Evaluasi kehadiran karyawan bukan sekadar melihat seseorang datang terlambat atau tepat waktu. Ini juga mempertimbangkan jumlah cuti yang diambil, cuti tidak sah, hingga menyalahgunakan izin sakit.
Evaluasi kehadiran karyawan merupakan penilaian atas hasil kehadiran mereka ketika bekerja, istirahat, dan cuti. Ini sebagai langkah awal untuk menciptakan manajemen perusahaan yang baik dan mempertahankan kinerja karyawan.
Sebelum mengevaluasi kehadiran karyawan, manajer dan/atau tim HR perlu memperhatikan lima faktor yang memengaruhinya.
Faktor Yang Memengaruhi Evaluasi Kehadiran Karyawan
Ketika pandemi COVID-19, banyak perusahaan yang kesulitan mengevaluasi kehadiran karyawannya.
Bahkan ada manajer yang mencurigai anggota timnya tidak bekerja hanya karena mereka work from home (WFH). Setelah kondisi berangsur membaik, tak sedikit perusahaan yang mengajak karyawan untuk kembali ke kantor.
Namun, tak sedikit yang mempertahankan hybrid work, work from anywhere (WFA), atau remote work.
Menurut Wei Zheng, Associate Professor of Management dari Stevens Institute of Technology, Amerika Serikat, menumbuhkan rasa inklusi di tempat kerja sangat penting.
Berdasarkan penelitiannya di New York dan New Jersey, dua negara bagian yang paling terdampak COVID-19 di AS, memiliki pola definitif tertentu dalam kepemimpinan yang memberikan stabilitas, pemberdayaan, dan inklusi kepada karyawan meskipun dalam situasi krisis.
Bagi tim HR yang masih menjalankan hybrid work dan sedang mengevaluasi kehadiran, Anda harus mempertimbangkan faktor yang memengaruhinya, yaitu:
1) Komunikasi
Ketika perusahaan menerapkan model kerja hybrid, tak dipungkiri, karyawan tidak hanya bekerja tetapi juga menyelesaikan pekerjaan domestik.
Oleh karena itu, tim HR lebih aktif dalam berkomunikasi kepada seluruh karyawan. Misalnya, mengomunikasikan info perubahan terkini, memberikan masukan jika ada karyawan yang kinerjanya menurun, atau menawarkan bantuan terkait proses administratif.
2) Apresiasi kerja
Harvard Business Review menjelaskan bahwa menunjukkan apresiasi adalah cara jitu untuk meningkatkan prestasi kerja. Saat pemimpin memuji hasil pekerjaan atau mengakui kontribusi karyawan, ia akan bangga pada kinerjanya.
3) Pemberian tugas
Evaluasi kehadiran kerja juga tak lepas dari pemberian tugas dari pimpinan ke anggotanya. Pemberian atau pendelegasian tugas yang tepat dapat mengakomodir perubahan situasi dan kehadiran kerja.
Associate Professor dari National University of Singapore, Jayanth Narayanan, mengatakan pemimpin harus tahu kapan harus mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan dan tidak mengawasi secara berlebihan.
Dalam penelitian Narayanan berjudul COVID-19 and the Workplace: Implications, Issues, and Insights for Future Research and Action, perilaku pemimpin dengan pendelegasikan tepat dapat mengurangi stres karyawan, menumbuhkan perasaan positif terhadap pemimpin dan tim, serta menciptakan kepercayaan sekaligus pemahaman saat terdapat efisiensi fasilitas.
4) Melibatkan dalam pengambilan keputusan
Tak ada salahnya melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan di tengah ketidakpastian. Hal itu penting untuk menambah kepercayaan diri mereka.
Misalnya, memberikan kesempatan untuk menangani salah satu proyek kepada anggota tim.
Namun, pastikan proyek tersebut sesuai dengan pengalaman dan keterampilannya. Jadi, ia mampu mengambil keputusan dengan tepat. Ketika evaluasi, ia dapat menunjukkan hasil kerja dan menghargai proses tersebut.
5) Memperhatikan kesehatan fisik dan mental
Pemimpin Redaksi Harvard Business School Working Knowledge, Sean Silverthorne, berpendapat pandemi sebagai titik balik untuk menciptakan nilai, protokol, dan tujuan baru dalam penerapan WFH.
Selain itu, ia menegaskan pemimpin harus memperhatikan kesehatan fisik dan mental karyawan. Hal tersebut menjadi aspek penting dari manajemen risiko.
Ia merekomendasikan pemberi kerja untuk mengebangkan enam c, yakni calm, confidence, communication, collaboration, compassion, dan cash.
Penutup
Evaluasi kehadiran karyawan adalah pekerjaan yang tidak mudah. Baik sebelum maupun ketika pandemi atau tidak adanya sistem evaluasi yang efisien hingga jumlah karyawan terlalu banyak. Meski demikian evaluasi ini harus diterapkan pada semua karyawan dan berdasarkan tugas kerja. Sehingga karyawan dapat memperbaiki kinerjanya.
Leave a Reply