Sejak pandemi, tak sedikit perusahaan yang lebih terbuka membicarakan kesehatan mental. Ada perusahaan yang mengadakan seminar, webinar, hingga mendatangkan praktisi ke kantor.
Langkah tersebut membangun kesadaran orang-orang tentang kesehatan mental. Terlebih, karyawan rentan mengalami stres kerja meski kondisi itu manusiawi.
Angesty Putri, M. Psi, Psikolog, CPC, membahas keuntungan perusahaan dalam penerapan sistem kesehatan mental, Rabu (22/09/2021), melalui telekonferensi.
Keuntungan Penerapan Sistem Mental Health
Dengan menerapkan sistem kesehatan mental, perusahaan dapat mengelola sumber daya manusia lebih baik. Ini dapat menciptakan karyawan yang sehat secara fisik dan mental.
Jika ada karyawan yang berpikir, “Aku lagi sakit, maklumin aku dong,” dia perlu upaya untuk menangani kondisinya. Tim HR juga bisa membantunya pulih.
Karyawan juga tidak berpikir, “Oh ternyata banyak yang mengalami seperti saya.”
1) Budaya keterbukaan dan kenyamanan
Dengan memahami bahwa seseorang dapat memiliki mental health issue, secara tidak langsung perusahaan membangun suasana keterbukaan dan kenyamanan dalam bekerja. Karyawan pun akan merasa aman dan mendapatkan dukungan.
2) Karyawan lebih mudah menerima tanggung jawab
Jika masalah mental health tertangani, karyawan menjadi lebih bisa bertanggung jawab dan mengerjakan tugas dengan baik.
Kalau perusahaan tidak peduli dan mengabaikan masalah psikologi karyawan, maka kemungkinan besar dia akan memikirkan persoalannya. Bukan tidak mungkin, hal itu mengganggu pekerjaan, sehingga dia tidak berkinerja baik.
3) Memaksimalkan potensi karyawan
Saat karyawan tidak memikirkan masalah, karena perusahaan memiliki sistem penanganan kesehatan mental, dia dapat fokus pada pekerjaan. Alhasil, perusahaan dapat memaksimalkan potensinya.
4) Mengurangi turnover
Perusahaan dapat meminimalisir turnover, jika karyawan bekerja maksimal. Dengan catatan, lingkungan kerja sehat sehingga mendukung kesehatan mental dan fisiknya.
Seseorang yang memiliki masalah, tetapi tidak ditangani dan tidak didukung oleh lingkungan kerja dapat berujung pengunduran diri. Dia merasa tidak kuat, atasannya menyulitkan, dan rekan kerjanya tidak memberikan pertolongan.
5) Profit meningkat
Kalau perusahaan dapat menangani persoalan mental karyawan, mereka akan bekerja secara optimal, sehingga produktivitas perusahaan meningkat dan profit pun meningkat.
Walaupun berasal dari masalah individu, tetapi hal itu berkaitan terhadap bisnis.
Namun bagaimana jika ada karyawan yang menganggap pekerjaan adalah pelarian masalah pribadi? Bisakah kondisi tersebut akan memengaruhi performa kerja?
Memang, ada orang yang menganggap bahwa kegiatan di kantor adalah waktu untuk melepaskan masalah pribadi.
Kalau kantor menjadi pelarian untuk saat ini, masalah di rumah tidak diselesaikan, maka suatu hari akan meledak juga dan pekerjaan di kantor pasti akan terpengaruh.
“Kalau mau jujur, apa iya tidak kepikiran yang di rumah waktu kerja? Masak sih? Belum tentu, loh. Pikiran manusia itu tidak bisa dipisah-pisah. Kita itu secara pikiran, perasaan, perilaku, semua itu di kepala,” kata alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
Seseorang dapat melarikan diri dari masalah. Meski hal itu tidak sehat secara mental. Dikhawatirkan perilaku tersebut akan meruntuhkan mentalnya. Dia sudah tidak kuat menampung masalah, kemudian bisa meledak dan berpengaruh ke hal lain.
Garis Bilangan Dalam Kesehatan Mental
Analogi kesehatan mental seperti garis bilangan dalam matematika. Ada minus, nol, dan plus.
Garis bilangan dalam matematika dasar adalah suatu gambar garis lurus di mana setiap titiknya diasumsikan melambangkan suatu bilangan real dan setiap bilangan real merujuk pada satu titik tertentu.
Seseorang yang memiliki masalah mental atau psikologis berada di garis minus. Pasalnya, dia mempunyai anxiety, depresi, murung, dan sedih. Jangankan memikirkan pekerjaan, dia masih terbelenggu dengan masalahnya.
Orang yang berada di posisi nol dapat bekerja, karena nol itu netral. Mungkin dia bukan seseorang jago atau paling mahir di kantor, tetapi dia dapat bekerja dengan baik meski hasilnya biasa saja.
Individu yang memiliki performa bagus, oke, atau keren dan dalam kondisi prima secara mental berarti dia berada pada garis plus.
“Dari analogi itu, saya ingin menyampaikan bahwa ketika seseorang sedang minus akan sulit untuk produktif, susah mencapai target, dan tidak fokus bekerja, maka yang perlu dilakukan adalah membantunya supaya dia ada di posisi nol.”
Jika yang bersangkutan sudah berada di posisi nol atau netral dengan masalahnya, maka manajer atau tim HR dapat mendorongnya ke garis plus supaya performanya menjadi bagus.
Terkadang, ada karyawan yang sedang putus cinta dan tidak mencapai target, tetapi dipandang sebelah mata oleh rekan kerjanya. Ya, bagi sebagian orang kondisi itu tidak mendukungnya untuk berkinerja optimal.
Jadi, manajer perlu membantunya jika anggota tim memiliki masalah psikologi yang cukup berat atau tidak bisa menangani persoalannya.
“Sehari-hari, kita tidak lepas dari stres dan itu bisa di-handle, seperti “dikejar” deadline, panik, tetapi tolerable. Ketika pekerjaan selesai, mentalnya oke, meski sempat naik turun sedikit karena banyak pekerjaan.”
Masalah mental health sangat penting diperhatikan oleh perusahaan, karena ini dapat berpengaruh terhadap kinerja tim dan perusahaan. Jadi, perusahaan perlu strategi penanganan masalah kesehatan mental secara menyeluruh.
Leave a Reply