Perusahaan dapat menggunakan personality assessment dalam proses rekrutmen. Penilaian kepribadian ini cukup penting untuk mencari kandidat yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Irene Sugiharto, Business Psychologist dari University of Westminster, Inggris, dan mantan HR Consultant di Daya Dimensi Indonesia mengatakan bahwa tak sedikit perusahaan yang bertanya tentang kepribadian kandidat berdasarkan hasil asesmen. Pertanyaan tersebut bukan sekadar basa-basi, tetapi untuk memahami kandidat secara profesional serta upaya perusahaan untuk mendukung kinerja karyawannya. Simak perbincangan HRPods bersama Irene, Selasa (05/12/2023), Senayan, Jakarta.
Personality Assessment Dalam Pencarian Kandidat
Menemukan kandidat yang 100% matching dengan kualifikasi perusahaan cukup rumit. Saya akan senang sekali jika menjumpai kandidat yang memiliki semua kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Kondisi itu tidak mungkin terjadi, tetapi perusahaan dapat merekrut kandidat yang memiliki kualifikasi sedekat mungkin dengan apa yang mereka cari. Salah satu upayanya adalah melakukan personality assessment kepada kandidat.
Sebagai asesor, saya menggunakan Lumina Learning yang sangat membantu untuk menemukan kandidat yang sesuai dengan harapan klien.
Basis Lumina itu traits, bukan types. Kalau membicarakan soal types, itu artinya kita sudah mengotak-ngotakkan orang, sehingga sulit untuk menjadi basis asesmen. Lumina percaya bahwa manusia itu fluid.
Memiliki banyak traits, kadarnya saja yang berbeda-beda. Misalnya, bila seseorang cenderung extrover, tidak mungkin 24 jam hanya extrovernya saja yang akan muncul. Di waktu atau situasi tertentu, orang tersebut dapat memunculkan sisi introvernya. Beginilah dinamika personality.
Misalnya, Lumina Spark. Ini adalah personality assessment yang memiliki 24 quality dan Lumina Select berbasiskan 16 kompetensi yang menilai kecenderungan kepribadian seseorang.
Hasil laporan Lumina Spark, contohnya, disajikan dalam 41 halaman yang mengevaluasi kecenderungan subyek sampai tiga kondisi atau disebut persona. Mulai dari how you are naturally, your everyday behaviour, and how you are overextended.
Dari hasil laporan tersebut, klien dapat melihat kecenderungan kandidat jika sedang mengalami stres, ketangguhan dalam bekerja, perilakunya di tengah keluarga dan teman, hingga sikapnya ketika menghadapi perubahan atau tekanan. Jadi, bekal laporan Lumina tidak membuat kita menjadi cenayang.
Bahkan Lumina dapat mengerucutkan kompetensi yang dibutuhkan oleh jenis pekerjaan terhadap quality yang dimiliki oleh kandidat. Contohnya, asesor akan menyelaraskan quality Lumina dengan kompetensi yang diharapkan oleh perusahaan seperti leadership, profitability, atau team work.
Praktik Menggunakan Personality Assessment

Sebelum klien menggunakan personality assessment, saya akan berdiskusi dengan mereka tentang job requirement terlebih dahulu. Saya juga harus mengetahui fokus kompetensi mereka yang bisa dicocokkan dengan quality Lumina.
Biasanya, primary competency tidak lebih dari lima quality. Jadi, jangan mencari kandidat yang mempunyai 16 quality tersebut, itu malah membuat kita tidak mendapatkan siapa pun. Kita tidak mencari superman.
Misalnya, sebuah perusahaan sedang mencari CEO dengan quality empati dan konseptual. Lalu kami menetapkan batas masing-masing quality sebesar 60%. Oleh karena itu, kami membutuhkan diskusi.
Jika nilai 70%, berarti dia adalah orang yang kami cari. Bagaimana jika nilai empati 40% dan konseptual 70%? Kami akan cross check lagi. Again, ini merupakn proses diskusi bersama.
Nah, kalau HR atau user sudah cocok karena kandidat mempunyai visi dan misi ke depan, keterampilannya akan menguntungkan organisasi, berarti dia akan diterima. Lalu, kami akan mendorong kompetensi lain dengan memberikan yang bersangkutan berupa job training, job exposure, dan feedback agar transformasi perilaku dapat terjadi.
Setelah itu, user harus menindaklanjuti hasil training dan feedback, apakah yang bersangkutan ada perubahan perilaku atau tidak.
Misalnya, yang tadinya dia tidak pernah perhatian kepada anggota timnya, sesudah training membuat dia kerap menyapa dan bertanya kepada timnya, meski terlihat seperti terpaksa, tetapi tidak masalah. Yang penting dia mengupayakan perubahan tersebut dan ini menjadi sebuah habit baru.
Suatu hari, dia pun merasa nyaman untuk memperhatikan timnya. Itu pula yang ditargetkan oleh Lumina, yakni ada transformasi terhadap perilaku seseorang.
Pembahasan hasil asesmen
Setelah asesmen selesai, saya pasti akan memberikan pemahaman cara membaca laporan kepada klien dalam briefing session karena masing-masing quality memiliki definisinya. Saya tidak akan membiarkan klien menginterpretasikan laporan asesmen seorang diri.
Selama pengalaman kerja saya, baik di ISP Consulting maupun di tempat lain, sangat berhubungan dengan pengembangan kepribadian. Ketika saya presentasi hasil asesmen, klien justru akan membahas kepribadian kandidat tersebut.
Sebagai contoh, klien akan bertanya soal kandidat seperti, “Bagaimana saya dapat lebih berkomunikasi dengan dia?,” “Bagaimana supaya dia menjadi pendengar yang baik,” atau “Feedback seperti apa yang saya harus berikan buat dia.”
Penggunaan personality assessment di luar rekrutmen
Personality assessment dapat digunakan untuk keperluan lain di luar rekrutmen.
Biasanya, asesmen seperti itu didahului dengan pelatihan, lalu peserta menjalankan latihan dan mengisi pertanyaan asesmen. Di sini, saya menggunakan Lumina Spark.
Dari asesmen ini, mereka akan terkaget-kaget setelah membaca laporan, dalam arti positif. Mereka kaget dengan kecenderungan perilakunya dan rekan kerja, sehingga mereka untuk belajar menerima feedback hingga memahami pernyataan rekan kerja.
Tidak ada orang yang tidak memiliki blindspot. Semua manusia pasti punya blindspot. Apa blindspot saya? Terkadang hal tersebut harus disadarkan oleh orang lain.
Dalam pelatihan, saya biasa memberikan judul ‘Know yourself and other people better’ karena peserta akan diajak untuk mengetahui orang lain lebih baik. Seseorang tidak akan menjadi good listener, kalau tidak ada seseorang yang memberitahu kekurangannya.
Leave a Reply