seberapa baik kemampuan kandidat mengelola dirinya dan bekerja di dalam tim?
  6. Apakah menurut Anda kandidat bisa melakukan peran barunya dengan baik?
  7. Seberapa baik mereka bekerja di bawah tekanan?
  8. Apakah kandidat memiliki personal goals atau berorientasi pada kemajuan?
  9. Apa kekurangan kandidat yang berdampak negatif bagi kinerja tim?
  10. Jika diberi kesempatan, apakah Anda ingin merekrut kembali kandidat ini?

Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *