Seseorang yang memiliki kemampuan dalam resolusi konflik dapat menguntungkan perusahaan.
Tempat kerja adalah ruang bertemu, berdiskusi, dan bekerja sama antar karyawan yang memiliki latar belakang berbeda.
Hal ini tak jarang terjadi benturan pribadi yang dapat berpengaruh terhadap kinerja tim. Akibatnya, konflik menjadi menjadi sumber stres, menurunkan produktivitas, memengaruhi relasi antar karyawan.
Sebagai wakil perusahaan, tim HR perlu menguasai kemampuan resolusi konflik guna menengahi hingga menyelesaikan pertikaian yang terjadi di lingkungan kerja.
Memahami Resolusi Konflik
Konflik di lingkungan kerja terjadi ketika terjadi perbedaan pendapat di antara anggota tim. Situasi ini muncul karena setiap individu memiliki ide, minat, atau pikiran berbeda.
Perbedaan pendapat adalah hal wajar, tetapi terkadang orang lain memiliki persepsi lain tentang argumen rekan kerjanya. Jika keduanya tidak memahami pendapat masing-masing, kondisi itu dapat menyebabkan konflik.
Dalam kehidupan profesional, tak sedikit konflik disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang berkomunikasi secara efektif.
Hal itu mengakibatkan antar karyawan atau karyawan dan atasan mengalami kesalahpahaman hingga perilaku pasif agresif. Hal itu berkontribusi menimbulkan konflik di tempat kerja.
Konflik kepemimpinan
Untuk mengatasi konflik, pemimpin harus memiliki kesadaran terhadap gaya kepemimpinan, seperti demokratis, birokratis, atau transaksional.
Ia pun harus mengetahui bagaimana berinteraksi dan kepribadian anggota tim. Dengan demikian, ia mampu menyesuaikan diri dan membangun hubungan dengan tim tanpa memedulikan preferensi gaya kepemimpinannya.
Konflik gaya kerja
Gaya kerja dapat menimbulkan konflik antara pemimpin dan karyawan atau sesama karyawan.
Beberapa individu lebih memilih bekerja dalam kelompok, sementara yang lain lebih unggul saat bekerja sendiri. Ada karyawan yang dapat menyelesaikan tugas tanpa arahan tambahan, tetapi ada pula yang membutuhkan menginginkan petunjuk.
Meskipun mereka memiliki preferensi gaya kerja tertentu, terkadang kolaborasi tim diperlukan untuk menghasilkan kinerja lebih baik daripada bekerja sendirian.
Diskriminasi
Kasus pelecehan atau diskriminasi berdasarkan usia, ras, etnis, atau jenis kelamin dapat menimbulkan konflik.
Di sini, perusahaan harus tegas menekankan nilai diversity, equity, and inclusion (DEI) serta menerima perbedaan, sehingga karyawan dapat menghargai perbedaan rekan kerjanya.
Konflik tugas
Idealnya, anggota tim dalam satu proyek saling membantu dan mengoordinasikan tugas mereka, agar tugas selesai tepat waktu dan sesuai harapan.
Namun, jika seseorang terus-menerus terlambat menyelesaikan tugasnya akan berdampak pada kinerja tim. Untukmengatasi hal ini, manajer perlu menjelaskan tugas masing-masing individu.
Pemimpin semua level dan tim HR pun perlu memiliki kemampuan resolusi konflik untuk mengatasi konflik yang dapat muncul kapan saja di lingkungan kantor.
Kemampuan Resolusi Konflik
Kemampuan resolusi konflik merupakan keterampilan menyelesaikan konflik. Ini memberikan keuntungan bagi profesional di berbagai bidang bidang.
Mengapa demikian? Secara sederhana, konflik antarpribadi dapat terjadi dalam semua jenis pekerjaan, baik di kantor maupun di lapangan.
Mengasah kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara, memahami persoalan, mengetahui cara menghadapi pertikaian, serta mengelola emosi individu yang terlibat konflik.
Apakah resolusi konflik hanya untuk manajer dan HR? Tidak. Semua karyawan perlu memiliki kemampuan ini, alasannya:
- Membangun hubungan pribadi dan profesional terjalin dengan baik
- Berkomunikasi dengan baik secara sadar antarkaryawan
- Menghasilkan efisiensi dan tujuan yang lebih besar dalam bisnis
- Meningkatkan komitmen semua pihak terhadap proses dan menghindari perasaan defensif
- Membuka wawasan baru sehingga semua orang memiliki perspektif berbeda dan membuka pintu ide untuk berinovasi
Cara Mengembangkan Kemampuan Resolusi Konflik
1) Mendengarkan secara aktif
Untuk mengembangkan kemampuan resolusi konflik yang pertama adalah mendengarkan secara aktif. Ini adalah elemen krusial dalam penyelesaian konflik.
Dengan mendengarkan secara aktif, seseorang dapat memahami pernyataan atau kaliam teman bicaranya. Ia juga mengetahui langkah-langkah yang perlu ia ambil untuk membantunya.
2) Menunjukkan sikap proaktif
Menunjukkan sikap proaktif berarti mengambil langkah tegas untuk mengambil tindakan daripada menunggu orang lain untuk melakukannya.
Dalam konteks penyelesaian konflik, ini terlihat dalam perilaku seseorang yang menyadari bahwa ia telah membuat rekan kerjanya kecewa, maka ia dengan aktif menjelaskan ke rekan dan segera memperbaiki kesalahannya.
3) Mengembangkan perspektif
Mengembangkan perspektif adalah mampu memahami sudut pandang orang lain.
Anda dapat bertanya kepada mereka yang terlibat konflik tentang kemunculan penyebab dan proses masalah, pendapat mereka tentang konflik ini, hingga pengamatan diri sendiri dari kacamata orang lain.
4) Memberikan fasilitas
Ketika terjadi konflik, Anda dapat memfasilitasi pihak yang sedang berkonflik. Contohnya, mempertemukan dua tim dalam ruang yang nyaman untuk membahas perbedaan pendapat dan solusinya.
Memberikan waktu dan ruang untuk diskusi dapat mempercepat proses penyelesaian konflik. Namun, cara tersebut tidak bisa digunakan untuk semua konflik.
5) Mediasi
Mediasi merupakan proses di mana pihak ketiga (mediator) yang netral terlibat dalam penyelesaian konflik.
Mediator dapat berasal dari profesional yang terlatih, tim HR, atau individu dari tim lain yang dapat memberikan perspektif objektif.
Ia harus memiliki kemampuan untuk menganalisis setiap pernyataan kedua belah pihak. Ia juga harus mengobservasi dengan baik agar pihak yang berkonflik mencapai kesepakatan.
6) Problem solving
Kemampuan resolusi konflik menuntut Anda memiliki keterampilan problem solving.
Ini membantu Anda mengidentifikasi akar permasalahan dan menemukan solusi yang efektif. Misalnya, manajer mengidentifikasi area kompromi antara dua anggota tim yang tidak sepakat.
7) Monitor
Anda juga wajib memonitor pihak-pihak yang telah bersepakat dalam penyelesaian konflik.
Sebagai contoh, setelah mencapai kesepakatan, tim HR mungkin perlu memonitor pihak tersebut untuk memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang sama.
Strategi Konflik Resolusi
#1 Angkat masalahnya secepat mungkin
Mengabaikan masalah hanya akan memperburuknya di masa mendatang seperti, memicu rumor dan kesalahpahaman.
Jika Anda menghadapi perselisihan anggota tim mengenai eksekusi ide, maka segera berbicara kepada masing-masing orang di tempat berbeda untuk akar penyebab konflik.
Anda dapat meminta bantuan tim HR untuk menyelesaikannya. Yang terpenting, bersikaplah asertif, berkomunikasilah secara terbuka, dan mengutamakan transparansi.
#2 Kelola emosi dan tetap netral
Terkadang terlibat dalam resolusi konflik menguras tenaga, pikiran, dan emosi Anda.
Oleh karena itu, penting bagi manajer atau tim HR untuk mengelola emosi dengan mengolah napas secara rutin. Kondisi ini akan membuat akan berpikir jernih dan tetap netral dalam menyelesaikan masalah.
#3 Tunjukan empati
Saat berbicara dengan seseorang tentang konflik yang terjadi, ada keinginan untuk menyampaikan pandangan Anda daripada mendengarkan pihak lain.
Sebaiknya, Anda menunjukkan empati kepada orang yang berkonflik dengan memahami perspektif masing-masing pihak.
Misalnya, bertanya pendapat mereka tentang solusi dan harapan mereka dari penyelesaian konflik. Ini membangun rasa saling menghargai dan mencapai hasil memuaskan bagi kedua belah pihak.
#4 Asah listening skill
Anda perlu mengasah listening skill untuk memahami penyebab masalah. Ini bukan sekadar mendengarkan saja.
Namun, Anda juga harus memperhatikan sikap nonverbal yang mungkin bertentangan dengan ucapan mereka. Misalnya, perubahan nada bicara, menangis, atau berteriak.
Gunakan pula bahasa tubuh yang sesuai, seperti menganggukkan kepala dan mengulangi pernyataan mereka guna memverifikasi informasi.
#5 Menerima kritik
Anda perlu menekankan kepada pihak berkonflik (dan diri sendiri) bahwa mereka perlu menerima kritik atau umpan balik yang konstruktif dari orang lain seperti kritik tentang perilaku kerja.
Gunakan kritik sebagai sarana untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, memperbaiki kinerja di masa mendatang, dan mengembangkan diri.
Penutup
Konflik pasti akan muncul di lingkungan kerja. Namun, perusahaan perlu strategi untuk resolusi konflik.
Caranya, melalui tim HR dan manajer, perusahaan dapat menanamkan komunikasi efektif, menciptakan lingkungan kerja positif, dan cara menyelesaikan konflik dengan rekan kerja.
Dengan resolusi konflik secara proaktif, perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan, memperbaiki produktivitas, dan menciptakan tempat kerja yang harmonis.
Leave a Reply