Meningkatkan employee experience bukan sekadar gimmick atau formalitas semata. Idealnya, hal ini menjadi fokus utama bagi perusahaan yang ingin menumbuhkan budaya kerja positif. Bahkan memperbaiki pengalaman karyawan bisa mempertahankan mereka sekaligus meningkatkan produktivitas perusahaan.
Menurut laporan SHRM, karyawan yang memiliki pengalaman positif 68% kecil kemungkinannya untuk meninggalkan tempat kerja mereka. Dengan demikian, karyawan berkontribusi lebih lama bagi perusahaan, karena tingkat turnover tinggi akan merugikan perusahaan.
Kondisi Dunia Kerja Saat Ini
Beberapa saat sebelum pandemi COVID-19 “usai” tak sedikit perusahaan yang meminta karyawan untuk kembali bekerja dari kantor dalam lima hari seminggu. Meski dampak jangka panjang dari kebijakan ini masih belum pasti, tetapi employee experience berada dalam persimpangan.
Pasalnya, tenaga kerja terkini membutuhkan fleksibilitas kerja, pengakuan terhadap kinerja, serta peluang pertumbuhan karier dari perusahaan. Jika perusahaan dapat beradaptasi dengan dinamika dunia kerja saat ini, langkah tersebut dapat membuat perusahaan kompetitif di pasar bisnis.
Namun, untuk meningkatkan pengalaman karyawan, perusahaan tidak perlu merombak seluruh operasionalnya. Ada langkah praktis yang dapat dilakukan oleh manajemen dan tim HR untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, sehingga karyawan lebih terlibat, puas, dan loyal.
Baca juga: Kandidat Enggan Melamar Pekerjaan Jika Loker Tak Tulis Gaji
3 Kiat Meningkatkan Employee Experience
Upaya peningkatan employee experience tak hanya tugas tim HR sebagai pengelola sumber daya manusia (SDM). Anda dan tim pun perlu mengajak pemimpin semua level untuk mengimplementasikan kiat ini.
1. Prioritaskan proses onboarding
Menciptakan pengalaman positif dimulai sejak karyawan baru masuk kerja atau istilah yang sering digunakan adalah onboarding karyawan baru. Proses ini berperan penting untuk menentukan arah perjalanan karyawan di dalam perusahaan, walaupun tidak semua perusahaan memiliki rangkaian onboarding yang baik.
Program onboarding yang terstruktur mencerminkan nilai perusahaan, seperti menginformasikan budaya, nilai, visi, dan misi perusahaan; mengenalkan anggota tim dan manajer yang akan bekerja dengan yang bersangkutan, menyediakan alat; serta melatih karyawan baru agar cepat beradaptasi dengan pekerjaannya.
Cara mudah untuk meningkatkan proses onboarding adalah:
- Menyediakan modul pelatihan mandiri
- Menciptakan penyambutan karyawan baru secara digital sehingga mereka merasa diterima oleh lingkungan baru
- Menerapkan platform digital terintegrasi yang dapat mengotomatiskan pengumpulan data karyawan
Ketika karyawan menerima dukungan seperti ini sejak awal, hal ini mendorong keterlibatan mereka yang lebih besar dan menjalin hubungan lebih erat dengan tujuan perusahaan.
Artikel selanjutnya: Onboarding Karyawan Baru, Tanggung Jawab Siapa?
2. Manfaatkan umpan balik
Onboarding karyawan baru hanyalah proses awal. Perusahaan harus berkomitmen pada peningkatan berkelanjutan untuk mempertahankan pengalaman karyawan yang positif. Salah satunya dengan memanfaatkan umpan balik berkala guna memastikan karyawan tetap terlibat, merasa didukung, dan memiliki kesempatan untuk berkembang. Caranya, tim HR dan/atau atasan dapat melakukan one-on-one meeting, survei, atau check-in informal, sehingga Anda dapat memperoleh wawasan berharga tentang kepuasan karyawan sekaligus mengidentifikasi area yang perlu diperhatikan.
Karyawan yang menerima umpan balik setiap hari hampir empat kali lipat lebih mungkin merasa termotivasi menghasilkan karya yang luar biasa, dibandingkan dengan mereka yang hanya menerimanya setahun sekali. Hal ini dikarenakan umpan balik mendorong dialog berkelanjutan antara karyawan dan atasan atau tim HR. Dalam proses tersebut, Anda memastikan karyawan:
- Merasa didengarkan dan didukung
- Membantu pertumbuhan profesional
- Mendukung perkembangan keterampilan
- Menyediakan jalur karier yang jelas bagi karyawan
Selain memberikan umpan balik, perusahaan juga perlu membangun budaya penghargaan—baik formal maupun informal—agar motivasi karyawan tetap terjaga. Yang harus diingat adalah menumbuhkan komitmen ini dari atas ke bawah agar karyawan benar-benar merasa didukung oleh atasan mereka.
3. Dorong budaya kolaborasi
Kiat terakhir yang kerap diabaikan adalah mendorong kolaborasi lintas tim atau departemen untuk menghilangkan sekat serta mengembangkan pemahaman lebih mendalam tentang tujuan perusahaan. Hal ini tak hanya memperkuat hubungan di dalam perusahaan, juga berkontribusi pada lingkungan kerja yang inovatif dan berorientasi pada tim.
Deloitte menemukan bahwa 73% karyawan yang terlibat dalam kerja kolaboratif mengalami peningkatan kinerja, sementara 60% mengatakan hal itu memicu inovasi. Dalam dinamika kerja terkini, tak sedikit karyawan menghargai perusahaan dengan budaya inklusif.
Jika perusahaan berfokus menciptakan lingkungan kerja yang melihat kontribusi karyawan–tanpa memandang besar atau kecil kontribusi, dari divisi atau departemen, dan latar belakang personal–maka sense of ownership mereka terhadap pekerjaan akan semakin kuat. Pada gilirannya, kondisi itu meningkatkan kepuasan kerja dan mengurangi tingkat turnover.
Namun, upaya meningkatkan employee experience tidak bisa mengandalkan tim HR saja. Ini tidak pula bisa berjalan dalam hitungan minggu atau bulan. Perusahaan perlu berinvestasi jangka panjang dalam hal pengalaman karyawan dengan mengajak semua karyawan untuk memprioritaskan tiga langkah di atas.
Menurut Gallup, investasi tersebut dapat meningkatkan loyalitas sekaligus kinerja karyawan yang berkontribusi terhadap kesuksesan bisnis keberlanjutan. Alhasil, bukan hanya perusahaan yang diuntungkan, tetapi juga karyawan merasa diperhatikan kesejahteraan dan pertumbuhan karier mereka.
Yuk, menciptakan pengalaman kerja positif agar karyawan sejahtera dan perusahaan pun aman sentosa.
Leave a Reply