Ada yang beranggapan bahwa sikap empati itu melelahkan.
Karena sikap tersebut memerlukan kerja keras. Misalnya, seseorang dengan sikap empati akan menempatkan diri ke dalam situasi rekan kerjanya dan merasakan apa yang yang dirasakan oleh sang rekan.
Melelahkan? Bisa jadi.
Daryl Cameron, asisten profesor psikologi di Pennsylvania State University, mengatakan orang menghindari sikap empati kemungkinan ada dua hal.
Pertama, karena mereka tidak ingin merasa buruk. Kedua, karena mereka takut salah atau tidak mengenal seseorang atau lawan bicara dengan cukup baik untuk mengetahui apa yang ia rasakan.
Namun, sikap empati dapat ditingkatkan dengan mengubah cara berpikir orang tersebut.
Dalam lanskap organisasi, Anda yang berada di posisi pemimpin dapat mencontohkan best practice kepada anggota tim atau yang menjalankan fungsi human resources bisa mendorong rekan kerja untuk membangun sikap empati.
Mengapa Sikap Empati Sangat Dibutuhkan Di Tempat Kerja?
Di tempat kerja, kita akan bertemu dengan berbagai orang dari beragam latar belakang.
Kita akan memiliki rekan kerja dengan kepribadian introver, ekstrover, dan kombinasi keduanya. Jika Anda mengetahui bahwa ada anggota yang introver, tak ada salahnya untuk mengajaknya ngobrol hal-hal ringan di luar pekerjaan.
Menurut pengalaman Shola Kaye sebagai praktisi komunikasi dan leadership, sedikit sikap empati dan beberapa pertanyaan dari rekan kerja akan mendorong si introver untuk bekerja dengan baik.
Bila perusahaan mempunyai sikap empati, mereka akan memberikan beberapa pelatihan yang bertujuan membantu si introver dalam meringankan stres atau ketakutan jika berbuat salah.
Empati merupakan kesadaran terhadap perasaan dan emosi orang lain. Ini adalah elemen kunci dari emotional intelligence, yang menghubungkan bagaimana kita sebagai individu memahami apa yang dialami oleh orang lain.
Sikap empati ini sangat dibutuhkan di tempat kerja. Selain untuk mendukung rekan kerja bekerja lebih baik, terdapat alasan lainnya.
Mendorong komunikasi terbuka
Shola mengatakan tantangan di dunia kerja dapat berkurang jika perusahaan menerapkan komunikasi terbuka.
Ketika perusahaan mendorong komunikasi terbuka, secara tak langsung, mereka menanamkan sikap empati ke semua karyawan.
Karena dalam proses itu, manajer atau HR mendorong anggota timnya untuk mendengarkan dan memahami lawan bicara. Memahami tak sekadar apa yang dikatakan sang rekan kerja tetapi juga perasaannya.
Menghargai rekan kerja
Anda perlu memberikan pemahaman ke anggota tim bahwa setiap orang memiliki kemampuan berbicara yang berbeda.
Tidak semua orang dapat mengatakan atau mengekspresikan perasaannya. Maka tim wajib menghargai rekan kerja. Contohnya, saat rapat tim dan ada salah satu rekan yang diam saja, Anda bisa menanyakan pendapatnya, tanyakan tentang bagaimana ritme kerja saat ini setelah rapat, atau bertanya mengenai kesulitan yang sedang dihadapi.
Tidak mudah “mengecilkan” situasi
Tempat kerja sangat memerlukan sikap empati, agar tidak mudah “mengecilkan” situasi, pendapat, atau perasaan antar rekan kerja.
Misalnya, kalimat, “Setidaknya, kamu tidak punya masalah dengan dia” atau “Nasibmu lebih baik daripada saya”.
Perilaku lain yang seharusnya tidak dilakukan adalah sama sekali tidak mendengarkan sang rekan karena menganggap masalahnya terlalu enteng, mengubah topik pembicaraan, atau pergi meninggalkan rekan yang sedang bercerita.
8 Best Practice Sikap Empati Di Organisasi
Pandemi COVID-19 telah menempa kehidupan semua orang, baik secara fisik, mental, dan emosional.
Work from home (WFH), misalnya. WFH atau sistem kerja hibrida sangat menantang. Karena tak sedikit karyawan harus membagi waktu antara bekerja dan mengelola urusan domestik.
Mereka mengharapkan sang manajer memahami kondisi mereka. Di sisi manajer, mereka perlu bersikap empati dan membangun tempat kerja yang berempati kepada karyawan.
1) Mendukung middle manager
Middle manager adalah seseorang yang berada di tingkat manajemen tengah antara top dan low manager.
Memimpin anggota dari berbagai latar belakang membutuhkan kecerdasan budaya, memiliki perspektif luas, dan pengalaman yang sangat beragam. Bukan tak mungkin, ia akan menghadapi tekanan dari atasan serta bawahan.
Untuk mendukung kinerja mereka, top manager dan/atau tim HR perlu mendorong middle manager untuk berkolaborasi lintas departemen dengan kepemimpinan empati. Jadi, tim dapat meningkatkan efektivitas kerja serta keberhasilan mengeksekusi pekerjaan
2) Mempraktikkan kepemimpinan empati
Pemimpin yang empatik adalah aset bagi organisasi. Namun, bagaimana mempraktikkan kepemimpinan empati?
Menciptakan kepemimpinan empati dimulai dari pemimpin paling atas dan memahami kebutuhan karyawan. Dengan sikap empati, pemimpin menunjukkan:
- Minat yang tulus pada tujuan perusahaan
- Memahami kebutuhan karyawan
- Mencocokkan keterampilan karyawan dengan proyek
- Cepat mengidentifikasi tanda kelelahan anggotanya
- Teratur memeriksa kinerja karyawan
- Menanyakan beban atau masalah yang dihadapi oleh karyawan
- Membantu anggota tim untuk mengatasi masalahnya
- Mendorong karyawan bekerja optimal
Untuk mengasah kepemimpinan empati, tim HR dapat memberikan training dan coaching dari ahlinya.
3) Aktif mendengarkan
Aktif mendengarkan adalah bagian penting dalam sikap empati.
Pasalnya, seseorang memiliki pengertian mendalam terhadap perspektif, perasaan, dan masalah orang lain. Aktif mendengarkan tak hanya memasang telinga kepada orang lain.
Aktif mendengarkan adalah proses menangkap suara beserta memperhatikan nada bicara dan bahasa tubuh lawan bicara. Langkah itu untuk menemukan pesan tersembunyi dalam berkomunikasi.
Aktif mendengarkan berfokus dan berusaha memahami apa yang orang lain katakan. Bukan terburu-buru merespon ucapan lawan bicara.
Saat pemimpin mendengarkan karyawan, mereka merasa dihargai, didengarkan, dan membangun kepercayaan. Selanjutnya, karyawan akan menerapkan hal sama kepada rekan kerja.
4) Membahas sikap empati di tempat kerja
Tak dipungkiri, manajer sering memikirkan target dan hasil akhir. Mereka lebih berorientasi kepada monitoring dan membuat rencana bisnis untuk mengontrol kinerja anggotanya.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa memahami, peduli, dan mengembangkan karyawan juga tak kalah penting. Itu adalah bagian dari sikap empati yang meningkatkan kinerja serta efektivitas.
Jadi, Anda jangan ragu untuk mulai membahas tentang sikap empati saat bekerja bersama anggota tim.
5) Menumbuhkan compassion
Menumbuhkan compassion bukan berarti mudah mengasihani orang lain.
Dalam best practice, pertimbangkan dampak keputusan Anda terhadap bisnis, karyawan, pelanggan, komunitas, dan stakeholder. Anda juga perlu merefleksikan keputusan hingga tanggapan karyawan dengan penuh kasih.
6) Memahami perbedaan perspektif
Sikap empati mendorong karyawan untuk melihat masalah dari sudut pandang orang lain. Terlebih jika Anda bekerja dengan beragam karyawan, mulai dari berbagai etnis, ras, dan usia.
Best practice berempati terhadap keragaman dapat diterapkan ketika Anda mengelola konflik, membantu problem solving, hingga mendorong inovasi dari berbagai perspektif.
7) Memahami cara berpikir klien
Bersikap empati bisa diaplikasikan untuk memahami cara berpikir klien. Berikan waktu kepada mereka untuk berbagi masalah dan tantangan bisnis.
Tularkan sikap ini ke karyawan dengan cara:
- Mendengarkan, memahami, dan memberikan jawaban atas persoalan klien
- Melihat jasa atau produk klien dan mengerti cara kerjanya
- Mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan memberikan masukan
Poinnya adalah Anda bisa mencontohkan sekaligus menekankan kepada karyawan tentang prinsip customer first.
8) Personalisasikan komunikasi
Personalisasi komunikasi adalah salah satu best practise penting dalam sikap empati. Karena setiap orang atau kelompok memiliki pemahaman berbeda.
Maka, empati untuk prsonalisasi komunikasi dilakukan dengan menyesuaikan cara berkomunikasi kepada audiens yang beragam, memilih kata-kata, menggunakan media penyampaian pesan yang banyak digunakan, dan lainnya.
Penutup
Sikap empati di tempat kerja bukan tindakan yang melelahkan.
Namun memperkuat relasi antara pimpinan, manajer, karyawan, dan klien serta memperbaiki kinerja bisnis. Bahkan membuat perusahaan lebih resilient menghadapi tantangan di masa depan.
Selain itu, mengadopsi sikap empati menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan employee engagement serta memelihara ownership karyawan. Empati juga membantu semua orang menjadi bagian penting dalam pertumbuhan perusahaan.
Leave a Reply