Advocacy skill bukan monopoli tim legal. Advocacy skill juga bukan hak tunggal bagi orang-orang yang bekerja di sektor hukum.
Di dalam organisasi, tim HR pun perlu memiliki keterampilan advokasi. Pasalnya, Anda akan menghadapi berbagai peran dan permasalahannya serta perubahan yang harus terjadi di tubuh organisasi.
Dengan advocacy skill, tim HR dapat mengembangkan komunikasi, membangun kepercayaan, hingga memaksimalkan aset terpenting yang dimiliki oleh perusahaan.
Apa Itu Advocacy Skill?
Dalam laman kbbi.kemdikbud.go.id, advokasi berarti pembelaan.
Sedangkan laman dictionary.cambridge.org, secara umum definisi advocacy adalah dukungan publik terhadap ide, rencana, atau cara melakukan sesuatu.
Dalam ranah hukum, advocacy berarti pekerjaan membela seseorang di pengadilan. Orang yang melakukan pekerjaan itu disebut advokat atau pengacara.
Jadi, advocacy skill didefinisikan sebagai keterampilan untuk berkomunikasi, menyampaikan, menuntut, atau bernegosiasi tentang suatu hal–keinginan, kebutuhan, dan hak–kepada pihak lain.
Memiliki skill ini bertujuan untuk membawa perubahan. Baik perubahan yang meningkatkan public awareness, menambah dukungan, atau memengaruhi kebijakan isu-isu penting.
Tipe Advokasi
Seseorang dengan advocacy skill akan memberikan advokasi. Ia bisa memberikan advokasi kepada diri sendiri dan/atau orang lain.
Untuk lebih mengenal advokasi, berikut tipe-tipenya:
- Self-advocacy
Tipe self-advocacy merupakan mengambil tindakan untuk mewakili atau membela hak mereka sendiri.
- Peer advocacy
Ini adalah tipe advokasi saat orang-orang melindungi hak dan kepentingan orang lain selain diri mereka sendiri.
- Systems advocacy
Tipe ini menggambarkan ketika tindakan advokat cenderung memengaruhi berbagai sistem, mulai dari sosial, politik, hingga ekonomi, sehingga membawa perubahan bagi sebagian masyarakat tertentu.
- Legal advocacy
Legal advocacy terjadi saat seseorang menyewa jasa pengacara, bersama dengan penggunaan prosedur hukum, atau administrasi untuk menetapkan atau melindungi hak hukum.
Manfaat Advocacy Skill Di Lingkungan Kerja
Memiliki advocacy skill di lingkungan kerja bermanfaat untuk:
#1 Mendefinisikan masalah dengan jelas
Manfaat penting advocacy skill ialah kemampuan untuk mendefinisikan masalah dengan jelas.
Karyawan dengan keterampilan advokasi dapat mengeliminasi kemungkinan adanya pemborosan waktu dan usaha di tubuh organisasi. Ia pula yang akan menggali setiap aspek dan membedakan masalah.
#2 Mengidentifikasi tipe advokasi yang tepat
Setiap masalah itu unik dan dapat diselesaikan dengan menjalankan tipe advokasi yang sesuai.
Mengembangkan advocacy skill akan menghasilkan individu yang bisa mengidentifikasi tipe advokasi yang tepat. Jadi, ia mampu menyelesaikan masalah dalam cara efektif.
#3 Pencatatan yang tepat
Advocacy skill memiliki unsur sebagai pencatat yang tepat. Bahkan keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk semua tipe advokasi.
Skill ini membantu perusahaan sadar terhadap fakta-fakta yang ada serta mampu menghindari miskomunikasi yang bisa berdampak negatif terhadap reputasi bisnis.
Pencatatan yang terstruktur dan tepat wajib dilakukan di lingkungan kerja. Contohnya, mencatat rapat, telekonferensi, pertemuan antara perusahaan dan serikat buruh, pengumuman kebijakan dan lainnya.
#4 Mengembangkan sikap positif
Memiliki sikap positif adalah bagian penting dari advocacy skill.
Hal itu membuat karyawan belajar untuk asertif dan tegas tentang perbedaan opini tanpa “nada tinggi” serta menjembatani dua pihak dengan cara persuasi. Langkah itu berdampak terhadap kesuksesan karyawan secara signifikan.
#5 Menindaklanjuti secara persisten
Keterampilan advokasi bermanfaat dalam menindaklanjuti pekerjaan. Sebut saja, pekerjaan reguler dan dilakukan secara persisten, yang mengutamakan hasil.
Keterampilan ini akan mendorong karyawan mengedepankan kebenaran. Di mana mereka mampu menghadapi tantangan selama proses penyelesaian masalah secara persisten.
#6 Mempertajam critical thinking
Advocacy skill dapat mempertajam critical thinking. Karena ia sanggup mengidentifikasi masalah, memahami hal-hal yang menyertai masalah tersebut, dan mengambil keputusan dengan baik.
Bagaimana HR Mengembangkan Advocacy Skill?
Advocacy skill bagi tim HR bukan seperti advokat di pengadilan. Melainkan keterampilan untuk lingkungan kerja sehat, yang bercirikan semua pekerja termotivasi, berkontribusi, dan bahagia.
Tanpa Anda sadari, tugas tim HR sering menggunakan advocacy skill dalam praktik sehari-hari. Sebut saja memperlakukan karyawan dengan adil, mengingatkan etika kerja, menangani masalah karyawan, hingga mendengarkan keluh kesah mereka.
Namun, bagaimana mengembangkan keterampilan advokasi?
#1 Asah communication skill
Tim HR wajib mengasah communication skill.
Keterampilan ini berguna untuk menyampaikan gagasan, kebijakan, serta regulasi ketenagakerjaan kepada semua pihak, seperti CEO, manajemen, karyawan, investor, hingga stakeholder.
Mengasah communication skill dapat diaplikasikan dalam mengadvokasi perubahan budaya organisasi, ekspansi perusahaan, rotasi pekerjaan, aktif mendengarkan karyawan, memahami preferensi komunikasi orang lain, dan lainnya.
#2 Pahami perbedaan peran dalam organisasi
Dengan mengembangkan advocacy skill, Anda berkontribusi untuk memperkuat ownership karyawan. Memang, pemahaman peran dan fungsi karyawan memerlukan waktu.
Jadi, luangkan waktu untuk mempelajarinya, seperti mengamati dan bertanya tentang tugas staf quality control, apa yang ia lakukan, bagaimana bagaimana rasanya berdiri di pabrik berjam-jam, apa tantangannya, dan lainnya.
#3 Belajar budaya organisasi
Sebagai HR, Anda bertugas untuk menyelaraskan budaya dengan tujuan organisasi sekaligus memberdayakan karyawan secara aktif.
Belajar budaya organisasi tidak bisa dilakukan sekali. Anda dapat mempelajarinya lagi dengan mengadakan survei employee engagement, stay interview, dan exit interview.
Misalnya, ada karyawan berencana resign karena tidak merasa dihargai oleh manajernya. Anda dapat mencari tahu penyebabnya. Saat ada solusi, Anda bisa mengadvokasikannya untuk kedua belah sekaligus menanamkan rasa saling menghormati.
Jika karyawan tetap resign, pastikan organisasi memiliki hubungan baik dan memastikan ia berkembang.
#4 Menerima dan memberikan umpan balik
Tim HR banyak memberikan umpan balik ke pihak lain. Jadi, mereka sering lupa bagaimana menerimanya.
Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui bagaimana orang memandang tim HR dan berlatih memberikan umpan balik yang membangun. Dengan begitu, Anda bisa membuat perubahan dan bekerja untuk mewujudkan budaya serta nilai perusahaan dengan lebih baik.
#5 Perdalam project management skill
Advokasi mencakup banyak kegiatan yang dilakukan oleh tim HR. Salah satunya sebagai wakil perusahaan untuk menyampaikan informasi kepada karyawan.
Tim HR juga perlu memperdalam project management skill, seperti mengetahui proyek yang sedang berjalan, siapa saja yang terlibat, apa tugas masing-masing anggota di proyek, serta mengetahui progres termasuk masalah yang harus diselesaikan. Tak ada salahnya untuk menggunakan tools dalam menjalankan proyek agar lancar.
#6 Perluas networking
Untuk menunjang advocacy skill, Anda perlu memperluas networking. Tim HR harus mengetahui isu terkini, terutama tentang ketenagakerjaan.
Misalnya, menghadiri webinar yang dihadiri oleh praktisi berpengalaman, bergabung di komunitas HR, atau menjalin koneksi dengan ahli di bidang industrial relations atau advokat yang menangani isu ketenagakerjaan.
Penutup
Advocacy skill merupakan hal penting untuk mendukung tujuan organisasi. Termasuk membangun budaya organisasi, mengelola hubungan, serta resolusi konflik perusahaan dan karyawan atau antar karyawan.
Mengembangkan advocacy skill juga membantu Anda menjadi mitra terpercaya bagi pimpinan, karyawan, sekaligus organisasi.
Leave a Reply