Sedentary Lifestyle HRPods

Melawan Kebiasaan Sedentary Lifestyle Untuk Hidup Lebih Sehat

Sedentary lifestyle atau pola hidup sedentari menjadi salah satu topik yang sedang hangat dibicarakan oleh para pekerja. Pasalnya, hal itu dikaitkan dengan kebiasaan mereka yang duduk terlalu lama.

Jika karyawan terbiasa duduk tanpa jeda yang cukup, mereka akan menghadapi masalah serius. Apa saja dampak sedentary lifestyle bagi kesehatan karyawan?

Apa Itu Sedentary Lifestyle?

Sedentary lifestyle merupakan kondisi di mana seseorang melakukan sedikit atau tidak ada aktivitas fisik yang cukup atau tidak berolahraga. Gaya hidup ini dapat terjadi di rumah maupun lingkungan kerja.

Contoh di tempat kerja, antara lain duduk di depan layar komputer dalam waktu lama, mengemudi jarak panjang tanpa istirahat, atau pekerjaan yang membutuhkan sedikit gerakan tubuh.

Menurut Kementerian Kesehatan, terdapat tiga kelompok sedentary behavior berdasarkan waktu, yakni:

  1. Rendah: dilakukan kurang dari dua jam
  2. Sedang: dilakukan selama dua hingga lima jam
  3. Tinggi: dilakukan lebih dari lima jam

Semakin lama seseorang memiliki sedentary lifestyle, semakin tinggi pula risiko kesehatan yang akan dia hadapi. Terlebih, jika ia lebih banyak melakukan pekerjaan dengan duduk di kursi dan/atau di depan komputer. Ditambah lagi, jika ia kerap menghabiskan waktu di dalam ruangan, seperti duduk menonton tv, rebahan sambil bermain gim, menggunakan kendaraan ke mana pun perginya.

Kondisi akan bertambah buruk dengan olah gerak yang minim serta konsumsi makanan dan minuman tinggi kalori. Pada akhirnya, tubuh kurang bergerak sehingga berimplikasi pada kesehatan individu.

Timbul Masalah Kesehatan

Sedentary lifestyle berdampak signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. Berdasarkan WHO, kurang aktivitas fisik menjadi penyebab kematian nomor empat di dunia. Setidaknya dua juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat gaya hidup yang malas.

Sedangkan, data Riset Kesehatan Dasar 2018 menyatakan bahwa sebanyak 35% masyarakat Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Penelitian juga menunjukkan sedentary lifestyle meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, hingga risiko kematian dini.

Gaya hidup ini juga berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Orang yang jarang bergerak cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, dan stres kronis, karena pelepasan endorfin berkurang. Diketahui bahwa endorfin adalah hormon yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia dan kesejahteraan, yang biasanya dilepaskan selama aktivitas fisik.

Intervensi Dari Perusahaan

Sedentary lifestyle yang terjadi di lingkungan kerja perlu mendapatkan intervensi dari manajemen dengan melibatkan perubahaan kebiasaan dan promosi gaya hidup sehat.

Di Indonesia, implementasi perusahaan dalam wellness program dapat berupa penyelenggaraan kelas olahraga setelah jam kerja, bincang kesehatan dengan menghadirkan ahli di tengah karyawan, atau program tantangan beraktivitas. Program terakhir ini mulai meningkat ketika pandemi COVID-19.

Saat pandemi, tak sedikit perusahaan yang semakin memperhatikan kesehatan karyawan. Selain itu, wellness program dapat meningkatkan employee engagement atau loyalitas terhadap perusahaan. 

Mengingat sedentary lifestyle ialah silent killer yang berdampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental, maka perusahaan harus mendorong kesadaran untuk meningkatkan kesehatan kepada karyawan.

Tim HR bersama dengan pemimpin tim dapat menjadi role model menjalankan gaya hidup aktif bagi karyawan. Alhasil, mereka ikut ambil bagian mendukung program kesehatan yang digagas oleh perusahaan.

Karyawan sehat, produktivitas perusahaan pun meningkat.


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *