HR atau perekrut pasti pernah menghadapi masalah dalam rekrutmen, padahal Anda sudah menjalankan proses berdasarkan prosedur. Dalam proses rekrutmen, tugas Anda adalah mendapatkan kandidat terbaik sesuai kebutuhan perusahaan. sehingga perlu mengikuti perkembangan pasar tenaga kerja.
Jika Anda masih menghadapi masalah, segera evaluasi tahapannya. Selain itu, Anda wajib mengetahui masalah dalam rekrutmen yang sering muncul serta solusinya.
11 Masalah Dalam Rekrutmen
Masalah dalam rekrutmen tak bisa dihindari, meski demikian, Anda harus menyiapkan segala hal untuk menghadapi tantangan dan potensi masalah yang akan muncul selama proses rekrutmen. Di bawah ini, terdapat 11 masalah dalam rekrutmen yang wajib Anda waspadai:
#1 Job description tidak tepat
Jika Anda kerap menjumpai resume tidak sesuai kriteria dalam job posting, maka periksa job description. Apakah Anda telah menulis job description dengan tepat atau sesuai nature of work? Apakah ada kata-kata yang membuat ambigu?
Solusi
Solusinya adalah tulis deskripsi pekerjaan dengan jelas dan tepat sesuai pekerjaan dan menarik minat pencari kerja saat ini. Hindari menulis semua keterampilan yang “tinggi” dalam job description.
Anda hanya memerlukan 60 persen keterampilan untuk sebuah perekrutan. Sisanya, keterampilan akan didapatkan, dipelajari, atau dilatih di tempat kerja.
Contoh
Job description untuk peran PPIC Assistant Manager:
- Minimal 4-year working experience as PPIC
- Excellence knowledge in Supply chain product, PPIC, WIP level control,
- Able to operate ERP
- Good computer skill
#2 Tidak melihat karyawan berpotensi
Ada kalanya, Anda tidak memikirkan bahwa kandidat terbaik ada di depan mata. Ia adalah rekan kerja Anda yang berada di departemen lain.
Solusi
Tak ada salahnya untuk melakukan internal hiring. Dengan langkah itu, perusahaan akan:
- Menghemat waktu dan biaya
- Mendukung peningkatan produktivitas
- Membentuk jalur karier karyawan dengan memberikan promosi atau rotasi kerja yang meningkatkan moral karyawan
- Karyawan familiar terhadap budaya, visi, dan misi perusahaan, sehingga beradaptasi ke posisi baru lebih cepat
Baca juga: Kunci Rekrutmen Dan Seleksi: Kepribadian Kandidat
#3 Hanya mengandalkan wawancara
Hal jamak jika hiring manager (user) atau manajer hanya mengandalkan wawancara untuk menerima kandidat. Alasannya, untuk mempersingkat waktu dan telah mengenal kandidat. Namun, keterampilan pekerjaan seseorang dapat berubah. Hal itu berhubungan ketika ia kerap menggunakannya atau tidak dalam tugas sehari-hari.
Solusi
Laszlo Bock, CEO dan cofounder HUMU, mengatakan dalam buku Work Rules! bahwa kebanyakan wawancara justru membuang waktu. Baginya, sebagian besar pewawancara menghabiskan waktu untuk memastikan kesan yang mereka bentuk dari kandidat dalam 10 detik pertama. Pertimbangkan melakukan background checking dan skill test.
#4 Terburu-buru dalam rekrutmen
Terburu-buru dalam penerimaan kandidat dan tanpa background checking dapat menjadi masalah bagi perusahaan.
Solusi
Anda perlu disiplin saat menjalankan timeline proses rekrutmen. Misalnya, dua minggu untuk proses satu posisi dimulai dari wawancara dengan perekrut, memberikan skill test, wawancara bersama user atau manajer, offering letter, melengkapi administrasi, hingga onboarding karyawan baru. Jika perusahaan membutuhkan karyawan dalam waktu singkat, tak ada salahnya merekrut freelancer atau kontributor berpengalaman di bidangnya.
Artikel selanjutnya: 10 Pertanyaan Wawancara Ini Dapat Membuat HR Dalam Masalah
#5 Merekrut kandidat kurang memenuhi syarat
Ada manajer yang merekrut kandidat kurang memenuhi syarat. Alasannya, ia enggan ada karyawan yang lebih mahir dari dirinya. Ia takut posisinya posisinya terancam. Ironisnya, karyawan tersebut hanya bekerja beberapa bulan. Ia tidak mampu mengerjakan tugasnya dan resign. Akhirnya perekrut mencari kandidat lagi.
Solusi
Anda perlu berkomunikasi dengan manajer untuk memilih kandidat sesuai kebutuhan perusahaan. Berikan pula employee experience positif sejak proses rekrutmen, onboarding, pelatihan, dan lainnya.
#6 Diskriminasi kandidat
Apa pun bentuk diskriminasi, sebaiknya Anda tidak melakukannya. Contohnya, mendiskriminasi kandidat karena kelas sosial, usia, etnis, agama, pendidikan, dan jenis kelamin.
Solusi
Tidak mendiskriminasi kandidat. Terapkan nilai diversity, equity, and inclusion (DEI) dalam perusahaan, termasuk proses rekrutmen.
#7 Tidak ada employer branding
Kandidat tidak akan mengenal nama perusahaan, jika Anda tidak melakukan employer branding. Kandidat lebih memilih perusahaan yang mereka kenal–produk atau jasa–dan memiliki akun media sosial. Mereka juga ragu untuk melamar kerja di perusahaan yang mempunyai reputasi negatif.
Solusi
Buat akun media sosial untuk employer branding. Isi konten dengan mengunggah foto kegiatan, video yang menampilkan serunya bekerja di perusahaan, tonjolkan budaya perusahaan, dan berikan kiat dalam mencari pekerjaan.
#8 Tidak tahu informasi terkini
Masalah dalam rekrutmen yang sering terabaikan adalah tidak mengetahui informasi terkini tentang ketenagakerjaan. Ketika gen z menjadi angkatan kerja terbaru dan pandemi COVID-19, pasar tenaga kerja berubah.
Solusi
Gunakan jasa recruitment agency untuk memperoleh kandidat yang sesuai kebutuhan perusahaan. Pihak agensi akan memberitahukan tentang kondisi tenaga kerja saat ini, sudut pandang kandidat mengenai pekerjaan, hingga menjalankan proses rekrutmen. Alhasil Anda dapat menjalankan tugas lainnya dan mempersiapkan onboarding karyawan baru.
Referensi artikel: Employer Branding: Kunci Sukses Rekrutmen Dan Retensi Karyawan
#9 Mengharapkan kandidat sempurna
Tak ada manusia sempurna, begitu pula dengan kandidat. Jika Anda menunggu kandidat dengan kualifikasi sempurna, berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk merekrut satu orang? Hal itu dapat menghambat produktivitas tim. Bahkan sulit bagi perusahaan untuk mencapai tujuan.
Solusi
Alih-alih menunggu kandidat yang memenuhi 100 persen persyaratan dalam job description, ada baiknya memilih kandidat yang memenuhi 80 persen kualifikasi. Saat bekerja, ia dapat mengasah keterampilan teknis maupun nonteknis terkait pekerjaan.
#10 Berharap terlalu banyak
Jangan terlalu berharap terlalu banyak dari kandidat. Jika kandidat lama bekerja di industri retail, bukan berarti ia mengetahui semua permasalahan dunia retail, atau kandidat lulusan universitas terkemuka bukan berarti ia memahami tugas kerja dengan cepat.
Solusi
Lakukan tes asesmen untuk mengetahui keterampilan. Dari hasil tes, Anda dan user akan menentukan apakah ia cocok di posisi yang dibutuhkan atau tidak. Alternatifnya, ajak kandidat ke dalam focus group discussion untuk menyaksikan kemampuannya menyelesaikan masalah.
#11 Proses rekrutmen terlalu lama
Masalah dalam rekrutmen yang kurang disadari oleh perekrut adalah proses yang terlalu lama. Khususnya jika user mengharapkan kandidat sempurna, sibuk membanding-bandingkan kandidat, atau proses tertunda karena kesibukan pekerjaan.
Solusi
Anda dan user harus berdisiplin terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan. Jika proses rekrutmen terlalu lama, kompetitor akan merebut kandidat terbaik Anda.
Jika Anda telah menemukan kandidat yang tepat, berikan dukungan dan libatkan dengan rekan setim, sehingga ia merasa diterima oleh lingkungan baru dan memiliki sense of ownership terhadap pekerjaan.
Leave a Reply