Dalam setahun terakhir, tak sedikit perusahaan di Indonesia yang melebih-lebihkan titel atau nama jabatan. LinkedIn Talent Insights mencatat terjadi peningkatan untuk membesarkan titel seperti manajer atau direktur bagi mereka yang bekerja selama dua tahun.
Berdasarkan keterangan pers Robert Walters Indonesia, Jumat (26/04), perusahaan melakukan upaya tersebut disebut tren inflasi jabatan (job title inflation). Tujuannya untuk menarik dan mempertahankan karyawan, tetapi hal itu justru menimbulkan masalah, baik bagi perusahaan maupun karyawan.
Inflasi jabatan merujuk pada praktik perusahaan dengan membesarkan atau melebih-lebihkan titel pekerjaan yang mungkin memiliki ketidakakuratan terhadap tanggung jawab, senioritas, atau gaji yang sebenarnya pada posisi tersebut.
Memahami inflasi jabatan
Menurut survei LinkedIn yang dilakukan oleh Robert Walters Indonesia pada Januari, 90% profesional sepakat bahwa jabatan pekerjaan merupakan faktor yang penting atau sangat penting saat mereka melamar untuk suatu posisi.
Di antara profesional muda, sebanyak 53% berharap untuk mendapatkan promosi dalam waktu 12 bulan setelah bergabung dengan perusahaan.
Sebanyak 56% perusahaan yang berpartisipasi dalam survei menyatakan bahwa mereka telah menerapkan strategi inflasi jabatan sebagai bentuk promosi untuk menarik talenta. Namun, hanya 11% perusahaan yang tidak melihat ada perubahan signifikan.
Artikel selanjutnya: Strategi Perusahaan Hadapi Inflasi Biaya Kesehatan & Kesejahteraan Karyawan
Tantangan melebih-lebihkan titel jabatan
Tantangan menerapkan inflasi jabatan terjadi jika profesional tidak menganggapnya sebagai indikator senioritas yang signifikan.
Robert Walters Indonesia menemukan bahwa faktor seperti kemampuan mengelola tim (56%) dan persepsi urgensi peran tersebut (23%) dianggap sebagai indikator senioritas yang lebih utama. Sementara itu, 21% yang meyakini gelar C-suite atau kepala departemen mencerminkan senioritas.
Kondisi ini mencerminkan faktor seperti kepemimpinan tim dan persepsi mengenai urgensi peran tertentu berpengaruh lebih besar untuk menentukan senioritas daripada sekadar memiliki jabatan yang bergengsi. Oleh karena itu, perusahaan perlu menjaga transparansi mengenai peran dan tanggung jawab yang akurat sesuai posisi guna menghindari kebingungan.
Dalam pasar kerja yang kompetitif saat ini, praktik inflasi jabatan menjadi hal yang umum terjadi, meskipun tidak di semua industri.
Eric Mary, Country Head di Robert Walters Indonesia
Melebih-lebihkan nama jabatan, lanjut Eric, dapat menjadi faktor motivasi bagi karyawan untuk mempertimbangkan langkah karier selanjutnya. Ini dapat berdampak positif, seperti mengurangi stereotip gender dan bias serta mengompensasi gaji yang lebih rendah. Namun, perusahaan harus melakukannya dengan hati-hati agar tetap menjaga transparansi dan menarik kandidat yang sesuai dengan posisi.
Robert Walters Indonesia menyarankan kepada manajer perekrutan untuk mengevaluasi pendekatan inflasi jabatan secara cermat sebelum menerapkannya. Pertimbangkan pro dan kontra serta pahami dampak jangka panjangnya terhadap perusahaan.
Leave a Reply