Psychological Safety: Tahap & Manfaat Di Tempat Kerja

Di tengah ketidakpastian, perusahaan perlu menciptakan psychological safety (keamanan psikologis) bagi pekerjanya. Pasalnya, psychological safety melahirkan kinerja karyawan yang adaptif dan inovatif. 

Tentu, perusahaan membutuhkan hal tersebut dalam perubahan lanskap bisnis. Misalnya, pandemi COVID-19 dan bayang-bayang resesi yang sangat memengaruhi kondisi perusahaan.

Tak hanya itu, psychological safety juga merangkul ketidaknyamanan. Sebut saja, ruang berbicara bagi karyawan, sehingga mereka dapat mengatakan kondisi yang dialami dan dirasakan kepada perusahaan.

Tanpa psychological safety di perusahaan, karyawan akan kesulitan mengeluarkan sisi terbaik mereka. Tak hanya sulit mengeluarkan kinerja terbaik, tetapi juga enggan mengeluarkan pendapat.

Oleh karena itu, penting bagi pemimpin–bersama tim HR–untuk menciptakan psychological safety di lingkungan kerja.

Apa itu Psychological Safety?

Psychological safety merupakan keyakinan seseorang tidak akan dihukum atau dipermalukan karena mengutarakan ide, pertanyaan, kekhawatiran, atau kesalahan

Istilah ini diciptakan oleh Amy Edmondson dari Harvard Business School pada 1999. Sebelumnya, ia mengeksplorasi hubungan keamanan psikologis terhadap pembelajaran dan kinerja tim.

Di tempat kerja, semua orang perlu memiliki psychological safety

Menurut Amy, psychological safety berarti tidak memiliki ketakutan interpersonal. Seseorang dengan keamanan psikologis dapat berbicara dengan lugas dan relevan mengenai pekerjaan.

Sementara itu, David Altman, Chief Research and Innovation Officer di Creative for Centre Leadership (CCL), berpendapat memiliki psychological safety di tempat kerja membuat karyawan merasa nyaman.

Dengan demikian, penting bagi perusahaan untuk memupuk psychological safety kepada karyawan. Karena ini adalah keyakinan bersama bahwa tidak akan ada yang mempermalukan, menolak, atau menghukum jika karyawan berbicara terus terang di depan rekan kerja.

Karyawan yang merasa aman secara psikologis akan menjadi diri mereka sendiri sepenuhnya untuk berkontribusi terhadap perusahaan. 

Baca juga: Mengenal 6 Bidang Psikologi Organisasi

Tahap Psychological Safety

Tempat kerja yang aman secara psikologis dimulai dari sense of ownership. Seperti hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Sebelum rasa itu muncul, kebutuhan dasar manusia harus terpenuhi dahulu.

Setelah terpenuhi, ia akan memaksimalkan potensinya. Jika ia adalah karyawan, ia dapat berkontribusi untuk mendukung tujuan perusahaan.

Di sisi lain, perusahaan yang mengedepankan rasa saling menghargai kepada semua orang akan membuat karyawan merasa bebas untuk berkolaborasi, berani mengambil risiko, hingga pada akhirnya memungkinkan mereka berinovasi lebih efektif.

Berdasarkan Dr. Timothy Clark, penulis The 4 Stages of Psychological Safety: Defining the Path to Inclusion and Innovation, karyawan harus melalui empat tahap berikut ini sebelum mereka memberikan kontribusi yang berharga.

Tahap 1 — Keamanan inklusi

Keamanan inklusi memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk terhubung dan menjadi bagian komunitas atau organisasi. 

Pada tahap ini, seseorang merasa aman untuk menjadi diri sendiri dan diterima apa adanya. Tak terkecuali penerimaan terhadap atribut unik dan ciri khas.

Tahap 2 — Keamanan bagi pembelajar

Keamanan bagi pembelajar memenuhi kebutuhan seseorang untuk belajar dan tumbuh.

Tahap ini, ia merasa aman untuk bertukar proses pembelajaran serta mengajukan pertanyaan. Ia juga memberi dan menerima umpan balik, bereksperimen, dan membuat kesalahan.

Tahap 3 — Keamanan bagi kontributor 

Pengertian keamanan bagi kontributor adalah kebutuhan untuk membuat perbedaan. Seseorang merasa aman untuk menggunakan keterampilan dan kemampuannya dalam berkontribusi.

Tahap 4 — Keamanan bagi penantang

Keamanan bagi penantang berarti kebutuhan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik.

Misalnya, karyawan merasa aman berbicara dan mempertanyakan status quo ketika menurutnya ada peluang untuk berubah atau meningkatkan sesuatu. 

Untuk membantu karyawan bergerak menuju tahap keempat, pemimpin harus memupuk dan mempromosikan rasa psychological safety di lingkungan kerja.

Cara termudah yang dapat Anda lakukan adalah meminta kritik dari karyawan. Tanyakan ke anggota tim, antara lain:

  • Hal-hal yang harus Anda ubah ketika bekerja
  • Langkah yang berhasil Anda lakukan dalam mengelola tim
  • Kinerja yang perlu Anda ditingkatkan saat menangani proyek

Dengarkan dan pahami kritik mereka. Jika Anda merasa tidak nyaman dengan kritik, terima saja. Anda perlu mengelola sikap defensif.

Perasaan tersebut wajar, karena Anda adalah manusia. Jadikan kritik sebagai upaya perbaikan diri Anda.

Artikel selanjutnya: Tes Psikologi, Masih Relevankah Dalam Proses Rekrutmen?

Manfaat Psychological Safety Di Lingkungan Kerja

Menanamkan budaya kerja yang psychological safety memiliki beragam manfaat, yaitu: 

#1 Peningkatan employee engagement

Psychological safety meningkatkan employee engagement

Saat karyawan merasa aman, lebih mudah untuk engage. Misalnya, terlibat dalam pertemuan tim, memecahkan masalah, berkolaborasi di beragam proyek, dan lebih terlibat dengan pelanggan.

Selain itu, karyawan yang merasa aman akan menginspirasi rekan kerjanya untuk hadir sepenuhnya di tempat kerja, bukan sekadar menghitung jam kerja.

#2 Menumbuhkan budaya kerja inklusif

Keamanan psikologis dapat berbentuk melibatkan beragam karyawan–terlepas dari jenis kelamin, suku, status sosial, atau preferensi politik–dalam satu proyek.

Hasilnya adalah mereka berbagi pengalaman dan menjadi bagian dari perusahaan. Kondisi ini menumbuhkan budaya kerja inklusif.

#3 Mendorong kreativitas

Agar kreativitas dan ide mengalir secara organik, anggota tim harus merasa aman untuk mengekspresikan diri. Terima ide mereka, lalu analisis satu per satu.

Jika manajer kerap mengejek ide anggota timnya, maka ada kemungkinan ia enggan mengeluarkan ide dan sudut pandang lain. Kalau hal itu diabaikan, berapa banyak ide kreatif dan inovatif yang terbuang?

#4 Peningkatan employee wellbeing

Dukungan keamanan psikologis dari perusahaan dapat meningkatkan employee wellbeing.

Alhasil, karyawan sehat secara mental lebih mudah untuk bekerja optimal dan mengelola stress dengan baik. Contohnya, tidak menghakimi karyawan yang curhat mengenai pekerjaan.

#5 Menciptakan brand ambassador

Menciptakan tempat kerja yang aman secara psikologis ialah salah satu cara terbaik menjadikan karyawan sebagai brand ambassador perusahaan.

Jadi, mereka menceritakan tentang bagaimana manajer memperlakukan timnya dengan baik dan betapa menyenangkan bekerja di perusahaan. Dari sana, tak sedikit kandidat melirik perusahaan Anda.

#6 Mengurangi turnover

Karyawan yang memiliki psychological safety cenderung betah bekerja di perusahaan. Karena perusahaan menghargai dan membuat mereka merasa aman. Sedangkan tingkat turnover tinggi akan menghambat kegiatan bisnis.

#7 Mendongkrak kinerja tim

Memberikan karyawan ruang berbicara, umpan balik konstruktif, hingga menerapkan inklusivitas membuat karyawan merasa aman secara psikologis. 

Jika merasa aman, mereka cenderung lebih produktif. Bahkan hal itu bisa mengarahkan peningkatan kinerja tim.

Bacaan berikutnya: Pengaruh Absensi Karyawan Terhadap Produktivitas Perusahaan!

Penerapan Psychological Safety Dalam Sistem Kerja Hybrid

Sejak pandemi COVID-19, banyak karyawan bekerja dengan sistem kerja hybrid maupun remote jobs

Setelah dua tahun berjalan, tak sedikit perusahaan yang mengajak karyawan untuk kembali bekerja ke kantor. Meskipun ada pula yang tetap mempertahankan sistem kerja hybrid.

Masalahnya, tim HR sulit mengukur psychological safety karyawan pada kondisi tersebut. Misalnya, susah melihat bahasa tubuh melalui rapat virtual dan melewatkan deep talk.

Di lain sisi, karyawan tidak berani mengutarakan pendapat jika manajer atau tim HR melakukannya terlebih dahulu kepada atasan mereka. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki role model untuk ditiru.

Anda dapat mempraktikkan sekaligus mendorong psychological safety di tempat kerja. Adapun caranya:

  • Jadwalkan pertemuan rutin 

Tak masalah jika Anda tidak memiliki one-on-one meeting, tetapi lakukan pertemuan rutin bersama anggota tim melalui telekonferensi. Tegaskan bahwa Anda peduli dan menginvestasikan waktu untuk mereka.

  • Permudah membagikan umpan balik 

Beri karyawan kesempatan lebih banyak untuk memberikan umpan balik. Mereka dapat melakukannya melalui telekonferensi, email, maupun pesan instan. Terima serta tanggapi umpan balik mereka dengan baik. 

  • Luangkan waktu untuk brainstorming 

Luangkan waktu untuk brainstorming dengan anggota tim secara berkala. Anda dan tim tak harus membahas pekerjaan, tetapi melakukan obrolan santai untuk mendapatkan ide yang terkait atau tidak terkait pekerjaan.

Dengan keamanan psikologis, perusahaan menjadi tempat kerja yang baik untuk belajar, berinovasi, dan bertumbuh secara personal serta profesional.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *