Rotasi pekerjaan merupakan metode perusahaan untuk mengembangkan potensi karyawan. Metode ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan keterampilan dalam berbagai perubahan pekerjaan.
Dalam rotasi pekerjaan, perusahaan dapat merotasi karyawan ke posisi lain tetapi dengan level sama. Ada pula yang merotasi ke posisi lebih tinggi atau dalam rangka promosi.
Rotasi juga dapat dilakukan pada tim dan divisi di perusahaan yang sama atau memindahkan karyawan ke tim dan divisi perusahaan lain yang masih satu induk (sister company atau anak perusahaan).
Ruang Lingkup Rotasi Pekerjaan
Rotasi pekerjaan dapat terjadi secara kebetulan atau direncanakan jauh-jauh hari dengan hasil yang telah ditentukan. Baik perusahaan atau karyawan, kedua pihak dapat mengajukan program perpindahan pekerjaan. Jangka waktunya pun bisa temporer maupun permanen.
Misalnya, di perusahaan FMCG, pemimpin divisi merotasi si A dari tim marketing produk susu UHT ke tim marketing produk biskuit. Ia mengharapkan A meningkatkan keterampilan marketing dan menyumbangkan kinerjanya lebih efektif kepada tim baru sekaligus perusahaan.
Rotasi pekerjaan yang bertujuan pada karyawan adalah meningkatkan ilmu sekaligus keterampilan, memahami operasional bisnis lebih luas lagi, memberi kesempatan untuk mengeksplorasi potensi karir alternatif, hingga menghindari kebosanan.
Agar rotasi pekerjaan berjalan sesuai hasil yang diharapkan, maka pemimpin dan HR wajib memiliki strategi, sehingga karyawan yang terlibat rotasi pekerjaan menjadi individu terlatih penuh dan perusahaan mencapai tujuannya.
Jika perusahaan tidak mempunyai strategi, program ini hanya sia-sia. Mengingat, mengajarkan keterampilan kerja baru ke karyawan membutuhkan waktu dan menguras energi SDM.
Praktik Rotasi Pekerjaan
“Saya pernah menangani rotasi pekerjaan karyawan. Ini adalah bagian dari strategi HR untuk pengembangan SDM,” ujar Dian Vitha, Vita, HR Manager di perusahaan FMCG, Selasa (19/10/2021).
Rotasi pekerjaan, lanjut Dian, bermanfaat untuk mengembangkan potensi, meningkatkan produktivitas, dan sebagai sarana evaluasi karyawan.
Dengan merotasi, karyawan yang dirotasi akan bertambah pengalaman, wawasan, dan keterampilan; mengurangi kejenuhan; serta perencanaan suksesi di internal perusahaan.
Dalam praktik tersebut, Dian menjelaskan bahwa HR harus mengetahui kebutuhan perusahaan maupun karyawan.
Kebutuhan perusahaan
Di perusahaan padat karya, biasanya rotasi bisa dilakukan ketika produksi meningkat.
Misalnya, bagian Produksi membutuh empat staf dan dua supervisor. Di bagian quality control (QC) ada banyak staf yang beban kerjanya agak longgar, sehingga HR dapat merotasi karyawan QC ke produksi dengan jabatan yang sama.
“Tim Produksi mendapat bantuan dari bagian QC. Kalau dia betah dan kinerja bagus, kami mutasikan secara tetap. Kalau tidak, kami kembalikan lagi ke bagian sebelumnya.”
Kebutuhan karyawan
“Terkadang karyawan merasa jenuh atau bosan dengan pekerjaannya, ilmunya gini-gini aja, atau resign. Kalau kerja di pabrik rutinitasnya gitu-gitu aja,” kata Dian.
Dengan merotasi, perusahaan dapat menambah semangat kerja karyawan sehingga produktivitasnya meningkat. Langkah tersebut juga bagian dari menguji kompetensi dan imbalan prestasi karena mereka telah berkontribusi kepada perusahaan.
Ada pula karyawan yang menyukai tantangan baru. Terkadang, ada karyawan yang berani mengembangkan potensinya dengan menduduki posisi baru di divisi lain. Misalnya, karyawan di tim teknik ke purchasing.
“Kalau dia berani menyeberang karier, enggak ada salahnya merotasinya. Asal dia harus bertanggung jawab dengan pilihannya, minimal enam bulan.”
4 Langkah Menerapkan Rotasi Pekerjaan
“Kadang hasil rotasi pekerjaan itu tidak seperti yang kami harapkan. Karena dia enggak cocok dengan pekerjaan baru, dia tambah stress, produktivitas turun, kinerja enggak maksimal, dan akhirnya resign,” lanjut cerita Dian.
Jika hal itu terjadi, perusahaan akan merugi, karena rotasi kerja membutuhkan waktu, biaya pelatihan, dan biaya lain-lain. Untuk menghindari kerugian, HR dan pemimpin tim dapat membentuk langkah-langkah rotasi pekerjaan.
1) Menginformasikan program rotasi karyawan
HR menginformasikan kepada karyawan mengenai program rotasi karyawan. Beri tahu mereka tentang tujuan dan alasan rotasi, dan menginformasikan manfaat yang akan mereka terima. Manfaat dapat berupa ilmu, keterampilan, pengalaman, dan lainnya.
2) Mengetahui kapasitas karyawan
Sebelum merotasi karyawan, HR juga harus mengetahui kapasitas karyawan terhadap posisi yang tersedia. Tanyakan hal itu ke pemimpin tim tentang keterampilan, pengalaman, kelebihan, dan kekurangan kerjanya.
3) Catat progres
HR dan pemimpin tim perlu mencatat laporan tentang progres kinerja karyawan yang dirotasi secara deskriptif. Laporan tersebut berguna sebagai data HR dan catatan untuk karyawan, sehingga mereka mengetahui progres kinerja yang telah dilakukannya.
4) Evaluasi
HR dan pemimpin juga harus mengevaluasi kinerja karyawan secara berkala. Evaluasi dan laporan progres dapat digunakan untuk menilai kinerja karyawan. Anda juga bisa memanfaatkan hasil evaluasi untuk perencanaan suksesi perusahaan.
Leave a Reply