Pada dasarnya, job hopping dapat terjadi pada generasi apa pun. Namun, job hopping pada gen y dan gen z menjadi tantangan bagi perekrut dalam beberapa tahun ini.
Dalam survei IDN Times yang melibatkan 211 responden berusia 21-25 tahun, sebanyak 30,8% mengatakan masa kerja paling lama adalah lebih dari tiga tahun. durasi kerja paling singkat antara enam hingga 12 bulan sebesar 41,2 %.
Sementara itu, LinkedIn menemukan 61% pekerja di Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan mereka pada 2023.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa milenial (26-41 tahun) dani gen z (18-25 tahun) memiliki persentase lebih tinggi untuk berhenti bekerja dibandingkan dengan generasi lainnya.
Job Hopping Pada Gen Y
Gen y atau biasa disebut sebagai generasi milenial adalah sekelompok orang dengan kelahiran 1981 hingga 1996.
Generasi ini mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dalam lingkungan peralihan teknologi. Tak heran, generasi ini cenderung lebih sering menggunakan pesan teks dan bermedia sosial untuk berkomunikasi daripada bertemu tatap muka.
Karakteristik dari gen y adalah:
- Selalu berorientasi pada hasil
- Selalu mencari penghargaan dan pujian
- Inovatif
Menurut laporan Gallup, sebanyak 21% milenial mengatakan mereka telah berganti pekerjaan sebanyak tiga kali dalam satu tahun terakhir. Mereka juga enggan untuk bertahan pada pekerjaan mereka saat ini.
Sebanyak 60% milenial terbuka pada kesempatan kerja yang berbeda. Mereka bersedia mengambil peluang yang lebih baik.
Sekilas milenial menginginkan hal lebih baik, tetapi mereka hanya menginginkan pekerjaan yang berharga dan akan terus mencari sampai memperolehnya.
Job Hopping Pada Gen Z
Gen z atau dijuluki dengan si tech savvy adalah mereka yang lahir pada 1997 sampai dengan 2012.
Mereka mengalami “banjir” teknologi dan terdampak pandemi COVID-19. Banyak dari gen z kehilangan pengalaman dan awal kaerier akibat pandemi.
Alhasil, gen z mencari work-life balance yang berkelanjutan dalam bekerja. Mereka tidak ingin mengorbankan waktu luang untuk mengejar jabatan di perusahaan.
Karakteristik dari gen z adalah:
- Ambisius
- Rentan terhadap masalah kesehatan mental
- Menetapkan batasan dalam kehidupan
Menurut survei Oliver Wyman, sebanyak 85% gen z lebih menyukai gaya bekerja hibrida maupun jarak jauh.
Bagi Anda yang ingin merekrut dan mempertahankan karyawan gen z, berikan fleksibilitas kepada mereka untuk bekerja dari rumah, tawarkan aturan kerja yang luwes, dan tunjukkan dukungan terhadap keragaman.
Karyawan gen z cenderung meninggalkan pekerjaan yang tidak memuaskan atau tidak memberikan keuntungan yang mereka harapkan.
Mereka pun selalu mencari peluang lebih baik. Inilah penyebab mereka disebut job hoppers.
Benarkah Milenial Dan Gen Z Adalah Job Hoppers Sepanjang Masa?
Tak sedikit pihak yang memandang bahwa gen y dan gen z adalah job hoppers. Padahal job hopping atau berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan bukan dominasi mereka.
Job hopping dilakukan oleh mereka yang berada di usia produktif, dari berbagai generasi. Tujuannya, mendapatkan karier yang sesuai dengan aspirasi.
Namun, data menunjukkan bahwa milenial cenderung berpindah pekerjaan dengan tingkat yang lebih lambat dibandingkan dengan generasi sebelumnya pada usia yang sama.
Menurut survei Deloitte Global pada 2022 tentang gen z dan milenial, kedua generasi ini sangat bersemangat untuk meninggalkan beberapa industri yang berhubungan dengan publik, termasuk perawatan kesehatan, ritel, dan pendidikan.
Mereka yang berhenti tanpa memiliki pekerjaan baru cenderung menemukan peran baru dengan jam kerja yang lebih fleksibel. Misalnya, pekerjaan sementara, paruh waktu, atau mulai berbisnis.
Di sisi lain, job hopping padan gen y dan gen z adalah istilah yang berdampak negatif. Karena perusahaan beranggapan bahwa itu tindakan yang merugikan.
Proses masuk dan keluar pekerjaan dalam waktu cepat dapat menurunkan produktivitas perusahaan.
Alasan milenial dan gen z memilih untuk mengganti pekerjaan mereka, yakni:
- Ingin mengeksplorasi karier pada berbagai industri
- Ingin merasakan bagian dari sesuatu yang lebih besar
- Budaya manajemen modern telah berubah
Ada juga pihak yang melihat job hopping tidak berbahaya. Manajer dan tim HR memahami bahwa pola interaksi antara perusahaan dan angkatan kerja telah berubah.
Mereka juga perlu menjadi manajer sekaligus pelatih untuk mendorong karyawan dari beragam angkatan kerja untuk berkolaborasi untuk menunjang kesuksesan bersama.
Penutup
Anggapan miring terhadap job hopping pada gen y dan gen z kurang relevan di dunia kerja yang terus berubah.
Membangun hubungan baik antara perusahaan dan karyawan tak hanya berdasarkan generasi. Namun, perusahaan perlu beradaptasi untuk mengoptimalkan potensi asetnya.
Generasi milenial dan gen z dapat bekerja dengan baik bila perusahaan memiliki pendekatan inklusif, berfokus pada proyek komunal, dan memberikan dukungan untuk terus berkembang.
Leave a Reply