Pemberian tunjangan kesehatan dari perusahaan ke karyawan telah berubah. Pandemi COVID-19 mempunyai andil dalam hal tersebut.
Kemunculan pandemi tak hanya menyebabkan masalah kesehatan, tetapi memaksa para karyawan untuk beradaptasi dengan cara kerja baru. Sebut saja work from home (WFH) dan penggunaan aplikasi telekonferensi.
Meski perusahaan telah menjalankan work from office (WFO) maupun model kerja hybrid, Anda perlu memperhatikan kondisi kesehatan karyawan. Bahkan tak sedikit perusahaan yang mengubah tunjangan kesehatannya untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
Definisi Tunjangan Kesehatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tunjangan adalah uang (barang) yang dipakai untuk menunjang; tambahan pendapatan di luar gaji sebagai bantuan.
Tunjangan kesehatan dapat didefinisikan sebagai uang di luar gaji yang digunakan untuk menunjang kesehatan. Tujuannya untuk mempertahankan karyawan sekaligus mengurangi turnover di sebuah perusahaan.
Berdasarkan Pasal 14 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program jaminan sosial (kesehatan maupun ketenagakerjaan).
Pada umumnya, perusahaan memberikan tunjangan berupa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), baik ketenagakerjaan dan kesehatan. Ada pula yang memberikan BPJS dengan paket kesehatan dengan sistem reimbursement dan/atau asuransi kesehatan.
Memahami Perubahan Tunjangan Kesehatan
Analisis BenefitsPro menemukan bahwa waktu kerja yang hilang akibat karyawan sakit atau absen selama pandemi telah merugikan pemberi kerja lebih dari USD50 miliar hingga saat ini.
Sementara itu, karyawan yang memiliki akses ke tunjangan kesehatan (sakit dan catat) kehilangan upah hingga USD21 miliar. Namun kebanyakan mereka tak memiliki tunjangan tersebut, sehingga bisa kehilangan upah lebih banyak lagi.
Hasil survei Pulse of the American Worker Survey: Road to Resiliency dari Prudential Group Insurance pada November 2020 mengungkapkan bahwa 77% pekerja ingin perusahaan memberikan manfaat penting bagi ketahanan finansial mereka.
Ketahanan finansial yang dimaksud adalah tunjangan kesehatan, rencana pensiun, asuransi jiwa dan disabilitas, cuti medis keluarga berbayar, dan program tabungan darurat.
Di antara karyawan yang memiliki tunjangan dari perusahaan, ⅔ setuju bahwa tunjangan mereka semakin penting sejak awal pandemi. 68% karyawan mengatakan tunjangan dari perusahaan memungkinkan mereka untuk lebih fokus di tempat kerja. Bahkan empat dari 10 karyawan akan mempertimbangkan pindah ke perusahaan lain jika mendapat tunjangan lebih baik.
Perubahan tunjangan kesehatan akan berdampak terhadap kinerja karyawan sekaligus kemampuan bisnis. Terlebih, jika perubahan ini berhubungan dengan kesadaran terhadap kesehatan dan fleksibilitas kerja.
Kesadaran terhadap kesehatan
Fidelity Investments American Caregivers menemukan caregiving untuk orang tua akan terus menjadi bagian penting dari kehidupan banyak karyawan. Sebelum pandemi, satu dari lima karyawan memberikan caregiving kepada manula dan menghabiskan lebih dari 20 jam seminggu.
Saat pandemi, sebagian besar pekerja menjadi pengasuh, sehingga membuat mereka untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan rumah. Kondisi tersebut akan berdampak pada produktivitas, seperti izin mendadak atau kinerja menurun.
Di Indonesia, ketika negara memiliki kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), karyawan sektor sektor esensial dan kritikal bekerja di kantor dan karyawan sektor nonesensial bekerja di rumah (jika situasi membaik, perlahan-lahan karyawan diminta kembali bekerja di kantor), perusahaan memikirkan kesehatan karyawan. Di sisi karyawan, mereka semakin sadar terhadap kesehatan, yakni menghindari risiko terkena virus.
Fleksibilitas kerja
Selain kesadaran terhadap kesehatan, fleksibilitas kerja juga berperan dalam perubahan tunjangan kesehatan. Perusahaan yang menerapkan WFH dan model kerja hybrid (WFH dan WFO) perlu memikirkan bagaimana aset mereka mengelola waktu dan tempat.
Di satu sisi, karyawan dituntut untuk bekerja tepat dan cepat. Di sisi lain, mereka harus memperhatikan anggota keluarga (anak, pasangan, atau orang tua). Kedua hal tersebut tak hanya menguras fisik, tetapi juga mental.
Kalau orang tua tinggal di kota berbeda dan tak memiliki pengasuh, anaknya (karyawan) akan datang untuk merawat dalam beberapa hari atau minggu. Jika hal itu terjadi, karyawan meminta bisa bekerja dari mana saja.
Perusahaan pun perlu mempertimbangkan tunjangan kesehatan yang menunjang fisik dan mental.
Sekilas, perubahan tunjangan kesehatan di atas terlihat mudah. Kenyataannya tidak demikian, tak sedikit karyawan dan mantan karyawan yang mengkritik kebijakan dan langkah perusahaan sebelumnya dalam menyelesaikan masalah.
Meski demikian perusahaan yang melakukan perubahan tunjangan kesehatan untuk melindungi karyawan layak diapresiasi. Namun upaya tersebut harus diimbangi dengan kepemimpinan dan budaya lingkungan kerja yang positif.
Leave a Reply