Skill gap mengacu pada perbedaan keterampilan yang diharapkan perusahaan untuk karyawan mereka dan keterampilan yang sebenarnya dimiliki karyawan. Ketidakcocokan ini dapat menyulitkan pemberi kerja dalam mengisi posisi yang ada.
Saat ini, Amerika Serikat sendiri tengah berada di skill gap yang signifikan, bahkan beberapa tahun lalu sebanyak 68% pengusaha saat ini memiliki posisi terbuka yang tidak dapat mereka isi oleh karyawan yang terampil.
Kondisi skill gap ini juga terjadi di Indonesia, dan kini mengerucut ke bidang teknologi digital.
Apa Itu Skill Gap?
Terkadang, perusahaan memang tidak langsung dapat menemukan kandidat yang mampu memenuhi semua keinginan mereka. Maka muncullah skill gap.
Menurut mantan presiden talent acquisition solution di CareerBuilder, Jason Lovelace, skill gap adalah istilah yang menggambarkan lubang besar antara persyaratan pekerjaan dan apa yang dimiliki kandidat pekerjaan dalam hal latar belakang dan keahlian professional.
Pasar kerja akan semakin fokus pada keterampilan teknologi, sementara perusahaan akan mengalami kesulitan menemukan pelamar dengan latar belakang dan pengalaman yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan perubahan dalam peran pekerjaan.
Seorang karyawan meninggalkan pekerjaan namun perusahaan pada akhirnya membiarkan posisi tersebut kosong dengan waktu yang lebih lama karena tidak menemukan kandidat yang tepat.
Padahal menurut Industri Today, rata-rata waktu untuk mengisi sebuah posisi pekerjaan adalah 42 hari.
Seorang pakar karir platform pencarian pekerjaan, Monster, bernama Vicki Salemi juga mengatakan bahwa skill gap mirip dengan kekurangan tenaga kerja. Hal ini terjadi karena pemberi kerja berjuang untuk menemukan kandidat yang memenuhi syarat selama proses perekrutan.
Apa penyebabnya?
Beberapa variabel dapat menyebabkan skill gap, mulai dari pendidikan yang kurang hingga angkatan kerja yang terus berkembang, akhirnya berkontribusi pada kesenjangan keterampilan nasional.
Berikut adalah beberapa penyebab skill gap terjadi:
1. Kurangnya pengembangan soft skill
Lebih sedikit siswa sekolah menengah yang mendapatkan pekerjaan magang dibandingkan generasi sebelumnya.
Ini berarti, siswa tidak mengembangkan soft skill seperti kerja tim, ketepatan waktu, dan pola pikir berorientasi layanan, yang akhirnya menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan untuk mencari pekerjaan.
2. Kurangnya pelatihan teknis
Mesin otomatis di perusahaan menciptakan lebih banyak peluang kerja bagi para insinyur mekanik, listrik, dan perangkat lunak. Namun, banyak perusahaan gagal menawarkan pelatihan yang memadai untuk mesin-mesin baru ini.
Sebuah survei dari MIT Technology Review menemukan hanya setengah dari pabrik A.S. yang menyediakan pelatihan formal bagi pekerja mereka.
3. Karyawan berpengalaman mulai pensiun
Sekitar 10.000 baby boomer mencapai usia pensiun setiap hari. Itu berarti banyak pekerja yang sangat terampil akan segera keluar dari angkatan kerja, membuat pengusaha berebut mencari pekerja baru yang dapat mengisi peran tingkat senior.
Anda mungkin tertarik: Kualitas Tenaga Kerja juga Menjadi Tantangan bagi Perusahaan
Tiga Jenis Skill Gap
Skill gap akan selalu ada, sehingga tenaga kerja saat ini mengalami perubahan dramatis yang mengungkap kekurangan keahlian yang dibutuhkan untuk ekonomi digital baru.
Oleh karena itu, dalam rangka membangun tenaga kerja yang efektif untuk masa depan, organisasi perlu memahami kesenjangan keterampilan yang ada.
Skill gap dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Namun, secara umum, mereka dapat dipisahkan menjadi tiga jenis utama:
1. Knowledge gap
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan menimbulkan masalah.
Ini bisa berupa pengetahuan khusus yang diperlukan untuk melakukan tugas dengan sukses, atau pengetahuan institusi khusus untuk organisasi tertentu.
Menghapus kesenjangan pengetahuan dapat meningkatkan kinerja karyawan dan kolaborasi antara anggota staf.
2. Skills gap
Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang tepat dalam situasi tertentu.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu bisa berupa mental misalnya, keterampilan pengkodean di bidang TI, keterampilan fisik dan kebugaran yang dibutuhkan untuk pekerjaan terkait, atau soft skills seperti komunikasi dan kecerdasan emosional.
3. Performance gap
Kurangnya motivasi atau keterlibatan mengarah pada hasil kinerja yang buruk.
Berbeda dengan dua jenis sebelumnya, performance gap terjadi ketika seorang karyawan dengan semua alat untuk membuatnya sukses malah memiliki prestasi rendah.
Ini bisa terjadi karena beberapa alasan, termasuk manajemen yang buruk atau individu yang tidak cocok dengan budaya organisasi.
Baca juga: Performance Management: Definisi, Faktor, dan Cara Menjalankannya
Pentingnya Menganalisis Skill Gap Di Perusahaan
Analisis skill gap adalah alat penting bagi organisasi untuk menilai efektivitas tenaga kerja mereka.
Mengidentifikasi skill gap yang ada dan memahami bagaimana kesenjangan itu membatasi kinerja perusahaan menjadi penting berkat teknologi baru yang mengubah banyak sektor bisnis.
Penelitian McKinsey pada 2021 menunjukkan 87% organisasi memperkirakan akan mengalami kesenjangan keterampilan di tahun-tahun mendatang, dengan 43% mengatakan mereka telah memilikinya.
Survei CEO tahun 2022 oleh Deloitte menemukan kekurangan tenaga kerja dan keterampilan adalah faktor eksternal kedua yang paling banyak dikutip yang mengganggu strategi bisnis mereka.
Selain itu, dengan kebangkitan ekonomi digital, survei Salesforce menemukan bahwa 76% pekerja global tidak merasa siap untuk beroperasi di tempat kerja baru yang berfokus pada digital.
Untuk menanggapi kesenjangan ini, organisasi harus menilai tenaga kerja mereka yang ada dan mengembangkan program pelatihan aktif dan strategi rekrutmen untuk memenuhi momen tersebut.
Manfaat berhasil mengatasi kesenjangan keterampilan menghasilkan berbagai manfaat, termasuk:
- Mengembangkan pemahaman lengkap tentang tenaga kerja Anda
- Produktivitas lebih besar
- Peningkatan kelincahan
- Strategi perencanaan tenaga kerja yang jelas
- Keunggulan kompetitif atas organisasi lain
Banyak industri dan pengusaha mengalami kesulitan mengisi posisi. Namun, beberapa industri berjuang lebih dari yang lain, termasuk sektor teknologi.
Berikut adalah 10 industri yang paling terpengaruh oleh kesenjangan keterampilan:
- Keamanan cyber
- Machine Learning
- Manufaktur canggih
- Big data & cloud system
- Konstruksi
- Pergudangan
- Teknologi komputer
- Teknik elektro
- Pemasaran
Artikel lain: Masalah dan Tren Rekrutmen 2022-2023
Dampak Skill Gap

Wiley Education Services mensurvei lebih dari 600 manajer dan profesional di berbagai industri. Sekitar 55% responden mengatakan bahwa mereka yakin kesenjangan keterampilan memengaruhi organisasi mereka.
Berikut adalah cara kesenjangan keterampilan merugikan perusahaan di seluruh AS:
Produktivitas rendah
Ketika lebih sedikit orang yang mampu bekerja, maka lebih sedikit pekerjaan yang dapat diselesaikan setiap harinya.
Manajer juga mungkin harus mengambil alih dari pekerjaan tersebut untuk membantu karyawan yang tidak memiliki keterampilan kerja yang ideal.
Masalah kinerja bertambah
Jika seorang karyawan tidak memiliki banyak keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, hasil kerja jadi tidak optimal.
Pekerja harus menyelesaikan pekerjaan mereka secara akurat dan tepat untuk memastikan produk memenuhi standar tertentu, terutama dalam area teknologi dan manufaktur.
Profit menurun
Tingkat produktivitas yang lebih rendah dan produk di bawah standar dapat dengan cepat menghasilkan laporan untung dan rugi yang suram.
Kurangnya karyawan yang terampil dapat menyebabkan bisnis tidak melakukan penjualan yang semestinya untuk mempertahankan dan menumbuhkan profit perusahaan.
Tidak memiliki daya saing
Tanpa tim yang ahli, sebuah perusahaan bisa tertinggal dari pesaing di negara lain. Misalnya, di Singapura, bisnis berfokus pada memperlengkapi pekerja dengan keterampilan memecahkan masalah dan berhitung. Sementara Swiss telah menjadi pemimpin dunia dalam hal inovasi.
Hal ini memaksa perusahaan harus mencari tenaga ahli dengan harga yang sangat tinggi.
Bagaimana Memperbaiki Skill Gap?
Banyak perusahaan menyadari adanya skill gap yang lebar. Untungnya, pemilik bisnis dan manajer perekrutan dapat memenuhi tantangan ini.
Berikut adalah beberapa cara Anda dan perusahaan Anda dapat membantu menutup kesenjangan keterampilan.
Reskilling
Reskilling adalah proses mempelajari keterampilan baru oleh karyawan untuk pindah ke peran baru dalam perusahaan mereka saat ini.
Pelatihan ulang mungkin merupakan alternatif yang baik untuk memindahkan seseorang yang lebih cocok untuk peran lain, tetapi untuk beberapa alasan akhirnya bekerja di peran yang sama sekali berbeda.
Upskilling
Menurut penelitian baru-baru ini, lulusan saat ini memiliki keterampilan teknis khusus pekerjaan akan menyadari kalau keterampilan itu akan usang hanya dalam enam tahun.
Sebuah laporan dari Forum Ekonomi Dunia menemukan bahwa 54% dari semua karyawan akan membutuhkan reskilling dan upskilling yang signifikan pada tahun 2022.
Sederhananya, peningkatan keterampilan berarti menambahkan keterampilan baru ke dalam kemampuan pekerja.
Ini bisa melibatkan metode pembelajaran tradisional seperti kursus di universitas, pendampingan, atau program magang. Atau bisa juga dalam bentuk yang lebih baru, seperti online bootcamp.
Metodenya bervariasi, tetapi peningkatan keterampilan yang efektif bersifat spesifik, berdasarkan pada contoh dunia nyata dan segera dapat diterapkan.
Tawarkan program pengembangan keterampilan
Mendorong pengembangan profesional dan menawarkan peluang untuk pengembangan keterampilan di dalam perusahaan Anda memungkinkan karyawan untuk mengembangkan keahlian mereka.
Program-program ini juga dapat memperkenalkan karyawan Anda pada teknologi baru di bidang mereka dan mengurangi kesenjangan pengetahuan dalam keterampilan teknis.
Perluas pencarian kandidat
Pastikan Anda tidak membatasi pencarian karyawan Anda pada demografi tertentu.
Pertimbangkan untuk memperluas pencarian Anda untuk memasukkan kelompok nontradisional, termasuk orang dewasa yang lebih tua, veteran, hingga orang asing.
Untuk membantu Anda merekrut karyawan terbaik, pertimbangkan candidate pool yang beragam yang dapat membawa berbagai keterampilan dan pengalaman serta etos kerja yang ditingkatkan ke perusahaan Anda.
Mengadakan program internship
Penelitian oleh Zippia melaporkan bahwa 70% pekerja magang ditawari posisi di perusahaan yang sama tempat mereka magang.
Membuat program magang yang sukses memungkinkan Anda untuk melatih pekerja magang dalam keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi pelamar kerja yang layak.
Bekerja sama dengan institusi pendidikan
Mensponsori peluang pendidikan melalui perguruan tinggi dapat mengekspos lebih banyak orang ke program STEM dan membantu mereka melihat nilai di balik peluang ini.
Mengetahui perusahaan seperti milik Anda sedang mencari kredensial tertentu dapat meyakinkan mahasiswa bahwa keterampilan yang mereka pelajari dapat membuat mereka bekerja setelah lulus.
Anda mungkin juga menawarkan beasiswa untuk membangkitkan minat dalam menyelesaikan kursus untuk memperoleh keterampilan teknis.
Baca juga: Memahami Pasar Tenaga Kerja Dan Strateginya Dalam Talent War
Penutup
Menutup skill gap memerlukan upaya dari pemberi kerja dan calon karyawan. Pengusaha harus menyadari bahwa pelamar mungkin tidak datang sebagai paket yang lengkap.
Jika Anda menganggap pelamar sebagai orang yang mau belajar dan tumbuh bersama perusahaan Anda, Anda akan membuka peluang untuk mereka dan perusahaan Anda.
Karyawan dan pelamar harus mempertimbangkan untuk memperluas pengetahuan mereka melalui program pelatihan yang berfokus pada keterampilan esensial.
Bekerja bersama adalah win-win solution bagi semua orang dan cara untuk perlahan tapi pasti menutup kesenjangan keterampilan.
Leave a Reply