Partisipasi Perempuan 01 HRPods

Partisipasi Perempuan Di Tempat Kerja Lebih Rendah Dari Laki-laki

Data BPS pada Februari 2022 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi perempuan di dunia kerja sebesar 54,2 persen. Angka tersebut di bawah laki-laki sebanyak 83,6 persen.

Padahal partisipasi kerja perempuan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk mendorong partisipasi perempuan, pemerintah membutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk penyediaan pelayanan publik dan kebijakan perlindungan sosial.

Dalam Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) yang berlangsung pada 8 Maret meningkatkan kesadaran kita terhadap kesetaraan. Tak terkecuali kesetaraan di tempat kerja.

Mengingat asal mula Hari Perempuan Internasional adalah gerakan 15.000 perempuan berbaris dari New York City, Amerika Serikat (AS), menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak suara pada 1908.

Hari Perempuan Internasional pertama kali diselenggarakan pada Februari 1909 di AS. Pada 1913, tercapai kesepakatan bahwa hari tersebut akan dirayakan setiap tahun pada 8 Maret, sesuai kalender Gregorian. Pada 1975, untuk pertama kalinya, PBB merayakan hari tersebut.

Tingkat Partisipasi Pekerja Perempuan

Kini, hampir seluruh dunia bergerak memperjuangkan kesetaraan perempuan. Banyak perubahan mendukung kesetaraan perempuan, termasuk di tempat kerja.

Hal itu bisa dilihat dari perempuan berada di posisi eksekutif atau pengambil kebijakan, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, serta kemunculan mereka sebagai influencer positif di berbagai aspek kehidupan.

Meski demikian partisipasi pekerja perempuan berada di bawah laki-laki. Di Amerika Serikat, partisipasi pekerja perempuan juga mengalami penurunan, terutama sejak pandemi COVID-19.

Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa 275.000 perempuan meninggalkan pekerjaan pada Januari. Partisipasi mereka menjadi 57 persen atau terendah sejak 1988.

Penyebab partisipasi rendah bukan pandemi, yang menjadi salah satu katalisator. Kehadiran pekerja perempuan di tempat kerja sangat penting, karena memengaruhi keterlibatan dan retensi karyawan.

Di Indonesia pun demikian. Berdasarkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), perempuan sebesar 53,34 persen, sedangkan laki-laki sebesar 82,27 persen.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan partisipasi pekerja perempuan sudah meningkat meski kecil dalam beberapa tahun terakhir. Namun, angka tersebut masih di bawah Vietnam dan Thailand. Penyebabnya adalah:

1) Diskriminasi gender

Seringkali pekerja perempuan mengalami diskriminasi di tempat kerja. Ida yang tercatat sebagai anggota DPR RI untuk periode 1999-2004 pada usia 29 tahun menyebutkan diskriminasi gender karena perempuan adalah penghambat dan produktivitasnya rendah.

Padahal diskriminasi lah yang justru menghambat partisipasi pekerja perempuan. Diskriminasi juga berdampak negatif terhadap perekonomian.

2) Upah

Rata-rata upah pekerja perempuan untuk semua jenjang pendidikan dan kelompok umur masih berada cukup jauh di bawah pekerja laki-laki. Rata-rata upah pekerja perempuan lebih tinggi daripada laki-laki ada di sektor listrik dan gas, konstruksi, transportasi, dan jasa perusahaan.

3) Pendidikan

Pendidikan berkontribusi dalam partisipasi pekerja perempuan. Persentase pekerja perempuan berpendidikan SMP ke bawah lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sedangkan, yang berpendidikan SMA dan SMK lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Ida menyampaikan pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan berkomitmen mendukung pemberdayaan perempuan di tempat kerja. Beberapa upayanya adalah melindungi pekerja perempuan dan memberikan rasa aman dalam pemenuhan hak-haknya. Mulai dari hak bidang reproduksi, K3, serta kehormatan dan pengupahan.

Ingatkan Gender Gap Itu Nyata Di Dunia Kerja

Hari Perempuan Internasional bukan sekadar selebrasi. Namun, peringatan itu mengingatkan kita semua bahwa gender gap itu nyata. Sama seperti Ida, International Labour Organization (ILO) pun menyatakan ada gender gap di dunia kerja.

Data ILO menunjukkan bahwa mencari pekerjaan jauh lebih sulit bagi perempuan daripada laki-laki dan ini terjadi di seluruh dunia. Secara keseluruhan, saat ini partisipasi angkatan kerja global untuk perempuan di bawah 47% dan laki-laki 72%.

Ditilik dari perspektif ekonomi, gender gap akan menghambat ekonomi di suatu negara. Pasalnya, mengurangi gender gap dalam partisipasi angkatan kerja dapat secara substansial meningkatkan produk domestik bruto (PDB) global.

Dalam blog World Bank tertulis dua per tiga jumlah penduduk perempuan Indonesia saat ini merupakan kelompok usia produktif 15-64 tahun. Kelompok ini berpotensi sangat besar untuk berkontribusi mempercepat pertumbuhan ekonomi, asal tidak ada penghalang.

Contohnya, jika Indonesia meningkatkan partisipasi pekerja perempuan sebanyak 25% pada 2025, maka negara menghasilkan tambahan aktivitas ekonomi senilai $62 miliar (sekitar Rp868 triliun dengan kurs Rp14.000) dan menambah PDB sebesar 2,9%.

Dukungan terhadap pekerja perempuan dapat berupa mengembangkan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan leadership, memberikan promosi, kenaikan gaji, serta menyediakan sistem pendukung yang mereka butuhkan untuk mencapai kesuksesan karier.


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *