Menurut penelitian Forbes pada 2022, terdapat lebih dari empat juta karyawan yang berhenti dari pekerjaan setiap bulannya karena burnout syndrome.
Ini adalah salah satu tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh HR. Anda dituntut untuk menjaga kesejahteraan karyawan, termasuk meminimalisir burnout.
Definisi Burnout Syndrome
Menurut WHO, burnout syndrome merupakan salah satu klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan fenomena pekerjaan dan bersifat sebagai kondisi medis.
Burnout, lanjut penjelasan WHO, ialah sindrom dengan pengonsepan sebagai akibat dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola dengan baik.
Umumnya, karyawan dapat mengalami burnout bila mereka memiliki beban kerja terlalu berat dan jam kerja panjang.
Ini mengakibatkan mereka tidak memiliki keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan (work-life balance). Mereka pun merasa tidak memiliki kendali atas pekerjaan yang dimiliki.
Dampak Burnout Syndrome Di Lingkungan Kerja
Burnout syndrome akan berdampak pada kesehatan mental, fisik, dan performa kerja karyawan. Adapun dampak sindrom ini di lingkungan kerja adalah:
- Kelelahan kronis
- Merasa putus asa
- Kurang antusias
- Gangguan tidur
- Sering izin sakit
- Sering terlambat masuk kerja
- Prestasi kerja menurun
- Berniat untuk mengundurkan diri
- Menarik diri dari rekan kerja
- Tidak puas dalam bekerja
- Tidak mampu bekerja dengan baik
Langkah HR Atasi Burnout Syndrome Pada Karyawan
Untuk mengatasi fenomena burnout syndrome yang terjadi pada karyawan, Anda bisa melakukan beberapa cara, yaitu:
#1 Upaya pencegahan
Sebelum burnout syndrome benar-benar dialami oleh karyawan, tim HR perlu melakukan pencegahan.
Misalnya, membantu karyawan untuk mengidentifikasi tanggung jawab dan prioritas kerja, sehingga mereka menyelesaikan tugas tepat waktu.
Dorong karyawan untuk mengetahui karier yang akan mereka jalankan di masa mendatang. Ini dapat memberikan mereka motivasi kerja dan mengelola hidupnya.
2) Menyediakan kegiatan
Tim HR perlu menyediakan kegiatan di luar jam kerja, sehingga membantu karyawan untuk mengatasi kepenatan bekerja dan menyegarkan pikiran sementara waktu.
Misalnya, mengadakan kegiatan team building, berlatih mindfulness, lomba olahraga, atau pesta pencapaian target bulanan.
Jika perusahaan dapat mengelola kesejahteraan karyawan dengan baik, maka mereka mampu mengatasi tekanan dalam bekerja.
3) Memberikan waktu beristirahat
Untuk meminimalisir burnout, Anda dapat mendorong karyawan dan manajer untuk mengambil cuti tahunan secara berkala. Ini memberikan mereka untuk beristirahat tanpa memikirkan pekerjaan.
Jika karyawan telah menujukkan sindrom ini, jangan ragu untuk memberikan mereka untuk cuti mendadak. Dengan begitu, mereka dapat menjernihkan pikiran dan tenaga serta mengelola kehidupan pribadi.
Penutup
Sindrom burnout bisa terjadi pada siapa saja, tetapi hal ini dapat dicegah.
Perusahaan, melalui HR, menciptakan upaya mengatasi burnout serta membangun komunikasi terbuka. Misalnya, mendorong manajer untuk aktif berkomunikasi dan bersikap transparan tentang tugas dan harapan kerja.
Manajer juga perlu memahami ekspektas, dan kinerja anggota timnya dibandingkan guna mendukung tujuan perusahaan.
Leave a Reply