CEO Microsoft Satya Nadella menciptakan productivity paranoia untuk menggambarkan kekhawatiran pemimpin tentang kontribusi yang berkurang dari karyawan hybrid dan remote.
Model kerja hybrid menciptakan tekanan pada manajer yang meragukan produktivitas anggota timnya. Pada saat yang sama, karyawan merasa pekerjaan mereka sudah bertambah.
Itulah kondisi paranoia produktivitas. Biasanya, hal itu terjadi di lingkungan kerja hybrid dan/atau remote.
Sampai Kapan Productivity Paranoia Berakhir?
Selama dua setengah tahun, mayoritas karyawan telah bekerja dari jarak jauh. Memang, mereka tetap produktif dalam model kerja hybrid.
Namun, menurut survei Microsoft pada September 2022, sebanyak 85% pemimpin kesulitan memercayai karyawan yang bekerja jarak jauh, meskipun 87% orang melaporkan berkinerja baik.
Keadaan ini disebut productivity paranoia dan memunculkan kekhawatiran.
Banyak perusahaan menginvestasikan teknologi mahal untuk memantau keberadaan dan aktivitas daring karyawan guna meningkatkan produktivitas, berdasarkan 97% pemimpin bisnis.
Pemantauan terlalu ketat menghasilkan dampak negatif, karyawan merasa kurang loyal dan tidak percaya kepada perusahaan. Akibatnya, paranoia produktivitas menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan tekanan dan kegelisahan.
Ahli menyarankan agar pemimpin mempertimbangkan ulang cara mereka menilai produktivitas, karena model kerja hybrid dan remote menjadi masa depan bagi banyak perusahaan.
Menurut Hatim Rahman, asisten profesor manajemen, manajer harus membuat kebijakan pengaturan cara kerja.
Untuk menciptakan kepercayaan sebagai budaya kerja, manajer harus memberikan contoh dan mengatur kebijakan yang wajib diikuti oleh tim.
Selain itu, manajer bisa menerapkan outcome-based management. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan hasil perusahaan dengan membuat tujuan jelas dan memberdayakan individu untuk mencapainya.
Dengan demikian, pemimpin fokus pada pencapaian tujuan kerja, tanpa memandang metode pelaksanaan atau hasil akhirnya.
Manajemen ini menekankan komunikasi dan menggeser fokus dari pengukuran kuantitatif ke evaluasi hasil kualitatif. Ini lebih berorientasi pada aspek manusiawi, seperti perasaan karyawan terhadap proyek, kebutuhan bantuan, dan koneksi dengan perusahaan.
Namun, perubahan ini bisa ditolak oleh beberapa pemimpin. Alasannya, pertama, hal itu mengharuskan mereka melepaskan kendali.
Kedua, mereka harus lebih fokus untuk memberikan tujuan serta standar kepada karyawan tanpa terlalu memantau bagaimana mereka untuk mencapainya.
5 Kiat Meminimalisir Productivity Paranoia
Praktik meminimalisir productivity paranoian di setiap perusahaan pasti berbeda. Namun, lima kiat di bawah ini dapat menjadi referensi.
#1 Ciptakan ruang belajar
Setiap kesalahan adalah peluang untuk menciptakan ruang belajar bagi setiap orang. Ini juga bisa terjadi pada karyawan.
Sebagai manajer, Anda dapat menekankan bahwa kesalahan pekerjaan dapat menjadi pengalaman untuk memperbaiki diri dan tidak menyalahkan orang lain.
Anda juga dapat mengajak anggota tim untuk menjaga nada bicara netral dan positif. Ini akan meningkatkan keamanan psikologis, sehingga tidak ada yang takut atau malu ketika berbicara tentang kesalahan atau kegagalan.
Semakin cepat karyawan belajar, semakin cepat perusahaan mencapai hasil yang diinginkan.
#2 Tanamkan sense of ownership
Sebagai pemimpin senior, Anda harus menekankan sense of ownership pekerjaan terhadap anggota tim.
Dalam praktiknya, ajak mereka untuk bersikap proaktif, memiliki solusi, berkomitmen terhadap perbaikan pekerjaan secara berkelanjutan. Tekankan pula bahwa keterampilan mereka sangat relevan dengan tujuan perusahaan.
#3 Bangun komunikasi terbuka
Untuk memastikan kesuksesan bisnis, Anda wajib membangun komunikasi terbuka. Terlebih jika Anda dan tim masih menerapkan model kerja hybrid atau remote, di mana kesalahpahaman mudah terjadi.
Salah paham menimbulkan ketidakpercayaan, sehingga mengarahkan ke paranoia antara manajer dan tim. Untuk menghindarinya, bekali karyawan yang bekerja di kantor maupun jarak jauh tentang tugas dan tanggung jawab mereka.
Pertemuan rutin dengan tim, baik harian maupun mingguan, mencegah masalah ini dan meningkatkan komunikasi tentang harapan dan prioritas di antara anggota tim. Pertemuan dapat membahas tantangan, pencapaian, dan usaha karyawan dalam penyelesaian pekerjaan.
Selain itu, pertemuan rutin juga meningkatkan interaksi sosial serta meningkatkan keterlibatan, sehingga mengurangi kekhawatiran terkait paranoia produktivitas.
#4 Buat koneksi virtual
Meskipun tim Anda tersebar secara geografis, ada berbagai cara untuk membuat koneksi secara berkala. Employee resource groups (ERG) dan jaringan pembelajaran juga memperkuat hubungan antar mereka.
Upaya tersebut menjadikan perusahaan sebagai tempat yang diinginkan mereka untuk bekerja. Pada akhirnya, hal itu meningkatkan produktivitas mereka.
#5 Berikan program L&D
Berikan karyawan berupa program learning and development sebagai ruang pembelajaran berkelanjutan.
Hal ini mendukung mereka untuk mengembangkan ilmu dan keterampilan. Berikan pula peluang untuk menerapkan materi L&D dalam pengerjaan tugas untuk memperbaiki produktivitas kerja mereka.
Ini Bukan Hal Baru, Tetapi ….
Productivity paranoia bukan istilah baru. Di dunia kerja akan selalu ada perbedaan persepsi antara pemimpin dengan karyawan terhadap produktivitas.
Perbedaan tidak bisa Anda hindari. Namun, Anda dapat memahami persepsi masing-masing anggota tim dan mengenali gejala paranoia produktivitas.
Dengan demikian, Anda dan tim dapat menerapkan strategi kerja untuk mendukung perusahaan dengan meningkatkan kepercayaan dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, bahagia, dan produktif.
Leave a Reply