Cara mengatasi kesepian 01 HRPods

Perusahaan Harus Tahu Cara Mengatasi Kesepian Pada Karyawan

Sebagai HR dan manajer, Anda perlu mengetahui cara mengatasi kesepian di tempat kerja.

Hal ini bukan untuk mencampuri urusan karyawan. Namun, karyawan yang merasa kesepian di kantor berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Tak sedikit pula yang merasa kesepian, lalu ia menjadi workaholic tetapi berujung tidak memperhatikan kesehatan, sehingga fisik dan mentalnya bermasalah.

Memahami Kesepian Di Tempat Kerja

Kesepian merupakan respons emosional normal yang dialami setiap orang. Respons tersebut paling sering terjadi di lingkungan atau pengaturan baru.

Kesepian dapat berkontribusi pada kondisi kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Pada saat yang sama, seseorang dengan kondisi kesehatan mental tidak stabil meningkatkan kemungkinan ia merasa kesepian atau menarik diri.

Sedangkan, kesepian di tempat kerja adalah respons emosional yang terjadi di lingkungan kerja atau ketika seseorang menjalankan pekerjaannya–baik di kantor, rumah, maupun di mana pun–.

Laman workplacementalhealth.org menuliskan sebuah penelitian bahwa dampak kesepian terhadap kematian setara dengan merokok 15 batang sehari.

Masalahnya, banyak karyawan tidak menyadari hal itu. Ini mengakibatkan mereka rentan terkena penyakit kardiovaskular, imunitas menurun, mudah terdampak virus serta bakteri, bahkan kematian.

Artikel terkait: 5 Cara Mengatasi Kesepian Di Tempat Kerja

Hubungan Kesepian & Tempat Kerja

Perusahaan konsultasi manajemen Korn Ferry menemukan bahwa perusahaan berkontribusi menciptakan kesepian pada karyawan. Alasannya:

  • Sistem kerja jarak jauh semakin memperburuk masalah kesepian dan karyawan merasa terasing dan hanya disibukkan dengan serangkaian rapat daring
  • Jika karyawan sudah kembali bekerja di kantor, desain kantor modern menyumbangkan terhadap perasaan karyawan yang kesepian dan mengurangi waktu untuk berinteraksi antara rekan kerja

Jika manajer, pemimpin tim, maupun HRD tidak memiliki cara mengatasi kesepian, maka akan menjadi masalah besar. Pasalnya, produktivitas serta komitmen karyawan terhadap perusahaan akan semakin berkurang, sehingga berdampak negatif pada kinerja perusahaan.

Teknologi dan kesepian di tempat kerja

Di sisi lain, teknologi yang membantu pekerjaan justru berkontribusi pada kesepian di tempat kerja.

Penelitian menunjukkan lebih dari 40% orang dewasa Amerika mengalami kesepian. Kebanyakan, mereka menghabiskan sepertiga hari untuk bekerja atau menghabiskan waktu di tempat kerja tetapi tidak menganggap rekan kerja sebagai teman.

Padahal perusahaan memerlukan hubungan baik dan sehat antar karyawan. Langkah itu mendukung pencapaian tujuan perusahaan serta menjaga keseimbangan kehidupan kerja.

Bila karyawan tidak menemukan cara mengatasi kesepian, maka hasil kerja mereka akan berubah cukup signifikan, membatasi kinerja tim, hingga mengurangi kreativitas dan mengganggu pengambilan keputusan.

Faktor-faktor yang menyebabkan kesepian

Untuk lebih jelas mengenai faktor yang menyebabkan kesepian pada karyawan, Workplace Mental Health menguraikan berikut ini:

  • Teleworking

Karyawan yang bekerja secara virtual mungkin merasa terisolasi dari anggota tim lainnya.

  • Introver dan ekstrover

Orang introver yang bekerja dalam tim ekstrover kemungkinan merasa tidak bisa mengerti apa-apa.

Sebaliknya, si ekstrover yang bekerja dengan tim introver merasa sulit membentuk hubungan pertemanan. Selain itu, bekerja di lingkungan yang tenang atau menyendiri bisa menjadi tidak nyaman bagi ekstrover yang ramah, tetapi justru lingkungan itu ideal untuk introver.

  • Perbedaan kepribadian

Kesalahpahaman di kantor adalah hal biasa. Namun, jika tidak diselesaikan akan membuat perasaan dendam berkembang dan memperburuk keadaan. Pada akhirnya, salah satu pihak akan mengisolasi diri.

  • Kurang dukungan sosial

Karyawan yang menunjukkan tanda-tanda kelesuan mental akan mengalami penurunan produktivitas, menghalangi kreativitas, dan menghambat pengambilan keputusan.

Baca pula: 6 Strategi Tunjangan Kesehatan Bagi Karyawan

Alasan Perusahaan Harus Tahu Cara Mengatasi Kesepian Pada Karyawan

Kirsta Anderson sebagai mitra dan pemimpin klien senior Korn Ferry mengatakan bahwa karyawan berperan dalam kebahagiaan mereka masing-masing.

Namun, bukan berarti manajer tak mau memahami atau tim HR lepas tangan mengenai kondisi karyawan. Justru perusahaan harus mengetahui cara mengatasi kesepian tersebut. Apa alasannya?

  • Pekerja yang kesepian tidak sehat
  • Biaya kesepian itu mahal harganya
  • Tempat kerja berkontribusi membuat seseorang kesepian

Di atas telah disinggung, kesepian bisa menurunkan produktivitas–baik karyawan maupun perusahaan–. Making Caring Common, proyek penelitian Harvard Graduate School of Education, melaporkan kesepian memerlukan kocek yang tidak sedikit.

Mereka menunjukkan sebanyak 36 persen orang Amerika Serikat—termasuk 61 persen dewasa muda dan 51 persen ibu dengan anak kecil—merasa kesepian yang serius. Kondisi itu meningkat sejak pecahnya pandemi COVID-19.

Akibatnya, kesepian berimbas pada masalah fisik dan mental, seperti penyakit jantung, depresi, kecemasan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lainnya. Ironisnya, biaya pemulihan kesepian tidak murah.

Ada baiknya, manajer perlu mengetahui bagaimana cara mengatasi kesepian pada anggota timnya.

1) Meminta umpan balik

Senior Client Partner for Digital Solutions Korn Ferry Melissa Swift menjelaskan pemimpin perlu meminta umpan balik dari karyawan secara rutin.

Hal tersebut untuk mendukung employee experience dan memperbaiki pola kerja tim, termasuk gaya berkomunikasi. Ketika meminta umpan balik, Anda dapat bertanya, seperti:

  • Bagaimana pekerjaan Anda selama ini?
  • Apa saja tantangannya?
  • Seberapa sering Anda berbicara dengan rekan kerja?
  • Adakah masalah? Adakah yang bisa dibantu?

2) Melihat perilaku karyawan

Bagi karyawan dengan model kerja jarak jauh harus lebih diperhatikan oleh pemimpin timnya.

Lihat dan amati perilaku mereka saat mencapai target. Misalnya, apakah ia tipe pengambil risiko, apakah ia menjadi diri sendiri ketika mengejar target, apakah dia membuka diri atas keberhasilannya dengan rekan kerja, dan bagaimana kinerja selanjutnya.

3) Mendorong karyawan bersuara

Manajer dapat menciptakan ruang untuk karyawan agar mereka dapat bersuara. Misalnya, mereka menyuarakan saran tentang alur kerja, meminta bantuan kepada atasan, mengatur jadwal WFO dan WFH, atau mengeluarkan unek-uneknya selama bekerja.


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *