Beberapa tahun ini, tak sedikit perusahaan yang membutuhkan pekerja IT. Sebut saja, pengembangan piranti lunak untuk mengotomatiskan tugas berulang membutuhkan programmer.
Tak heran, jika terjadi persaingan antar perusahaan untuk mendapatkan pekerja IT. Bahkan perusahaan rela menggelontorkan biaya tinggi demi menggaet kandidat terbaik di bidangnya.
Namun, pandemi COVID-19 menyulitkan perusahaan dalam rekrutmen pekerja IT. Inilah yang terjadi pada pekerjaan bidang IT, talent shortage.
Untuk menghadapinya, pemimpin bisnis dan HR dipaksa untuk memikirkan kembali bagaimana menarik, melibatkan, merekrut, dan memajukan pekerja IT.
Mengapa Industri Teknologi Mengalami Talent Shortage?
iCIMS Workforce Report 2022 menunjukkan sebanyak 92 persen pemimpin level eksekutif mengatakan organisasi mereka tidak akan mencapai tujuan tanpa karyawan yang tepat.
Hanya 11 persen yang mengatakan bahwa perusahaan mereka tidak kekurangan karyawan akibat pandemi. Maka perusahaan perlu mengubah strategi rekrutmen dan retensi untuk menutup talent shortage.
Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 berkontribusi mengubah sistem kerja. Sejak pandemi, banyak perusahaan menghentikan pekerjaan atau proyek sementara waktu.
Di sisi lain, pekerja IT dan pekerja bidang lain yang masih bertahan memilih opsi bekerja jarak jauh atau minimal bekerja secara hibrida.
Ketika situasi berangsur membaik, perusahaan mulai beroperasi dan ada tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan oleh karyawan. Namun, tak mudah merekrut pekerja IT yang ahli di bidangnya, begitu pula entry level yang memenuhi syarat.
Biaya rekrutmen tinggi
Dengan permintaan yang selalu tinggi, perusahaan harus menggelontorkan biaya rekrutmen lebih tinggi. Ironisnya, hal itu terjadi pada pekerja IT entry level.
Untuk menekan biaya, banyak organisasi menggunakan saluran perekrutan alternatif, seperti mempekerjakan freelancer dan menggunakan platform crowdsourcing untuk mengisi tim teknologi.
10 Strategi Perusahaan Menarik Minat Pekerja IT
Beberapa tahun ini, pertumbuhan teknologi semakin pesat. Hal itu dapat dilihat dari kemunculan perusahaan rintisan di berbagai industri. Mulai dari keuangan, retail, transportasi, perdagangan elektronik, dan masih banyak lagi.
Semua perusahaan tersebut membutuhkan tenaga kerja, termasuk pekerja IT, untuk membangun sistem yang aman dan kokoh. Baik bagi perusahaan maupun pelanggan.
Namun, yang terjadi adalah talent shortage di bidang IT. Pertumbuhan pesat di bidang ini perlu didorong oleh pertumbuhan yang merata dan meningkat dalam penyediaan talent pool.
Leif Kavan Radford, Data and Tech Recruitment Director di The Candidate, mengatakan perusahaan harus memiliki langkah untuk menarik, membimbing, dan mempertahankan pekerja IT. Mengingat perusahaan rintisan hingga perusahaan besar akan melirik ke talent pool IT.
Hal tersebut dialami oleh Rebecca Worsley, CEO di Rainy City Agency. Menurutnya, perekrutan kandidat IT jauh lebih sulit selama enam bulan terakhir.
Worsley menyarankan perusahaan perlu merencanakan strategi rekrutmen. Jadi, perusahaan harus menyisihkan waktu untuk melihat di mana mereka membutuhkan karyawan baru selama 12-24 bulan ke depan.
Bagaimana strategi perusahaan untuk menarik minat pekerja IT?
#1 Retensi karyawan
Jaga tim yang sudah Anda miliki. Karena pasar tenaga kerja sangat kompetitif.
Perusahaan harus memprioritaskan karyawan merasa bahagia, terpenuhi kebutuhannya, dan berinvestasi dalam peran. Investasi tersebut bisa berupa program employee wellbeing serta memberikan jalur karier karyawan.
#2 Talent pool
Perusahaan membutuhkan upaya bersama untuk menumbuhkan talent pool untuk proses rekrutmen berkelanjutan. Memang, talent pool adalah bidang kerja tim HR.
Dalam mengumpulkan kandidat, HR tak hanya bekerja dengan mengunggah job posting, tetapi juga melalui employee referral, career center di perguruan tinggi, hingga talent scouting. Proses tersebut membutuhkan kerja sama antar karyawan.
#3 Internal hiring
Di tengah talent shortage, perekrut perlu melihat potensi di dalam perusahaan. Internal hiring bertujuan untuk mendorong kemajuan karyawan, meningkatkan retensi, serta mengisi posisi penting yang biasanya sulit diisi oleh kandidat eksternal.
Uber, misalnya, yang memiliki program internal mobility. Perusahaan transportasi asal San Francisco, Amerika Serikat, ini mengandalkan program tersebut agar karyawannya memiliki karier berbasis pengalaman dan bekerja dua kali lebih lama di perusahaan.
#4 Employer branding
Pertimbangkan untuk menjalankan employer branding. Ini adalah langkah perusahaan untuk menciptakan reputasi dalam dunia tenaga kerja.
Employer branding memberikan candidate experience positif. Karena kandidat akan memperoleh informasi secara komprehensif ketika melihat situs dan akun media sosial perusahaan.
Dengan begitu ia mempertimbangkan untuk bekerja di perusahaan Anda atau tidak. Jadi, manfaatkan media sosial untuk menampilkan nilai dan budaya perusahaan.
#5 Tools rekrutmen
Berdasarkan laporan iCIMS, tim HR dan perekrut (96 persen di AS dan 94 persen Inggris) berinvestasi pada tools rekrutmen untuk menjawab tantangan pasar tenaga kerja.
Beberapa perusahaan yang disurvei telah merasakan manfaat dari penggunaan tools rekrutmen. Hal tersebut berdampak signifikan terhadap durasi rekrutmen yang lebih cepat dan peningkatan visibilitas.
Meski demikian, tim HR perlu mengoptimalkan proses rekrutmen kandidat yang sesuai kebutuhan perusahaan secara lebih efisien.
#6 Mengelola kandidat global
Dalam lingkungan bisnis global, sangat memungkinkan bagi perusahaan untuk mendapatkan kandidat pekerja IT dari kota atau negara lain.
Hal tersebut memperluas talent pool sekaligus memberikan perspektif baru bagi perusahaan. Yang harus Anda perhatikan adalah susun kontrak kerja, perhitungan penggajian dan pajak, dan administrasi berdasarkan tempat tinggal pekerja.
#7 Fleksibilitas kerja
Memberikan fleksibilitas kerja dapat menjadi strategi untuk memperoleh pekerja IT andal. Fleksibilitas dapat berbentuk sistem kerja jarak jauh, memperpendek jam kerja, atau berdasarkan hasil kerja.
Mengadopsi fleksibilitas kerja mendorong kandidat untuk melirik perusahaan Anda sekaligus mempertahankan karyawan berprestasi karena ia bisa bekerja sambil mengurus keluarga.
Misalnya, Microsoft di Italia mengadopsi metode pada produktivitas dan hasil kerja, bukan jam kerja. Dalam fleksibilitas, perusahaan harus kreatif untuk beradaptasi dengan teknologi agar produktivitas berjalan optimal.
#8 Personalisasi komunikasi
Perekrut dapat meningkatkan hubungan dengan kandidat IT dengan personalisasi komunikasi.
Misalnya, berkomunikasi–telepon dan email–dengan kandidat secara autentik. Anda juga bisa membalas pertanyaan kandidat, jika ia bertanya tentang proses rekrutmen, dan berikan umpan balik konstruktif, bila perusahaan menolaknya.
#9 Transparansi rekrutmen
Kandidat menyukai transparansi dalam proses perekrutan. Mulai dari transparansi tahap rekrutmen, informasi interview kerja, gaji dan tunjangan, hingga status karyawan.
Josh Brenner, CEO Hired, menjelaskan bahwa perusahaan harus mengutamakan transparansi, karena itu adalah prinsip yang sangat penting.
#10 Learning and development
Seperti yang telah disinggung di atas, perusahaan perlu memiliki program learning and development untuk kemajuan karyawan.
Belajar tak mengenal usia maupun posisi, maka perusahaan harus mendorong karyawan untuk terus belajar di tengah perubahan situasi yang semakin cepat. Belajar keterampilan dan teknologi baru dapat mendukung pekerjaan karyawan.
Jika perusahaan memberikan learning and development secara rutin kepada karyawan, kandidat akan melihat perusahaan Anda fokus terhadap pengembangan karier sekaligus memberikan kesempatan untuk tumbuh secara profesional.
Penutup
Menarik pekerja IT papan atas tidak mudah. Tim HR dan manajemen harus mengetahui faktor-faktor yang diinginkan oleh pekerja di tengah lanskap bisnis dan pasar tenaga kerja berkembang pesat.
Bahkan perusahaan bisa menghubungi konsultan rekrutmen atau recruitment agency untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai pencarian kandidat yang tepat.
Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan strategi rekrutmen secara holistik guna memajukan bisnis di masa mendatang.
Leave a Reply