Yova Sianturi

Bu Yo Bicara Soal Keterampilan Komunikasi & Background Checking

Untuk meningkatkan kinerja bisnis, organisasi perlu mengelola sumber daya manusia. Pengelolaan ini membutuhkan interaksi yang efektif, yaitu keterampilan komunikasi.

Pada umumnya, pengelolaan SDM ada di tangan tim HR. Oleh karena itu, HR wajib memiliki keterampilan komunikasi yang mumpuni, baik verbal, nonverbal, maupun tertulis.

Keterampilan komunikasi dapat diaplikasikan dalam tugas sehari-hari. Sebut saja, HR mengetahui cara menyusun dan mengajukan pertanyaan wawancara agar memperoleh kandidat yang tepat.

Bahkan keterampilan ini berguna sebagai langkah awal background checking pada kandidat. Yova Beltz–akrab dipanggil Bu Yo oleh warganet–membicarakan keterampilan komunikasi pada HR, Senin (20/02/2023).

Apakah Semua HR Perlu Mengasah Keterampilan Komunikasi?

Tidak wajib

Jika main job description HR tidak membutuhkan komunikasi yang intensif kepada karyawan, sepertinya tidak ia perlu memiliki keterampilan itu.

Misalnya, HR di payroll management, tugasnya adalah menghitung gaji, pajak, hingga transfer gaji karyawan. Kalau ada masalah di payroll system, atasan dia yang harus berbicara ke karyawan.

Jadi, buat apa meng-hire karyawan yang mempunyai keterampilan komunikasi bagus, tetapi tidak digunakan dalam pekerjaan. Hasilnya, keterampilan itu kurang sesuai fungsi kerja karyawan.

Namun ada pengecualian, perusahaan memiliki program learning and development ke karyawan, yaitu mengasah keterampilan berkomunikasi.

Wajib

Kalau HR menjalankan fungsi rekrutmen, maka memiliki keterampilan komunikasi adalah suatu kewajiban. Keterampilan komunikasi adalah weapon untuk recruiter.

Dengan komunikasi yang baik, dia dapat mengulik informasi yang dibutuhkan dari kandidat. Kalau tidak punya keterampilan komunikasi, sepertinya dia tidak bisa menjalankan tugasnya.

HR is all about communication. Keterampilan komunikasi sudah menjadi bagian dari HR.

HR harus tahu bagaimana berkomunikasi ke atasan, ke manajer, ke manajemen, dan staf yang di bawahnya.

Dia juga harus bisa menjembatani sebuah pesan dari atas ke bawah, supaya semua karyawan tidak misleading dan miscommunication.

Haruskah perusahaan merekrut HR yang piawai berkomunikasi?

Sebenarnya, perusahaan harus mengetahui kebutuhannya.

Apakah ingin merekrut HR yang dapat berkomunikasi secara efektif atau HR untuk menyelesaikan semua pekerjaan terlepas dari keterampilan komunikasinya?

Bagaimanapun juga HR direkrut oleh orang yang posisinya tinggi di perusahaan tersebut. Jadi, jika ingin memiliki HR yang punya keterampilan komunikasi yang baik, ya, perusahaan harus merekrut kandidat seperti itu.

Kalau hanya merekrut HR untuk mengelola administrasi dan memastikan karyawan gajian, biasanya perusahaan tidak berfokus pada keterampilan komunikasinya.

Komunikasi, Favoritism, Dan Background Checking

Sebagai HR, we cannot trust anyone.

Even kita pandai berkomunikasi dan dekat dengan karyawan, prinsip saya adalah jangan mudah percaya ke orang lain.

Misalnya, HR dekat dengan salah satu karyawan, lalu karyawan lain tahu HR dekat sama Si A, sehingga mereka immediately berpikir, “Si A ini anak favoritnya HR” atau “Kalau dia ada masalah pasti gampanglah.”

Bukan tidak mungkin, karyawan lain menganggap HR tersebut punya favoritism. Terlebih, jika HR percaya dengan Si A dan mengakibatkan bias.

Contohnya, HR lebih terbuka kepada A seperti keceplosan tentang kondisi kantor, menceritakan masalah departemen lain, atau membicarakan curhat karyawan lain.

Kondisi ini berlaku juga dalam proses rekrutmen. Jadi, meski kandidat datang ke offline interview, HR jangan percaya begitu saja. Karena HR baru bertemu dia sekali, jadi apa alasan untuk percaya sepenuhnya ke kandidat.

Semua orang punya history, jadi semua kandidat wajib melalui background checking.

Kita tidak pernah tahu di tempat sebelumnya, apakah kandidat pernah melakukan fraud, harassment, or something like that dan berapa kali dia melakukan hal itu.

Sometimes itu adalah habit. Tentu, kita tidak mau hal itu terjadi di tempat kerja kita, kan?

Background checking itu hal wajib

Honestly, saya memiliki pengalaman tentang background checking. Sebagai HR, saya kenal baik dengan banyak karyawan.

Suatu hari, ada satu karyawan yang ingin transfer ke tempat kerja saya. Kebetulan kami bekerja di satu holding company, jadi dia mengajukan request transfer.

During transfer, dia build good communication. Saya cukup senang dengan kandidat ini. Proses berjalan lancar, sampai akhirnya saya melakukan background checking.

Di sana, saya menemukan beberapa kasus. Setelah itu, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan proses transfer. Dan, perusahaan tidak menerima kandidat tersebut immediately.

Imagine, kalau dia bekerja di tempat kerja saya dan melakukan hal yang sama ke karyawan lain. Itu akan jadi pekerjaan rumah bukan hanya buat HR, tetapi juga manajemen.

Selama saya bekerja, background checking selalu menjadi bahan pertimbangan.

Cek riwayat kerja

HR wajib mengecek latar belakang kandidat. Mulai dari mengecek keabsahan CV, kinerja di perusahaan sebelumnya, dan memverifikasi semua informasi tersebut.

Anda dapat memaksimalkan jaringan HR untuk keperluan reference check.

Anda pun bisa mendapatkan informasi detail mengenai perilaku, kinerja, dan hal lain mengenai karyawan dari HR yang pernah bekerja sama dengan yang bersangkutan.

Terkadang, meski telah melalui reference check, tetap saja ada kelolosan, sehingga kita mempekerjakan orang yang riwayat kerja yang kurang sehat.

Oleh karena itu, kita harus selalu jeli dalam melakukan pengecekan latar belakang.

Atasan saya dulu pernah bilang bahwa HR adalah gatekeeper. Sebagai gatekeeper, HR bertugas menjaga gawang agar tidak banyak kebobolan.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *