Diversity, equity, and inclusion (DEI) merupakan praktik yang menerima orang dari berbagai latar belakang dan memastikan mereka memperoleh perlakuan sama.
Praktik ini telah diadopsi oleh organisasi berbagai macam industri, instansi pemerintahan, hingga lembaga nirlaba. Di tempat kerja, penerapan DEI bertujuan untuk menghargai semua orang sekaligus meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Forbes menuliskan bahwa meningkatkan mitra perempuan sebesar 10 persen sering kali menghasilkan kenaikan pendapatan sebesar 10 persen. Bagaimana dengan L’Oreal Indonesia?
Yenita Oktora, Chief Human Resource Officer L’Oréal Indonesia, berbicara kepada HRPods Indonesia tentang DEI melalui telekonferensi pada Jumat (09/12/2022).
L’Oreal Indonesia Memperhatikan DEI
DEI adalah salah satu yang core bagi L’Oreal. Kami adalah company yang menjunjung tinggi diversity, equity, and inclusion.
Kami sebagai citizen of the world merasa bertanggung jawab untuk memberikan kesetaraan dan kesempatan kepada teman-teman disabilitas. Ini suatu kebanggaan kami bisa berkontribusi terhadap nilai-nilai DEI.
Sampai saat ini, kami memiliki enam karyawan disabilitas di pabrik dan dua karyawan di head office di tim L’Oreal. Kami juga punya kantin, vendor kantor memiliki karyawan disabilitas.
Setiap tahun, terkadang angkanya bisa naik turun, karena teman-teman ada yang sudah sukses sampai mendapatkan scholarship, lalu mereka harus pergi dari perusahaan. Mencari pengganti mereka pun tidak gampang.
Penerapan DEI Pada Karyawan
Sejak tiga tahun yang lalu, kami membuat survei karyawan. Kami bertanya tentang benefit, kebutuhan mereka, dan pengetahuan tentang benefit perusahaan.
Setelah kami analisis, ada yang lebih menarik. Walaupun kami memiliki tiga generasi angkatan kerja, tetapi ada lima persona karyawan.
Misalnya, karyawan baru bekerja satu atau dua tahun, single, dan suka dengan teknologi. Punya gadget baru adalah tujuannya.
Dia tidak memikirkan life insurance perusahaan yang 36 kali gaji, kalau karyawan mengalami cacat atau meninggal dunia–yang akan diberikan kepada keluarga atau ahli waris.
Ada juga karyawan yang akan pensiun dalam tiga atau lima tahun ke depan. Dia senang mengajak anak dan cucu untuk menikmati makan malam atau staycation.
Dia sangat mementingkan life insurance dan senang jika menambah plafon asuransi bertambah supaya mendapatkan kamar VIP.

Dengan survei tersebut, kami mendapatkan insight untuk membuat benefit. Yang kami berikan adalah Flex Benefit.
Tentang Flex Benefit
Flex Benefit memberikan karyawan keleluasaan untuk memilih benefit sesuai kebutuhan individu, sehingga mereka dapat mengontrol keuangan.
Dengan catatan, benefit pilihan mereka cocok dengan payung L’Oreal yang bernama Share and Care. Ini benefit yang memberikan perlindungan dengan life insurance, enjoyment dengan keluarga, dan safety dalam bekerja.
Misalnya, saya sudah tidak perlu pakai kacamata lagi, jadi benefit kacamata saya alihkan ke poin untuk membeli tiket pesawat ke Bali.
Tahun ini, saya tidak membeli produk L’Oreal, jadi saya alihkan benefit untuk membeli buku anak. Ada juga karyawan yang memilih benefit untuk membeli sepatu maraton dan nonton ke bioskop.
Jadi, people can adapt and adjust sehingga kami menjadi inklusi secara organisasi. You need something that is different from others, jadi kami akan cater to each individual needs.
Setiap tahun kami mereviu Flex Benefit dan persona, sehingga karyawan bisa menikmati hal-hal yang mereka butuhkan.
Terkadang perusahaan berpikir kalau ingin memberikan benefit, “Wah harus keluarin dana lagi dong?” Tidak. Perusahaan hanya menilai apa yang karyawan butuhkan dan tidak.
Misalnya, perusahaan punya benefit makan di kantin, tapi banyak karyawan tidak makan di kantin, maka hal itu bisa dikonversikan ke benefit lain.
Menciptakan Karyawan Unggul Di Bidangnya
Memperhatikan diversity, equity, inclusion, and sustainability juga harus diimbangi dengan benefit yang kompetitif dan culture yang positif. Dari upaya itu, kami pastikan bahwa we are the best in the market.
Namun untuk menjadi the best itu, kan, tidak cuma berkoar-koar dan tampil di media sosial. Everybody bisa hire media consultant, bikin konten keren, buat video yang kelihatan asyik, but in the reality lingkungan kerja sikut-sikutan.
It’s totally ruining the image yang coba kami built. Kalau image kami di market sudah tidak bagus, bagaimana mau menarik kandidat?
Jadi, sebelum seseorang masuk ke rumah kami, kami memastikan kondisi di dalam rumah itu tertata. We have a great working culture, we provide good benefits, development, leader-nya juga mampu men-develop karyawan.
Our employees are our ambassadors. Kalau employee di sini happy dan engage, mereka dengan senang berbagi pengalaman bahwa bekerja di L’Oreal itu menyenangkan.
They know it’s a good company, the best place to work, dan mereka akan menjadi curiosity untuk melanjutkan prosesnya. I think the best story is the real story. It’s the real people’s story that makes the best story.
Setiap tahun, kami punya survei employee engagement. Itu surveinya mengukur seberapa engage karyawan terhadap L’Oreal. Setiap tahun, kami break the record, karena skor survei terus naik.
Ini menunjukkan bahwa kami terus belajar untuk mendengarkan karyawan, memberikan tempat kerja terbaik, dan meng-improve diri menyesuaikan dengan tren di luar sana yang berubah.
Perbincangan ini akan bersambung pada bagian ketiga.
Leave a Reply