Support system kepada karyawan HRPods

5 Kiat Menumbuhkan Budaya Support System

Ke mana pun seseorang berada, ia memerlukan support system untuk membantunya berkinerja baik. Ini bukan ikut campur atas kehidupan karyawan, tetapi kepedulian terhadap orang lain merupakan salah satu komponen dalam menjalankan pekerjaan di berbagai perusahaan, apa pun industrinya. Support system yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan akan menentukan kesuksesan perusahaan. 

Sebagai tim HR, ini adalah poin penting untuk mendukung bisnis dan roda penggeraknya, karyawan. Bagaimana Anda menerapkan budaya support system

Memahami Support System di Linkungan Kerja 

Support system di tempat kerja merupakan jaringan rekan kerja, mentor, sumber daya, dan proses yang membantu individu melakukan pekerjaan secara efektif sambil menjaga kesejahteraannya. Dengan kata lain, ini menjadi jaringan orang-orang yang memberikan dukungan formal dan informal atau dukungan fisik dan emosional kepada seseorang.

Dukungan tersebut bisa berupa komunikasi terbuka, recognition and rewards, program learning and development, perangkat teknologi, dan bantuan antar teman sebaya. Sistem ini mendorong seseorang atau manajemen untuk membantu karyawan secara emosional, instrumental, dan informasional, sehingga dapat mengurangi stres, meningkatkan produktivitas, serta membantu pengembangan profesional.

Menurut Andrea Ramirez, Director of Care di Empathy, memprioritaskan kesehatan emosional karyawan merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh perusahaan. 

Mendukung tenaga kerja yang menghadapi duka—baik secara pribadi maupun profesional—mendorong perusahaan untuk menumbuhkan budaya kasih sayang, keterbukaan, dan saling mendukung antara mereka. Misalnya, kondisi seorang karyawan kehilangan orang terkasih, kesulitan keuangan mendadak, atau potensi penyakit. Bila perusahaan mengabaikan kondisi ini, motivasi kerja karyawan pun akan menurun karena mereka merasa tak didukung sehingga produktivitas bisa merosot. 

Baca juga: Panduan HR dan Manajer: Menghadapi Percakapan Sulit dengan Tim

5 Kiat Menumbuhkan Budaya Support System

Support system dari perusahaan bukan soal tunjangan atau bantuan keuangan saja. Ini juga menciptakan ruang agar karyawan merasa aman untuk mendiskusikan kesedihan dan topik sensitif lainnya. Situasi tersebut membutuhkan pendekatan multifaset yang proaktif.

Bila perusahaan dan tim HR sedang membangun budaya support system, berikut referensi caranya:

1. Komunikasi terbuka

Mengingat komunikasi adalah kunci keterbukaan, maka perusahaan harus menormalkan percakapan yang membahas tentang kesedihan dan kerentanan kehidupan. Berbagi pengalaman pribadi atau sekadar mengakui kenyataan kehilangan dapat menciptakan suasana tempat kerja yang lebih berempati. Misalnya, tim HR mendorong manajer untuk mengadakan sharing session sebulan sekali guna membahas aspek emosional pekerjaan di antara anggota tim secara terbuka dan tidak ada penghakiman. 

2. Edukasi tentang kelelahan 

Manajer perlu mengenali tanda-tanda kelelahan emosional kepada anggota timnya. Tim HR juga perlu membekali mereka dengan alat untuk menghadapinya. Misalnya, memberikan pelatihan untuk meningkatkan leadership EQ untuk membantu manajer memahami kapan harus melakukan intervensi dan bagaimana memberikan dukungan yang tepat. Tekankan pula kepada manajer untuk benar-benar mendukung tim mereka, karena ini adalah bentuk kepedulian yang tulus terhadap karyawan di dunia kerja. 

3. Berikan waktu personal

Ketika seseorang sedang mengalami kedukaan, seperti kehilangan orang yang dicintai atau merawat orang tua sakit, maka hal itu akan memengaruhi kondisi fisik dan mentalnya. Mengingat beban kerja dan stres kerja berkontribusi besar terhadap kesehatan mental seseorang, maka perusahaan perlu memberikan waktu personal bagi karyawan. Dengan demikian, ia dapat menjaga hubungan sehat antara pekerjaan dan kehidupan personal. Anda juga bisa mendorong mereka mengambil cuti tahunan dan menerapkan fleksibilitas kerja, bila memungkinkan.  

4. Sediakan sumber daya 

Dorong manajer untuk mengenali jika karyawan merasa kehilangan arah setelah percakapan sulit dengan klien atau rekan kerja. Jadi, langkah yang bisa ditawarkan oleh manajer kepada anggota timnya adalah menyediakan sumber daya yang jelas. Misalnya, beristirahat, mengakses layanan kesehatan mental, atau ruang khusus bagi mereka untuk terhubung dan berdiskusi. 

Langkah tersebut dapat menetapkan ekspektasi tentang perawatan diri. Hasilnya, karyawan akan memperhatikan kondisi fisik dan mental serta mengetahui ke arah mana mereka membutuhkan pertolongan. Ketika kondisi sudah stabil, mereka siap bekerja dan berkontribusi terhadap perusahaan. 

Artikel berikutnya: Kiat HR dan Manajer Membicarakan Kesehatan Mental dengan Karyawan

5. Pertegas batasan

Batasan antara dunia profesional dan personal seseorang masih kabur, sehingga menyulitkan karyawan untuk melepaskan diri secara mental dari tuntutan pekerjaan. Bagi mereka yang bekerja menangani isu-isu sensitif dan kurang bisa memisahkan keduanya, maka ini akan memperparah stres. Akibatnya, kinerja dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan akan menurun. 

Apa solusinya? Manajer harus mempertegas batasan pekerjaan dan hal personal. Misalnya, melarang mereka bekerja pada akhir pekan kecuali mereka yang bertugas dan tidak memperbolehkan untuk membahas pekerjaan di luar jam kerja. 

Menciptakan support system bagi karyawan di tempat kerja bukan hanya hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, langkah tersebut dapat menjadi investasi bagi kesehatan dan kesuksesan perusahaan di industri mana pun.

Ketika karyawan merasa diperhatikan, didengar, dan didukung, mereka akan lebih bahagia dan sehat, dan siap untuk menjalankan peran mereka secara efektif. Mereka juga cenderung akan bertahan di perusahaan untuk jangka waktu yang lebih lama. Mendukung karyawan di saat paling rentan memungkinkan mereka untuk berkembang, baik secara pribadi maupun profesional. Ini adalah kemenangan bagi semua. 


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *