Ibu Bekerja 01 HRPods

7 Bentuk Dukungan Perusahaan Bagi Ibu Bekerja

Ibu bekerja sering kali menjalani peran ganda. Ketika di rumah, ia dan suami berbagi peran dalam mengasuh anak. Di kantor, ia dituntut bekerja profesional agar tujuan perusahaan tercapai.

Saat pandemi COVID-19, di mana perusahaan menerapkan bekerja dari rumah (WFH), para ibu bekerja menghadapi tantangan baru. Mereka harus mengatur urusan domestik sekaligus menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Kondisi tersebut membuat mereka lelah secara fisik dan mental. Jika masalah mereka tidak diatasi, maka produktivitas mereka bisa menurun.

7 Bentuk Dukungan Bagi Ibu Bekerja

Tak semua ibu bekerja yang mengalami burnout bisa menceritakan masalahnya kepada HR maupun pemimpin. Hal tersebut disebabkan karena mereka sungkan atau lingkungan kerja yang tak mendukung untuk berbagi cerita.

Anda bisa mengabaikan masalah yang sedang dihadapi oleh karyawan (ibu bekerja). Namun, dampaknya akan memengaruhi produktivitas, kinerja tim, bahkan bisa memengaruhi reputasi perusahaan. Apakah hal itu yang Anda inginkan?

Di sini peran HR sangat dibutuhkan dalam mendukung kebutuhan sekaligus kinerja ibu bekerja. Bentuk dukungannya adalah:

1. Meninjau kebijakan

Tak sedikit perusahaan yang meninjau kembali kebijakan saat pandemi COVID-19. Langkah ini sebagai upaya agar bisnis tetap berjalan dan memastikan keselamatan para karyawan.

Perusahaan dapat meninjau kebijakan tentang waktu kerja, model kerja, tunjangan, cuti dan hari libur, training and development, hingga langkah preventif pencegahan virus korona untuk semua karyawan termasuk ibu bekerja.

2. Waktu kerja fleksibel

Satu survei menemukan 40% karyawan fulltime di AS mengatakan jam kerja fleksibel adalah keuntungan paling penting yang mereka terima dan 54% mengatakan tunjangan adalah yang paling penting bagi kepuasan kerja mereka.

Bagi ibu bekerja, waktu kerja fleksibel membantu mereka tetap terhubung dengan keluarga, seperti menghadiri acara sekolah, menemukan penitipan anak terbaik, dan menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka di antara rapat atau jadwal kerja yang padat.

Hal senada juga dikatakan oleh Mariawaty Santoso, Corporate Head of Human Resources PT Mitra Adiperkasa Tbk, Jumat (08/10/2021). Menurutnya, perusahaan mendukung ibu bekerja dengan waktu kerja fleksibel, karena seringkali mereka menghadapi anak mereka yang bersekolah daring.

“Kalau COVID-19, apa yang bisa kita lakukan? Kecuali being flexible untuk working mom. Ada working mom yang bilang baru bisa maksimal setelah jam 12.00, tapi akan kerja lebih malam, at the end of the day yang penting result,” ujar Maria.

3. Model kerja hybrid

Fleetcor, perusahaan jasa pembayaran tenaga kerja di AS, menerapkan model kerja hybrid. Penerapan tersebut memiliki kebijakan:

  • Menawarkan cukup banyak kebijakan cuti untuk ibu dan ayah bekerja
  • Menciptakan kelompok karyawan di tiga wilayah operasional perusahaan (Eropa, Brasil, dan Amerika Utara) yang fokus pada isu perempuan
  • Sistem kerja tiga hari dalam seminggu

Kebijakan tersebut memberikan work-life balance yang mendorong pertumbuhan karir untuk semua perempuan, sehingga menjaga hubungan pribadi yang kuat dan organik antar rekan kerja.

4. Penyesuaian tunjangan dan fasilitas

Bentuk dukungan bagi ibu bekerja dapat berupa penyesuaian tunjangan dan fasilitas. Misalnya, memberikan izin atau cuti untuk mengurus kebutuhan anak dan memiliki sharing session bagi ibu bekerja agar mereka dapat berbagi pengalaman.

Jika mereka harus kembali bekerja di kantor, perusahaan dapat memberikan fasilitas berupa ruang laktasi, tunjangan biaya penitipan anak, dan lainnya.

“Perusahaan memperbolehkan saya untuk full WFH. Di masa sekarang, WFH paling dibutuhkan oleh working mom. Kalau harus WFO, perusahaan bisa memberikan waktu buat pumping,” Endriani, karyawan yang baru saja melahirkan.

5. Mendorong leader untuk peduli terhadap tim

HR dapat mendorong pemimpin untuk peduli terhadap timnya. Karena ia yang peduli dalam membantu karyawan meningkatkan kinerja dapat mengembangkan potensi dan kesejahteraan anggota tim. Dampak selanjutnya, tujuan perusahaan akan tercapai.

6. Meningkatkan dukungan kesehatan mental

HR perlu berkomunikasi secara terbuka kepada manajemen untuk memberikan dukungan kesehatan mental bagi karyawan.

HR juga dapat mendorong ibu bekerja untuk melakukan survei kesehatan mental minimal setahun sekali. Hasil survei untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental karyawan dan membuat kebijakan yang relevan, sehingga mereka akan terbantu jika mengalami masalah kesehatan mental.

7. Membuat program mentorship

Perusahaan perlu mempertimbangkan untuk membuat program mentorship untuk menghubungkan para ibu bekerja.

Jadi program untuk ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan dengan ibu yang berada dalam posisi kepemimpinan. Program dapat memberikan dukungan dan membangun kepercayaan diri mereka saat mereka dalam menjalankan peran baru mereka sebagai orang tua.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *