Etika Kerja, Irene Sugiharto, HRPods

Perbedaan Persepsi Mengenai Etika Kerja Antar Generasi

Etika kerja tak hanya tentang cara organisasi berperilaku di mana bisnis beroperasi. Ini juga termasuk upaya organisasi mencapai tujuan yang mencakup motivasi, ketekunan, dan dedikasi untuk meraih keberhasilan.

Hal tersebut akan tercermin ketika mereka berinteraksi dengan karyawan, pemasok, distributor, hingga pelanggan. Di sisi lain, terdapat perubahan tahun, peralihan generasi kerja, maupun situasi sosial yang berpengaruh terhadap lingkungan kerja. Seiring dengan perubahan itu, terjadi pergeseran makna antar generasi mengenai etika kerja sehingga menimbulkan perilaku yang berbeda di antara mereka.

Irene Sugiharto, Business Psychologist dan Senior Trainer di John Robert Powers, mengamati perubahan etika kerja dan penyebabnya bersama HRPods, Selasa (05/12/2023), Senayan, Jakarta.

Perbedaan Persepsi Mengenai Etika Kerja

Bagi Irene, tak sedikit organisasi memiliki etika kerja yang kaku sebelum pandemi COVID-19. Setelah pandemi muncul perubahan pemahaman tentang hal tersebut.

Dari kacamata trainer, asesor, dan psikolog, Irene melihat bahwa perubahan ini disebabkan oleh perbedaan persepsi. Terlebih, setiap generasi menghadapi situasi berbeda, seperti teknologi dan sosial ekonomi, sehingga memengaruhi cara berpikir dan penerimaan tentang sesuatu.

Perbedaan itu juga membuat cara berkomunikasi mereka tidaklah sama. Idealnya, generasi baby boomers, gen x, atau  gen y yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan mumpuni perlu meluangkan waktu untuk membimbing gen z.

Di lingkup organisasi, manajemen—yang berisikan generasi y dan sebelumnya—harus menyelaraskan pemahaman tentang etika bersama karyawan, sehingga mereka tidak semata-mata melihat hitam dan putih mengenai peraturan atau kebijakan perusahaan.

“Ketika orang-orang ingin menyeberang jalan dari barat ke timur dalam kondisi jalanan tergenang, kita akan melihat cara melintas sampai ke tempat tujuan akan berbeda bagi setiap generasi. Ini hanya analogi bahwa persepsi dan keputusan bisa berbeda bagi baby boomers, gen z, gen y, sampai gen z,” ujar Irene yang pernah bekerja sebagai HR Consultant di Daya Dimensi Indonesia.

Jika generasi sebelumnya tidak berusaha memahami gen z dan begitu juga sebaliknya, yang terjadi adalah penghakiman. Dalam hal pekerjaan, senior dapat memarahi dan menyalahkan juniornya atas perilaku mereka. Padahal bila senior bersabar untuk menjalin komunikasi sehingga dapat memahami cara berpikir juniornya, maka timbul keselarasan pemahaman tentang etika.

Di samping komunikasi, lulusan University of Westminster, Inggris, ini menegaskan kunci etika kerja lainnya adalah respect. Di kondisi apa pun, seseorang harus memiliki rasa hormat kepada orang lain.

Rasa hormat, lanjut Irene, akan membuka pemahaman terhadap diri sendiri. Rasa itu juga dapat membangun kepekaan, baik kepekaan kepada diri sendiri maupun orang lain.

“Kenapa orang tidak paham dan tidak peka kepada orang lain? Ya, karena mereka tidak mengenal diri sendiri atau tidak introspeksi. Knowing yourself so that you know other people better. How will you understand other people if you don’t know yourself?” kata perempuan yang mengawali kariernya sebagai News Anchor di TVRI.

Seseorang yang mampu menghargai orang dan berempati serta bersedia menginvestasikan waktunya untuk berkomunikasi kepada orang lain, maka ia dapat menjembatani perbedaan persepsi antar generasi.

HR Wajib Memperbarui Informasi

Kebijakan perusahaan mengenai etika kerja memerintahkan karyawan untuk bertindak yang benar dan menjaga perilaku kepada rekan kerja maupun pihak lain. Langkah tersebut memandu mereka untuk mempromosikan budaya perusahaan.

Pada umumnya, kebijakan perusahaan disusun oleh manajemen dan tim HR. Sebagai pengelola urusan karyawan, HR akan bertugas menyampaikan kebijakan atau peraturan perusahaan.

“Perusahaan harus menjelaskan tentang kebijakan saat onboarding. Jadi, jangan singkirkan onboarding karyawan baru dari agenda perusahaan, justru ini waktu yang tepat untuk membangun komunikasi dengan mereka.”

Selain itu, HR juga harus memperbarui informasi sesuai dengan perkembangan zaman karena hal tersebut berpengaruh terhadap penentuan kebijakan. Dan, HR pun juga wajib mengecek kebijakan etika kerja secara berkala, apakah masih relevan dan tidak.

“Saya bukan ahlinya, tetapi yang jelas HR harus menjalankan studi banding dan membaca riset tentang best practices dari industri serupa. Never stop learning.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *