Identitas generasi z terbentuk dari perkembangan era digital, juga kekhawatiran terhadap isu lingkungan, perubahan lanskap keuangan, hingga dampak pandemi COVID-19. Hal itu menciptakan sifat dan sikap generasi z yang terkesan rapuh, padahal tidak sepenuhnya benar.
Di sudut kota mana pun, tak sedikit gen z yang tangguh dan bekerja keras untuk menghidupi diri sendiri maupun keluarganya. Namun, kehadiran gen z dengan segala sifatnya membuat perubahan cukup signifikan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, tugas generasi sebelumnya wajib memandu mereka agar Anda bersama-sama mendukung tujuan perusahaan.
Mengenal Si Generasi Z
Generasi z adalah generasi yang lahir pada 1997 hingga 2012 yang memiliki attention span yang lebih pendek, yaitu rata-rata delapan detik, dan kelompok pertama yang lahir dan tumbuh dengan teknologi digital.
Menurut Universum Global, perusahaan riset dan konsultan global berbasis di Stockholm, gen z memiliki ciri khas yang mampu terhubung dengan dunia luar dan berhadapan pada banyak ketidakpastian. Di Amerika Serikat, mereka tumbuh setelah era 11/09 yang penuh dengan berita terorisme, perang, dan ketidakstabilan ekonomi.
Hal tersebut mendorong mereka untuk memiliki orientasi yang lebih terarah untuk merencanakan karier dan mencari rasa aman, lebih awal daripada generasi sebelumnya.
Raghav Singh, ahli manajemen bakat di Minneapolis dan St. Paul, mengatakan bahwa gen z sangat antusias untuk bekerja, yang banyak dipengaruhi oleh ketidakstabilan keuangan. Sejak 2022, mereka telah memasuki dunia kerja, tetapi ada pula yang melanjutkan pendidikan atau mulai merintis usaha.
Artikel terkait: Job Hopping Pada Gen Y Dan Gen Z
3 Kelebihan Gen Z Saat Bekerja
1. Memecahkan masalah teknologi
Kecerdasan teknologi adalah salah satu hal terbaik tentang mereka, menurut Tim Chilvers, fasilitator CJM yang berbasis di Melbourne. Gen z mampu mengatasi masalah teknologi seperti memperbaiki wifi, menginstal ulang software, mendiagnosis masalah, dan melakukan integrasi. Kemampuan ini memungkinkan mereka berperan sebagai mentor bagi orang lain yang tidak begitu memahami soal dunia digital.
2. Lebih toleran
Generasi ini memiliki perspektif unik tentang dunia dan membuat mereka lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan. Mereka sangat memahami tentang konsep diversity, equity, and inclusion (DEI) serta cenderung menerima dan menghormati keberagaman dalam masyarakat global.
3. Mandiri
Generasi Z cenderung bersifat mandiri dan berkeinginan kuat untuk mengambil kendali atas hidup mereka. Mereka adalah kelompok orang dengan kepercayaan diri tinggi sehingga mampu mengambil inisiatif untuk menghadapi tantangan. Mereka merasa nyaman dengan otonomi dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.
Baca juga: 10 Cara Memenangkan Hati Gen Z Dalam Rekrutmen
3 Kekurangan Generasi Z Saat Bekerja
1. Gaya komunikasi informal
Mengingat gen z tumbuh bersama teknologi, termasuk percakapan menggunakan singkatan dan simbol dalam aplikasi pesan, maka mereka cenderung berkomunikasi secara informal kepada orang lain, baik yang seumuran atau lebih tua dari mereka. Situasi ini kerap disalahpahami oleh rekan kerja di atas usia mereka, yang cenderung mengadopsi komunikasi formal. Menurut survei yang dilakukan oleh Duolingo dan Slack, sebanyak 74% responden pernah mengalami kesalahpahaman akibat penggunaan emotikon.
2. Attention span pendek
Gen ini memiliki rentang perhatian yang lebih pendek karena paparan media sosial dan perangkat elektronik yang emotikon. Memang, mereka mudah menyerap informasi tetapi waktunya tak lama, baik secara tulisan maupun video. Dampaknya, mereka cenderung merasa bingung dan tidak tertarik ketika dihadapkan pada situasi yang menunutut mereka harus memahami atau menyelesaikan masalah lebih mendalam.
3.Impulsif
Mereka cenderung bertindak impulsif karena ingin mendapatkan sesuatu dengan cepat atau instan, sehingga mereka kesulitan jika diminta untuk menunggu dalam situasi apa pun.
Rekomendasi artikel: HR Khawatir CV Pelamar Dibuat AI? Ini Solusi Mengenalinya
Bagaimana Bekerja Dengan Gen Z?
Menurut ResumeBuilder.com, sebesar 74% manajer dan pemimpin bisnis menganggap bahwa bekerja dengan gen z lebih sulit dibandingkan dengan generasi lainnya. Dalam hal penghentian kerja, 59% manajer mengatakan bahwa mereka pernah memecat karyawan gen z.
Lebih dari satu dari lima responden (19%) menyebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja dengan gen z lebih umum terjadi, sementara 46% menyatakan hal itu agak lebih umum terjadi. Bahkan 20% manajer pernah memecat gen z dalam waktu satu minggu sejak tanggal mulai bekerja dan 27% melakukannya dalam waktu satu bulan.
Di sisi laini, survei Deloitte pada 2022 menemukan sebanyak 37% gen z telah menolak pekerjaan atau tugas berdasarkan etika pribadi, meskipun mereka baru memasuki dunia kerja.
Ini menunjukkan bahwa manajer dan pemimpin perlu memahami dinamika kerja dengan gen z, sehingga Anda perlu mengembangkan strategi pengelolaan SDm yang relevan.
5 Kunci Berkolaborasi Dengan Gen Z Di Tempat Kerja

Tentu, tidak semua generasi z memiliki kebiasaan buruk atau sulit dihadapi. Ada individu yang sangat kooperatif dan mampu beradaptasi dengan baik dalam lingkungan perusahaan. Kiat berkolaborasi dengan gen z ini dapat Anda jadikan referensi di tempat kerja.
1. Kolaborasi dan komunikasi
Gen z merupakan kelompok yang sangat lekat terhadap interaksi sosial, termasuk di media sosial dan tempat kerja. Oleh sebab itu, tim HR dan manajer perlu menciptakan budaya kerja yang mendorong kolaborasi dan komunikasi antara mereka. Kedua hal ini tak harus dilakukan secara tatap muka, karena mereka merasa nyaman untuk terhubung melalui pertemuan digital.
Dari sisi perusahaan, tim perlu menciptakan transparansi di lingkungan kerja, baik tentang kesempatan promosi, pemberian training, maupun rotasi pekerjaan. Pastikan langkah ini dilakukan secara konsisten oleh semua orang sehingga mendukung perkembangan bisnis.
2. Inovasi dan work-life balance
Gen z akan membawa perspektif yang segar dan kreatif, sehingga mendorong mereka berinovasi di tempat kerja, baik berupa cara kerja, produk, dan/atau layanan perusahaan. Meski inovasi menuntut kerja keras, tetapi mereka menghargai work-life balance, karena hal itu menjaga kesehatan mental mereka.
3. Menjadi role model
Generasi ini tidak suka diperintah dan tidak akan patuh begitu saja terhadap peraturan. Jadi, tim HR harus mendorong pemimpin untuk menjadi role model yang memberikan contoh nyata melalui implementasi nilai perusahaan. Peimpin juga harus memberikan umpan balik konstruktif, dukungan, arahan, dan kesempatan untuk berkembang.
Dalam merekrut karyawan, pilih kandidat gen z yang benar-benar ingin bekerja untuk Anda. Pastikan mereka berada di posisi yang memungkinkan mereka menggunakan potensi dan pengaruh secara signifikan. Cara ini memotivasi mereka untuk berkinerja baik dan terlibat dalam perusahaan.
4. Berempati
Pemimpin perlu mencari cara untuk menunjukkan empati kepada karyawan gen z, karena mereka sangat menghargai hal tersebut. Bagi mereka, pemimpin yang tidak mampu berempati sama dengan tidak peduli dengan kesehatan mental tenaga kerjanya.
Jika perusahaan menyediakan akses konseling ke psikolog, itu akan lebih baik. Jika tidak, perusahaan perlu melatih pemimpin untuk lebih memahami beban kerja dan tekanan sosial di kehidupan mereka.
5. Bebas dan mandiri
Poin yang tak kalah penting adalah gen z menghargai kebebasan dan kemandirian dalam bekerja. Mereka menginginkan fleksibilitas kerja dan memiliki metode serta ide berbeda agar lebih terlibat dalam pekerjaan. Meski demikian, mereka terbuka dengan umpan balik dan bimbingan dari senior, karena langkah itu dapat meningkatkan keterampilan mereka.
Setiap generasi memiliki nilai, perefensi, serta kebutuhan berbeda. Dengan memahami angkatan kerja terkini, perusahaan dapat menciptakan pendekatan inklusif yang memberikan mereka kesempatan untuk bersuara dan bergerak membentuk lingkungan kerja sehat. Ini bukan untuk gen z saja, tetapi untuk generasi selanjutnya yang akan datang di perusahaan.
Leave a Reply