Kepemimpinan buruk menghancurkan employee engagement HRPods

5 Contoh Kepemimpinan Buruk Menghancurkan Employee Engagement

Kepemimpinan buruk menghancurkan employee engagement. Setidaknya, hal ini tercermin dari ulasan Marcel Schwantes, editor kontributor Inc., tentang kesalahan kepemimpinan. 

Menurutnya, kepemimpinan hebat bukan sekadar memiliki strategi, visi, misi, atau mencapai KPI, juga memahami serta memenuhi kebutuhan tim. Cara untuk mendukung hal itu adalah ia harus berkomitmen untuk mengembangkan dirinya guna mengatasi kesenjangan tim hingga mendorong pertumbuhan perusahaan. Tak hanya menunjukkan masalah, Schwantes juga memberikan solusi yang dapat Anda jadikan referensi ketika menjalankan tugas sehari-hari. 

5 Perilaku Kepemimpinan Buruk Ini Dapat Menghancurkan Employee Engagement

1. Menghancurkan talenta karyawan 

Jika pemimpin (team leader, supervisor, manajer, atau atasan tertinggi) tidak mengenali dan memanfaatkan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh anggota tim, ada kemungkinan bahwa ia menghancurkan moral tim.  

Solusi

Pada dasarnya, seseorang ingin menggunakan talentanya dalam bekerja. Dengan kata lain, ia tak sekadar memenuhi job description saja. Apa yang perlu dilakukan oleh pemimpin? 

Baca juga: Alasan Perekrut Harus Memperbarui Job Description

Pemimpin perlu mengecek anggota timnya secara rutin. Kondisi ini untuk memotivasi dan memahami tentang hal-hal yang membuat mereka bersemangat. Ia juga bisa membangun keterlibatan karyawan terhadap pekerjaan dan akhirnya, sehingga seluruh orang di tim tersebut berkontribusi terhadap perusahaan. 

2. Menyembunyikan Informasi

Salah satu cara tercepat untuk kehilangan kepercayaan sebagai pemimpin adalah menyembunyikan informasi dari karyawan. Mengapa ia melakukannya? Ini tentang kontrol, padahal kontrol dapat mengikis kepercayaan dan menghambat kolaborasi.

Solusi 

Anda perlu menerapkan transparansi, seperti membagikan informasi kepada tim ntuk menumbuhkan budaya saling percaya dan komunikasi terbuka.

3. Suka mengendalikan

Pemimpin yang menjalankan micromanagement cenderung suka mengendalikan orang lain, padahal hal tersebut akan menjadi bumerang. Menurut Schwantes, orang yang di bawah kendali micromanager mengatakan sisi kreativitasnya menurun, kolaborasi minim, dan keamanan emosional pun rendah. Meski niat micromanager sering kali baik, tetapi mereka mengabaikan gambaran lebih besar dari kepemimpinan, yakni memberdayakan orang lain agar berkinerja unggul.

Solusi 

Pemimpin menerima kondisi dengan tulus hati bahwa ia harus memercayai cara timnya bekerja, seperti mengalihkan pengelolaan tugas ke pengelolaan hasil, tetapkan tujuan yang jelas, dan berikan tim otonomi untuk menyelesaikan pekerjaan.

Artikel rekomendasi: Micromanagement: Definisi Dan Cara Mengatasinya

4. Selalu memutuskan

Pemimpin yang selalu mengambil keputusan akhir atau ia selalu “benar” menunjukkan bahwa kecerdasan emosionalnya cenderung rendah. Ketika hal itu terjadi, anggota tim menjadi pasif dan tidak terlibat karena pendapat mereka tidak dihargai, terutama pada saat krisis atau kolaborasi pekerjaan yang bersifat penting.

Solusi 

Perusahaan perlu membangun budaya mendengarkan kepada semua orang, termasuk pemimpin. Manajemen dan tim HR dapat mendorong pemimpin untuk meminta masukan tim dan mengatakan bahwa pendapat tim itu penting, terutama saat mengambil keputusan sulit.

5. Not being available

Perilaku kepemimpinan buruk menghancurkan employee engagement terakhir adalah not being available. Pemimpin yang sulit ditemui, kerap menghilang, atau tidak menyediakan waktu kepada tim maupun perusahaan melemahkan keterlibatan karyawan. Ada kemungkinan mereka merasa tidak dihargai atau merasa pemimpin tidak memedulikan perhatian mereka.

Solusi 

Anda dapat meluangkan waktu one-on-one dengan anggota tim, di mana Anda dan mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, meminta bimbingan, atau sekadar menanyakan kabar. Berikan tanda bahwa Anda peduli terhadap mereka secara profesional maupun personal (dengan batas wajar).

Ketika pemimpin berada di sisi karyawan, terutama saat mereka dalam kesulitan, akan menjadi peluang berharga. Pasalnya, ia dapat membangun komunikasi dua arah yang produktif, seperti bertanya kepada karyawan untuk memahami situasi dengan lebih baik, mendengarkan pendapat mereka dalam mengatasi masalah, dan memberikan masukan berdasarkan data pendukung agar mereka melakukan perbaikan atau inovasi.

Artikel selanjutnya: 11 Tren HR 2025: Dari AI Hingga Employee Engagement

Kalau Anda sering kali bersikap saat menerima umpan balik tentang strategi dari karyawan, jangan salahkan mereka bila tidak pernah percaya dan berjarak dengan Anda. sejatinya, pemimpin yang baik menciptakan tempat nyaman supaya karyawan lebih terlibat, berdaya, dan bersemangat dalam bekerja. 

Jika perusahaan Anda sedang membutuhkan kandidat yang berperan sebagai pemimpin tetapi sulit menemukannya, tak ada salahnya menggunakan jasa recruitment agency (headhunter). Agency akan merekomendasikan kandidat sesuai kebutuhan bisnis Anda. 

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *