Retensi Karyawan 02 HRPods

Alasan Dan Dampak Kegagalan Retensi Karyawan

Ian Cook, Vice President of People Analytics Visier, mengatakan banyak pengusaha melakukan retensi karyawan di era prapandemi. Mereka meninjau kompensasi, membuat program recognition, menyurvei umpan balik tentang tingkat pengalaman karyawan, dan menyelaraskan peran serta kinerja terhadap harga pasar.

Tak ada yang salah dengan cara tersebut. Namun, pengusaha sering membuat kesalahan, lanjut Ian, dengan menjalankan solusi tanpa terlebih dahulu mengecek di mana gesekan terjadi, baik dari tingkat individu, tim, hingga divisi.

Mengapa Retensi Karyawan Gagal?

Alih-alih menyurvei sentimen karyawan, lebih baik pemimpin mengantisipasi kegagalan dalam retensi karyawan. Ian merekomendasikan untuk melihat polanya terlebih dahulu.

Pola ini bersumber dari data HR, seperti:

  • Siapa yang mengundurkan diri?
  • Di mana divisi mereka bekerja?
  • Apa saja pencapaian mereka?
  • Apa dampak dari pengunduran mereka?

Setelah itu, pemimpin akan memahami penyebab masalahnya. Lalu, ia mengidentifikasi kelompok atau divisi yang paling membutuhkan bantuan untuk meretensi.

Terakhir, ia bersama HR dapat mengambil tindakan tertentu untuk mendukung karyawan tersebut.

Dampak Perusahaan Tidak Bisa Melakukan Retensi Karyawan

Menemukan dan mempertahankan karyawan bukan hal mudah bagi perusahaan. Anda perlu upaya meretensi mereka.

Jika Anda salah langkah dalam upaya tersebut, arus keluar masuk karyawan yang begitu cepat tak dapat dihindari. Hal itu berdampak buruk bagi perusahaan, karena:

1) Produktivitas menurun

Karyawan resign menurunkan produktivitas kerja. Karena tim kehilangan anggotanya untuk menyelesaikan pekerjaan dan bisa mengarah ke peningkatan stres. Bukan tak mungkin, perusahaan kesulitan mencapai targetnya.

2) Kehilangan waktu dan uang

Dampak lainnya adalah perusahaan kehilangan waktu dan uang.

Saat perusahaan membutuhkan karyawan baru, HR akan merekrut kandidat. Ketika dia diterima, HR dan manajer melakukan onboarding karyawan baru, melibatkan karyawan lama menjadi buddy-nya, dan mengenalkan hingga melatih tools penunjang kerja.

Jika Anda dan tim telah berkorban melakukan hal tersebut, tetapi tidak memiliki strategi retensi karyawan, maka perusahaan akan merugi.

3) Memengaruhi kepercayaan pelanggan

Kesalahan retensi yang mengarah ke turnover berdampak memengaruhi kepercayaan pelanggan atau klien.

Mereka beranggapan perusahaan tidak memahami kebutuhan dan tidak mampu menciptakan karyawan loyal terhadap klien. Misalnya, setiap klien menghadapi karyawan penjualan dari perusahaan Anda, kedua belah pihak harus beradaptasi dan membangun chemistry.

Strategi Baru Dalam Meretensi

Inilah saatnya, perusahaan memiliki tim solid dan stabil untuk menumbuhkan bisnis hingga mengatasi gelombang ekonomi di tengah pandemi.

Salah satu strateginya adalah employee recognition. Upaya ini akan menghasilkan keterlibatan karyawan, karena kinerja mereka diperhatikan oleh pemimpin.

Hal itu menimbulkan peningkatan kepercayaan diri mereka. Mereka akan bekerja lebih bersemangat. Hasilnya, mereka berkontribusi pada peningkatan penjualan serta budaya dan reputasi perusahaan lebih positif.


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *