Tak sedikit perusahaan mengadopsi artificial intelligence (AI) dalam kegiatan mereka sehari-hari, mulai dari operasional bisnis hingga administrasi karyawan. Bahkan ada beberapa pekerjaan yang mampu digantikan oleh AI, meski demikian ada pula kemunculan pekerjaan baru karena AI.
Bahkan perusahaan di Amerika Latin menginginkan kandidat yang menguasai keahlian AI dibandingkan profesional yang lebih berpengalaman tetapi tidak memiliki keterampilan tersebut. Namun, perusahaan juga dapat memberikan program upskilling atau reskilling kepada karyawan agar mereka lebih memahami tentang AI.
Sekilas Mengenai Artificial Intelligence
Artificial intelligence ialah ilmu komputer yang mempelajari dan memecahkan masalah dengan cara yang terlihat manusiawi, seperti memahami ucapan, mengenali gambar, dan membuat keputusan. AI bertujuan membantu mesin berpikir, belajar, dan bertindak seperti manusia tetapi jauh lebih cepat dan efisien.
Sebut saja AI generatif, salah satu cabang AI ini berfokus pada kemampuan sistem untuk menghasilkan data baru yang memiliki karakteristik atau distribusi dari data yang telah diberikan. Tak mengherankan jika beberapa pekerjaan terbantu dengan kehadiran AI generatif, karena mereka menyediakan solusi kreatif terhadap tantangan pekerjaan yang kompleks. Misalnya, AI generatif membantu social media specialist dalam pembuatan konten dan mengotomatiskan pengelolaan data bagi tim HR.
Teknologi ini membuka peluang baru dan mendorong inovasi di seluruh industri, sehingga membuat pekerjaan lebih efisien dan inovatif. Bahkan AI dapat membantu kita dalam pengembangan cara kerja dan/atau peluang kerja baru daripada penghapusan pekerjaan. Seperti yang telah disinggung di atas, perusahaan mencari kandidat yang dapat bekerja dengan teknologi AI. Mereka menginginkan kandidat seperti data scientist dan AI specialist, karena peran tersebut memiliki keterampilan teknis dan kemampuan bekerja berdampingan dengan sistem AI.
Contoh industri yang menggunakan AI serta machine learning (ML) untuk menciptakan lapangan kerja:
- Manufaktur: sistem otomatisasi berbasis AI menciptakan lapangan kerja di bidang robotika dan pemeliharaan
- Keuangan: AI dapat mendeteksi penipuan dan layanan pelanggan serta mendorong finance analyst menguasai pengetahuan AI
- Kesehatan: AI membantu dokter meningkatkan perawatan pasien, menciptakan analis data medis, dan membantu perawatan kesehatan
- Teknologi: perusahaan membutuhkan lebih banyak software engineer, data scientist, dan ML engineer
Baca juga: Artificial Intelligence: Ancaman Atau Dukungan?
3 Kiat Mengadopsi AI Dalam Pekerjaan
Dalam World Economic Forum pada awal 20215 di Davos, Swiss, profesor MIT Sloan Danielle Li berbicara tentang bagaimana AI memengaruhi sifat pekerjaan. Ia menawarkan tiga kiat bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi tersebut.
1. Bangun infrastruktur data
Menurut Li, perusahaan perlu membangun infrastruktur internal, seperti dengan menyediakan banyak data yang jelas dan berlabel mengenai proses kerja. Dengan demikian, AI mampu bekerja di dalam perusahaan atau melakukan tugas tertentu. Misalnya, bidang kerja customer service, software engineering, dan research and development.
Bank of America adalah contoh sukses yang membangun infrastruktur data internal. Aditya Bhasin, Chief Technology and Information Officer Bank of America, menyebutkan bahwa bank telah berhasil dengan asisten virtual AI, Erica, yang menyediakan layanan kepada lebih dari 25 juta nasabah setiap bulannya. Layanan Erica dapat melakukan transaksi hingga memberikan wawasan tentang cara mengelola keuangan mereka.
Namun, belum banyak perusahaan yang berinvestasi dalam infrastruktur tersebut. Wajar, jika perusahaan kecil tidak memiliki jumlah data internal dibandingkan perusahaan besar, meski demikian mereka dapat membeli data eksternal agar membuat kemajuan dalam proses kerja.
2. Berikan insentif kepada karyawan
Karyawan mungkin keberatan jika pekerjaan atau data mereka digunakan untuk melatih model AI tanpa persetujuan atau kompensasi. Misalnya, rekaman video seorang guru yang sedang mengajar akan berguna bagi siswa yang tidak dapat hadir di kelas, sehingga ia dapat menonton materi sang guru secara daring.
Ketika rekaman ditambahkan ke daftar video pelatihan yang akan digunakan untuk membangun kumpulan data, ada kemungkinan bahwa hal tersebut mengurangi keterampilan guru. Bila keterampilan sudah tak ada artinya lagi, profesi ini tak akan dibayar atau digunakan lagi.
Di sisi lain, ada pihak yang beranggapan bahwa jika siswa dapat belajar dengan menonton video secara daring, mengapa harus ada guru di kelas atau kenapa ia harus pergi ke sekolah. Ini juga berlaku pada profesi lain.
Li mengatakan bahwa perusahaan harus memberi insentif kepada karyawan untuk berbagi pengetahuan dan bekerja dengan teknologi atau memberi mereka kompensasi atas tindakan tersebut. Hasilnya, karyawan akan lebih cenderung ingin menjadi pemangku kepentingan aktif dalam proses berbagi informasi.
Artikel selanjutnya: 5 Tren Talent Acquisition 2025
3. Tentukan peran yang akan digantikan oleh AI
Li mengatakan bahwa penggantian AI tidak dapat dihindari untuk beberapa posisi atau tugas yang secara tradisional dikelola oleh manusia. Contohnya, ahli radiologi yang lelah membaca hasil medis pasien pada tengah malam. Jika dilengkapi dengan perangkat AI, ia bisa meminta AI untuk melakukan tugas tersebut dibandingkan jika ia tidak membaca hasilnya sama sekali.
Bagi Li, manusia memiliki wewenang untuk memutuskan seperti apa pekerjaan tersebut. Dengan demikian, teknologi dapat menciptakan peluang maupun tugas baru.
Leave a Reply