Tim HR dan pemimpin perlu menilik ulang langkah retensi karyawan secara berkala. Jika tidak, karyawan berpotensi perusahaan akan silih berganti mengundurkan diri setelah beberapa bulan bekerja. Kondisi tersebut mengakibatkan perusahaan rugi waktu dan biaya dalam proses rekrutmen.
Di sisi lain, alasan kepergian karyawan di luar kendali perusahaan. Terkadang, hal yang mendorong mereka pergi karena kesalahan yang tidak disadari oleh manajemen.
7 Kesalahan Retensi Karyawan
Kondisi kekurangan karyawan atau “keluar masuk” karyawan yang intens berdampak serius terhadap bisnis. Jika selama ini Anda merekrut individu terbaik, tetapi tidak diiringi dengan strategi retensi karyawan yang tepat, maka perusahaan menghadapi turnover tinggi.
Apa yang salah dari retensi karyawan? Mari, kita cek kesalahan yang terkadang tidak disadari oleh pemimpin, manajer, atau HR.
1. Tidak mengakui prestasi karyawan
Pemimpin yang tidak mengakui prestasi atau pencapaian karyawan adalah salah satu kesalahan besar dalam retensi. Mereka merasa kerja kerasnya tidak dihargai oleh pemimpin, sehingga cepat atau lambat, mereka akan pergi.
Menurut Fast Company, perusahaan tidak mengakui prestasi yang dilakukan oleh asetnya karena terlalu fokus pada target, terlalu percaya diri dengan reward yang kompetitif, memberikan pujian kepada manajer saja, dan terlalu banyak berasumsi daripada berkomunikasi dengan karyawan.
2. Terlalu banyak aturan
Terlalu banyak aturan dan kebijakan yang kaku dapat merusak hubungan pemimpin dan karyawan. CIO menuliskan perusahaan yang memiliki kebijakan yang kaku menjadi sebab karyawan terbaik meninggalkannya.
Travis Furlow, pelatih Paperclip Thinking, menjelaskan bahwa waktu kerja fleksibel dan bekerja secara virtual sangatlah lazim pada angkatan kerja saat ini, sehingga mereka bertahan. Misalnya, pekerja di industri teknologi mengharapkan jadwal kerja lebih fleksibel dan peluang bekerja jarak jauh.
3. Tidak peduli kesejahteraan karyawan
Kesalahan retensi karyawan lainnya adalah tidak peduli kesejahteraan mereka. Pemimpin atau manajemen bisa saja mengabaikan kebutuhan karyawan, padahal ada kemungkinan mereka meninggalkan anaknya yang masih batita untuk bekerja. Jika pemimpin menyediakan jadwal fleksibel, mengizinkan bekerja di rumah, atau memberikan fasilitas daycare kemungkinan dapat meretensi karyawan.
Baca juga: Retensi Karyawan Penting! HR Harus Pahami 4 Poin Ini
4. Pelatihan tidak memadai
Menciptakan karyawan skillful tidak terjadi dalam sekejap. Perusahaan perlu memberikan mereka pelatihan memadai secara berkala. Ini adalah proses perusahaan berinvestasi kepada karyawan. Jika tidak, karyawan akan memilih perusahaan lain yang memberikan mereka pelatihan untuk mengembangkan ilmu dan memberikan waktu berjejaring.
5. Tak memahami karyawan
Terkadang pemimpin tidak sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan. Contohnya, manajer yang tidak suportif, tidak komunikatif, bahkan tidak memiliki waktu untuk memberikan umpan balik kepada karyawan. Kesalahan juga bisa terjadi ketika pemimpin tidak memberikan karyawan ruang bersenang-senang, padahal lingkungan kerja sangat kompetitif dan kerap membuat mereka tertekan sehingga perlu melepaskan ketegangan kerja dengan hal-hal kecil, seperti mendengarkan musik atau duduk santai sambil membaca. Jika Anda tidak mengakomodir hal itu dan banyak aturan yang diterapkan, jangan heran kalau karyawan kabur ke pesaing.
6. Toleransi kinerja buruk
Memang, tak ada manusia yang sempurna. Namun, karyawan tidak suka jika pemimpinnya sering menoleransi karyawan lain yang berkinerja buruk dengan alasan ia membutuhkan waktu untuk memperbaiki performa kerja. Ini berpengaruh terhadap kinerja tim dan target perusahaan, sepertikaryawan yang mampu menyelesaikan proyek hingga sukses–tetapi tidak dianggap oleh manajer yang sibuk memperhatikan karyawan berkinerja buruk–akan meninggalkan perusahaan secepatnya.
7. Tak ada kesempatan untuk berkembang
Perusahaan yang telah memiliki program retensi karyawan, tetapi tidak memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berkembang, itu termasuk kesalahan. Menyelesaikan tugas adalah hal wajib, tetapi karyawan juga memiliki renjana yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pekerjaan. Untuk mengakomodasi hal ini, perusahaan dapat dapat memberikan mereka semangat untuk bertanggung jawab dalam tugas harian dan mendukung mereka mengejar cita-cita di luar kantor.
Artikel terkait: 8 Faktor Yang Bisa Memengaruhi Keberhasilan Retensi Karyawan
Perkuat Retensi Dengan Employee Recognition
Pergantian karyawan yang tinggi membuat perusahaan kesulitan mencapai tujuan bisnis. Perusahaan akan lebih sibuk dengan rekrutmen, melatih karyawan baru, dan menanamkan budaya organisasi. Oleh karena itu, perusahaan harus mengupayakan retensi karyawan, salah satunya melalui employee recognition.
Banyak yang berpendapat bahwa program employee recognition memerlukan bujet besar. Bila perusahaan mampu memberikan uang tunai, silakan saja. Namun, karyawan akan mengharapkannya jumlah yang sama atau lebih setiap tahunnya.
Employee recognition tak hanya memberi uang kepada karyawan. Pengakuan bisa berupa pemberian voucer, gift card, serta kegiatan team-building untuk menambah interaksi antara karyawan dan pimpinan.
Contohnya, perusahaan A mengadakan kegiatan yang memperkuat team-building secara daring (gim atau berbagi pengalaman dengan ahli), memberikan pengakuan terhadap prestasi karyawan, dan memberikan dukungan saat karyawan terpuruk.
Leave a Reply